Mbak Lina,

Ya, anggota DPR cukup sering melontarkan lelucon misoginis. Ini cerita
lama. Coba saja buka dokumen sejarah lahirnya UU Perkawinan,
perdebatan di DPR. Mereka bilang, perempuan itu tidak seperti sarung
bugis yg semakin dipakai semakin cemerlang. Perempuan kan terus
menerus 'dipakai' sehingga, wajar dong, cari 'kain' yg lain? That's
lelucon misoginis. Coba cek lagi, lelucon misoginis lainnya berkaitan
dng amandemen UU Perkawinan yg dipajang oleh kompas di halaman 1. 

Soal 'baca', itu juga hal yg penting. Saya sarankan, mbak baca dulu
RUU nya, coba juga baca latar belakang (naskah akademis) yg jadi dasar
argumentasi dan gambaran dasar 'jiwa' dari RUU itu (namun saya ragu,
apakah si perancang menyertakan reasoningnya dlm bentuk naskah
akademis :P) serta kritik2 terhadap draft RUU itu. Bisa cari di LBH
Apik yg telah membuatnya cukup detail. Kalau tidak percaya dng
medianya mas Eko (hehehe..), coba cari di Kompas, Jakarta Post, tempo,
dll. Isu ini sudah lama kan sebenarnya?

Kenapa membaca itu penting? Karena, gimana kita bisa diskusi soal
barang yg sama, bila tidak beranjak dari pemahaman yg sama? Masalah
beda pendapat dlm beberapa hal, itu biasa. Don't take everything as it
is. Segala sesuatunya kan harus di'challenge'. Tapi bahwa serta-merta
langsung berkomentar yg lebih berdasarkan asumsi saja, wah..
[cuma saya belum baca drafnya yg terbaru sih, apa ada perubahan atau
tidak, hehehe... tapi dilihat dari kritik yg muncul, kayanya sih tidak
banyak berubah, atau jangan2 tidak berubah sama sekali, hehehehe...]

Sama halnya ketika kita bicara soal 'kesetaraan gender', 'keadilan
gender' dll, apakah mereka yg menolak konsep2 seperti ini benar2 sudah
"membaca" terlebih dahulu, mengerti atau langsung mengeluarkan
prejudicenya, yg berdasarkan asumsi2 yg sudah bercampur baur dng
bias2, dan lain sebagainya? apalagi ditambah dng pikiran dikotomis,
barat-islam, sikap utk menolak duluan segala sesuatu yg kedengerannya
ada kata 'gender' :P dan tabiat utk melabel2 secara sembrono ke dalam
pemikiran liberal? [yg bisa diterusin dng satu pertanyaan lugu,
liberal itu apaan sih? :-P]

Itikad baik? Prasangka baik? Pointnya adalah, bahwa pornografi perlu
diatur dalam pengertian dampak negatifnya terhadap masyarakat perlu
diberantas, kita semua setuju. Tapi bukan itu permasalahannya :-)
Gimana kita melihat persoalan ini? apa yg kita tau dari pornografi yg
sudah jadi industri besar ini? Apa sih sebenarnya masalahnya? akar
penyebabnya? Kalau mau mengatasi hal ini, pilihan apa yg kita punya?
pilihan strateginya? cost and benefitnya? punishment dan incentive nya
dll. Tapi seperti biasa, kita selalu berpikir instant dan merespon dng
instant. Bersikap kritis kan bukan lantas berarti tidak 'khusnudzon'
:-) Atau ditangkis balik argumentasinya, jangan2 justru mbak yg tidak
khusnudzon sama orang2 yg kritis :-)

Diskusi soal budaya jelas berkaitan dng gimana kita menganggap mana yg
porno mana yg tidak. Mungkin buat mbak, itu hal yg sepele. Tapi apakah
dng RUU ini suku asmat harus keluar dari budayanya? Apa kita
menganggap mereka bagian dari kita, atau kita menolak bahwa mereka
juga bagian dari kita yg perlu dilibatkan dlm persoalan ini? Dan itu
sebenarnya bisa 'dilanjutkan' ke nilai2 budaya kita sendiri dlm
memandang soal hal ini. Kerjaannya orang antropologi kali ya? :-)
Sementara kaitannya ma Islam? Jelas ada. Pertanyaan klasiknya, sejauh
mana Islam bisa bersintesa dng budaya? Apakah trendnya mau diarahkan
ke sesuatu yg berbeda dibandingkan dahulu kala (yg masih bersisa
sampai sekarang, spt yg dicontohkan sama mbak Mia) ketika Islam
bersentuhan sama budaya dengan manisnya atau kita mau 'memurnikan'
Islam dng menolak semua budaya yg tidak Islami? Tapi lagi2 kita harus
kritis dng apa itu memurnikan Islam? yg tidak Islami? Islam yg mana yg
perlu dimurnikan? :-) Kalau pun memang 'trend'nya mau diubah, kenapa
mau diubah? siapa saja yg berkeinginan utk mengubah itu? apa sih
kepentingannya? 

Buat saya, persoalannya bukan suudzon atau khusnudzon. Dulu kita
khusnudzon ma Soeharto, liat sendiri akibatnya :-) hehehe, maaf gak
nyambung... Just a quick response saja, maaf bila tidak terstruktur
dng baik. Ngantuk, pengen tidur :-)


wassalam,
herni


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> Mbak Herni,
> Lelucon ya?...iya deh anggap aja lelucon...:-). Saya gak tau kalau 
> itu dilontarkan oleh anggota DPR. Saya cuma baca dari artikelnya 
> direktur jurnalperempuan itu saja, yang kebetulan juga perempuan.
> 
> Budaya dan seni. Saya juga belum baca RUU secara mendetail. Jadi 
> tanggapan saya ini cuma berdasarkan i'tikad baik RUU itu saja. 
> Memang budaya yang gimana dan seni yang gimana itu harus jelas dalam 
> RUU itu ya? Komentar saya timbul juga karena munculnya keberatan2 
> akan RUU ini yang hanya berdasarkan gimana budaya (pakaian) di Bali, 
> yang wanitanya pada pake baju buka punggung, gimana budaya (pakaian) 
> di Minahasa (?) ato dimana-mana deh [jadi termasuk di suku pedalaman 
> Asmat].
> 
> Maksudku sih mbak ya...jangan hal2 begitu yang diangkat untuk 
> menolak RUU. Karena soal apa makna 'pornografi, pornoaksi, budaya 
> seni' itu kan bisa di carikan titik temu kalau memang ada baik 
> sangka.
> 
> Saya pribadi mempertanyakan apakah kita sudah memerlukan UU ini? apa 
> kita tidak punya KUHP soal pornografi dan pornoaksi ini (or apalah 
> peraturan dibawah UU) yang bisa dimaksimalkan penerapannya? atau 
> pada memaksimalkan aparatus2 hukum yang sudah ada saja, supaya tidak 
> mubazir. Juga memaksimalkan kerja badan2 sensor yang sudah ada.
> 
> Meski ada UU ini dan BAPPN, kalau gak dijalankan ya mubazzirrr.
> Bangsa ini demen buat badan ini lembaga anu, tapi gak jalan.
> Gitu, kalo gak salah yang diungkapkan oleh Dr Boyke, tempo hari...
> 
> wassalam,






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke