Assalaamu alaikum,

Teman-teman, berikut ada artikel yang patut menjadi masukan buat kita.
Mg bermanfaat. Maaf jika tidak berkenan ...
__________________

Hermeneutika: "Hikmah" atau Musibah?

Baru-baru ini sebuah diskusi tentang studi Hermeneutika dilaksanakan
di Jakarta. Apakah studi yang berasal dari tradisi Kristen sebuah
'musibah' atau 'hikmah' jika diterapkan dalam Islam? Hidayatullah.com


Oleh: Dr Syamsuddin Arif *)


Belum lama ini sebuah buku berjudul The Koran from Vernacular
Perspective dikirimkan kepada saya langsung oleh penulisnya. Setelah
mengucapkan terima kasih kepadanya, saya sempat bertanya apakah ia
berkenan menyatakan identitas dan latar-belakangnya.

"Kalau anda menginginkannya, bisa saja saya kirimkan curriculum vitae
(daftar riwayat hidup) saya selengkapnya. Namun untuk apa? Apa
relevansinya?" jawabnya.

Maka saya katakan kepadanya bahwa bagi seorang `Muslim scholar' hal
itu sangat signifikan dan relevan sekali. Kita dianjurkan untuk
bersikap kritis mencermati dan menilai tidak hanya `apa' yang
dikatakan, tetapi juga `siapa' yang mengatakannya. Unzur ila ma qîla
wa man qâla.

Karena itu adagium populer yang sering kita dengar ini sebenarnya
kurang tepat, jika bukan justru mengelirukan: meskipun keluar dari
`lubang' ayam, jika itu telur, ambil. Meskipun keluar dari `lubang'
penguasa, kalau itu najis, buang! Sebab, andaikata pernyataan ini
dijadikan prinsip, maka kekacauan epistemologis menjadi tak terelakkan.

Kelak akan ada cendekiawan Muslim yang berseru: meskipun kata seorang
kafir (yang berpotensi merusak dan menyesatkan), kalau itu menarik dan
membebaskan, maka ambillah. Meskipun firman Tuhan (Al-Qur'an) atau
sabda Nabi (hadis sahih), kalau itu membelenggu dan menjemukan, maka
buanglah!

Memang, sejak dulu, salah satu persoalan perennial dan kontroversial
yang senantiasa muncul ke permukaan ialah, sejauh mana orang Islam
dibolehkan dan memerlukan barang impor – tentu saja ini andaikata
disepakati boleh dan perlu.

Barang impor yang dipersoalkan di sini jelas bukan produk teknologi
seperti sepeda motor atau laptop, akan tetapi aneka ragam ideologi dan
produk pemikiran yang sesungguhnya sarat dengan berbagai pra-andaian
terpendam (tacit assumptions) dan kepentingan terselubung (hidden
interests).

Kalangan yang kurang peka atau tidak jeli memang cenderung memandang
enteng persoalan ini. Atau bahkan menganggapnya bukan persoalan sama
sekali. Alasannya, ilmu itu kan netral. Namun apakah benar demikian?
Kecuali yang wahyu yang berasal dari Tuhan, boleh dikata semua produk
pemikiran manusia pada hakikatnya tidaklah netral dalam arti bebas
dari kepentingan para perumusnya dan pra-anggapan yang menyertainya.
Hanya mereka yang lugu menganggap ilmu pengetahuan itu bebas nilai.

Selain itu, alasan yang kerap dikemukakan ialah, orang beriman
diperintahkan memungut hikmah dari mana pun sumbernya, karena ia
merupakan hak miliknya yang hilang (dhaallatu l-mu'min, haytsu
wajadaha akhadza biha).

Namun menurut sebagian ulama seperti Ibn Hibban dan al-`Uqayli,
ungkapan yang diriwayatkan oleh Ibrahim al-Makhzumi ini sebenarnya
bukanlah hadits sahih (Lihat: Imam Abu l-Faraj Ibn al-Jawzi, al-`Ilal
al-Mutanahiyah fi l-Ahadits al-Wahiyah, Beirut: Dar al-Kutub
al-`Ilmiyyah, 1403 H/1983, jilid 1, hlm. 95-96). Konon, ungkapan ini
berasal dari Sayyidina Ali ibn Abi Thalib ra, sebagaimana disebutkan
dalam kitab Nahju l-Balaghah.

Walaupun demikian, terlepas dari status hadits tersebut di atas,
seorang mukmin memang perlu bersikap hati-hati dalam upaya mencari
hikmah yang `tercecer' di mana-mana. Sebaiknya, tidak asal pungut dan
jangan salah pungut. Tapi bukan lantas serta-merta menolak secara a
priori. Juga tidak berarti menerima for granted tanpa curiga.

Ambil sebagai contoh hermeneutika yang sekarang ini tengah digandrungi
dan nyaris dinobatkan sebagai `manhaj tafsir alternatif', tanpa
memahami asal-usul dan seluk-beluknya. Di sini izinkanlah saya
mengutip Josef van Ess, profesor emeritus dan pakar sejarah teologi
Islam dari Universitas Tuebingen, Jerman:

"We should, however, be aware of the fact that German hermeneutics was
not made for Islamic studies as such. It was originally a product of
Protestant theology. Schleiermacher applied it to the Bible. Later on,
Heidegger and his pupil Gadamer were deeply imbued with German
literature and antiquity. When such people say "text" they mean a
literary artifact, something aesthetically appealing, normally an
ancient text which exists only in one version, say a tragedy by
Sophocles, Plato's dialogues, a poem by Hölderlin. This is not
necessarily so in Islamic studies."

Maksudnya, perlu diketahui bahwa hermeneutika yang berasal dari Jerman
itu sebenarnya memang bukan ditujukan untuk kajian keislaman.

Pada asalnya ia merupakan produk teologi Protestan. Dipakai untuk
untuk mengkaji Bibel oleh Schleiermacher, dan belakangan oleh
Heidegger dan Gadamer dalam kajian kesusasteraan Jerman maupun klasik.

Yang mereka maksud dengan istilah `teks' ialah karya tulis buatan
manusia, sesuatu yang indah lagi menarik, biasanya sebuah naskah kuno
yang hanya terdapat dalam satu versi, seperti kisah tragedi karangan
Sophocles, dialog-dialog karya Plato, atau pun puisi yang ditulis
Hölderlin. Ini jelas tidak sama dengan konsep teks dalam kajian Islam
(Lihat Irene A. Bierman (ed.), Text & Context in Islamic Societies,
Reading, UK: Ithaca Press, 2004, hlm.7).

Van Ess benar belaka. Sebagai `anak kandung' tradisi intelektual Barat
hasil perkawinannya dengan teologi Kristen, hermeneutika memang tidak
sesuai untuk diterapkan dalam studi Islam.

Kita katakan `tidak sesuai', bukan `tidak bisa' atau `tidak mungkin',
karena perkara ini lebih menyangkut dampak dan hasil, ketimbang
hukumnya. Hermeneutika hanya akan membuahkan kebingungan dan
keragu-raguan.

Betapa tidak, sedangkan ia bertolak dari skeptisisme dan relativisme,
menghendaki ketidakpastian makna dan penafsiran, merayakan konflik dan
kontradiksi. Karena itu, bagi cendekiawan mukmin, hermeneutika lebih
tepat kalau dikategorikan sebagai musibah ketimbang hikmah. Wallahu
l-muwaffiq ila aqwami t-thariq.


*) Penulis sedang menyelesaikan program doktornya yang kedua di
Orientalisches Seminar, Frankfurt





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke