Tolonglah, Sang Garuda Pancasila lagi terjangkit virus flu burung Pagi hari ini secara tak sengaja saya menyimak siaran Radio RRI. Ada sebuah wawancara dengan seorang tokoh masyarakat di Solo, Jawa Tengah. Sang tokoh mengingatkan bahwa Sang Garuda Pancasila lagi terserang flu burung. Sungguh ungkapan yang menarik untuk kita cermati. Pancasila dengan Bhineka Tunggal Ika-nya memang lagi digerogoti virus ganas. Di masa lalu, virus ganas yang belum ada obatnya itu sebetulnya pernah menyerang wilayah Nusantara dengan ambruknya berbagai kerajaan besar. Lalu muncullah raja-raja kecil, sultan-sultan boneka yang menurut catatan sejarah mereka juga saling berperang dan berebut kekuasaan dan harta semasa bangsa Eropa menjajah negeri ini. Tercatat pula dalam sejarah, kerajaan-kerajaan kecil yang berlandaskan pada satu keyakinan tersebut ternyata tak berumur panjang. Kalau gejala ini kita biarkan begitu saja, Sang Garuda yang selama ini menjadi simbol negara kita pun akan mati berkalang kubur. Kita semua akan menyesalinya sepanjang hayat masih dikandung badan. Hanya karena nafsu besar suatu golongan yang ingin mengangkangi negeri ini dengan berbagai cara, salah satunya penegakan moral yang monokultur. Mereka tak menyadari, kita terbentuk menjadi sebuah bangsa bernama Bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku, budaya, serta agama dan kepercayaan. Kita punya Proklamasi 17 Agustus 1945, Sumpah Pemuda dan UUD 45 yang berazaskan Pancasila. Bisa saja suatu saat mereka - dengan beragam cara - berhasil menumbangkan Sang Garuda hingga mati menggelepar. Namun, usahanya itu akan sia-sia belaka karena toh kalau mereka memaksakan kehendak, negeri ini akan pecah berkeping-keping. Mutu manikam tak lagi berkilau, akan terserak kemana-mana. Republik Indonesia akan terhapus dari peta dunia. Itukah yang mereka inginkan? Untuk kepentingan siapa, dan apa manfaatnya buat kita semua? Baru disodori RUU APP, wilayah Bali ingin merdeka. Disodori SKB 3 Menteri, wilayah Sulut juga mau lepas dari NKRI. Disuguhi berbagai Perda, masyarakat sudah berteriak lantang tapi didiamkan saja oleh pemerintah, seolah tak pernah terjadi apa-apa dan bukan masalah serius untuk ditanggapi serta dicarikan jalan keluarnya. Padahal Indonesia tidak dibangun dengan perspektif pembedaan etnis. Bahkan sejak awal, diskriminasi tak dikenal dalam proses pembentukan kebangsaan Indonesia. Satu-satunya obat mujarab, mereka yang punya rencana besar ingin menegakkan suatu paham - tapi malah bikin ambruknya negeri ini - mustinya sadar diri. Orang lain tak bisa mengobatinya, kecuali muncul kesadaran di lubuk hati yang paling dalam dari diri mereka sendiri. Mungkin maksud mereka baik, tapi sayang sungguh disayang, rencanabesar mereka tak cocok diterapkan di negeri ini. Kita semua yang berpikiran rasional demi persatuan dan kesatuan NKRI cuma bisa menyentil dan mengingatkan, membangunkan mereka dari tidur nyenyak dengan bunga-bunga mimpinya: mimpi akan bangkitnya kejayaan masa lalu yang sejatinya bukan milik bangsa ini, tetapi milik peradaban bangsa lain nun jauh disana. Kalau yang pro dan kontra saling ngotot, bakal terulang kembali Perang Baratayudha - perang saudara yang berdarah-darah yang memakan banyak korban. Sungguh merugi, tak ada yang menang dan kalah. Sungguh dahsyat dampaknya, negeri yang dulu dirintis dengan susah payah oleh para 'founding father' ini akan lenyap ditelan zaman. Bukankah kita semua tak ingin Republik Indonesia memasuki zaman kegelapan seperti pernah dialami wilayah Eropa berabad-abad lalu? Bukankah kita semua tak ingin negeri ini pecah dan hancur berkeping-keping? Almarhum Bung Karno pernah berpesan agar kita semua tak bermain-main dengan agama kalau ingin negeri ini tetap utuh dan bersatu. Ingatlah selalu 'jasmerah': jangan lupakan sejarah! Merdeka! Dari seorang anak negeri yang selalu terngiang pada pesan Ibu Pertiwi: " Pakaian dijahit untuk manusia, bukan manusia dijahit untuk pakaian." _________________________________________________________________
Click: http://www.mediacare.biz or http://mediacare.blogspot.com or http://indonesiana.multiply.com Mailing List: http://www.yahoogroups.com/group/mediacare/join --------------------------------- Yahoo! Mail Bring photos to life! New PhotoMail makes sharing a breeze. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/