Jumat, 10 Maret 2006
Bambang Harymurti pemimpin redaksi majalah TEMPO bersemangat mengkampanyekan
sebuah teori konspirasi. Katanya, RUU APP, tersembunyi konspirasi Timur
Tengah

oleh Dzikrullah *)

Biasanya, majalah TEMPO selalu menolak dengan sinis teori konspirasi jika
itu diajukan oleh kalangan Muslim. Konspirasi Israel-Neo-Con dibalik
serangan 9/11,  ditolak. Konspirasi RMS-Kristen
Internasional-kekuatan-kekuatan Barat di balik kerusuhan Ambon-Poso, ditolak
juga.  Konspirasi IMF-Multinational Corporations-Barat Anti-Islam di balik
kejatuhan Soeharto, ditolak.  Konspirasi Kristenisasi Internasional-Bisnis
Konglomerat-CSIS di balik gerakan pemurtadan umat Islam Indonesia, ditolak.
Namun, tadi pagi (9/3/2006) di ruang Diponegoro hotel Mandarin Jakarta yang
adem, Bambang Harymurti pemimpin redaksi majalah TEMPO bersemangat
mengkampanyekan sebuah teori konspirasi.
Menurut dia, segala usaha menggolkan RUU Anti-Pornografi-Pornoaksi (RUU-APP)
semata-mata merupakan agenda politik tersembunyi Ikhwanul Muslimin dan
Hizbut-Tahrir dari Timur Tengah, demi memaksakan nilai dan gaya hidup mereka
di sana kepada bangsa Indonesia. Weleh-weleh-weleh.

Bagi puluhan wartawan bule yang hadir dalam diskusi Jakarta Foreign
Correspondent Club itu (kebanyakan tentu wartawan politik), sudah pasti
teori konspirasi Bambang jauh lebih menarik untuk digali, ketimbang
keprihatinan seorang ibu, Santi Soekanto, pembicara lain dalam forum itu.
Santi - yang mewakili Aliansi Masyarakat Anti-Pornogradi dan Pornoaksi, yang
juga wartawan senior-- datang membawa komputer penuh dengan file berupa
gambar, potongan koran, berita koran, iklan, clip film dan sinetron
Indonesia, yang menunjukkan benang merah usaha yang luar biasa raksasa untuk
merusak anak-anak dan remaja Indonesia lewat pornografi. Salah satu yang
ditayangkan di forum itu adalah sebuah adegan sinetron remaja di SCTV, di
mana beberapa pasang pelajar SMA berseragam menonton film porno. Mereka
digambarkan terangsang, lalu satu per satu meninggalkan ruangan untuk
memuaskan syahwatnya.

Menanggapi argumen Santi, Bambang yang lulusan Universitas Harvard, Amerika,
mengatakan, "Kalau berbagai tayangan dan penerbitan porno itu menjadi sebab
perkosaan dan lain-lain, tentu Skandinavia adalah kawasan yang tingkat
perkosaannya paling tinggi. Tapi, Timur Tengah justeru yang tingkat
perkosaannya paling tinggi, di mana peraturan justeru sangat ketat."
Ck..ck..ck.. serampangan benar tuduhan Bambang terhadap negera-negara Timur
Tengah itu.

Bambang juga berkali-kali menuduh, bahwa Aliansi (Santi dan kawan-kawan)
sebenarnya tidak peduli pada pornografi. Buktinya, katanya, pasal-pasal
dalam KUHP sudah cukup untuk menyeret pelaku pornografi, namun Aliansi dan
mereka yang mengusung RUU-APP tidak pernah melakukan tekanan kepada polisi
untuk mengambil tindakan tegas guna melaksanakan pasal-pasal itu. Meskipun
tuduhan "tidak pernah melakukan tekanan terhadap polisi" itu asal bunyi
(karena usaha-usaha itu nyatanya sudah dilakukan), secara jujur memang
gejala korupsi di kalangan penegak hukum juga harus jadi perhatian kita.
"Jadi, mereka (Aliansi) ini sebenarnya lebih peduli pada agenda tersembunyi,
yaitu mendorong pelaksanaan syariat Islam di negeri ini, seperti Taliban di
Afghanistan. Saya menghawatirkan, potensi gerakan kekerasan jika RUU ini
diberlakukan."

Analisis ini diamini oleh Leo Batubara, salah satu Ketua Dewan Pers, yang
berbulan-bulan ini sangat bersemangat membela majalah porno Playboy
Indonesia agar boleh terbit di sini. "Saya tidak suka multiparty system,
tapi saya suka multi-posision (dalam melakukan hubungan seks)," katanya.
"Dari mana saya dan istri saya bisa belajar posisi-posisi itu kalau bukan
dari media porno?" Hadirin tertawa. Menurut Leo, kebutuhan orang dewasa akan
pornografi juga harus dilindungi dengan undang-undang. Ia menyimpulkan,
RUU-APP ini hanya salah satu cara pemerintah Presiden SBY untuk menyenangkan
hati Majelis Ulama Indonesia supaya kekuasannya didukung terus, sekaligus
mendapatkan cara baru untuk mengontrol kebebasan pers.

Leo juga berkali-kali mengklaim, bahwa 41 juta orang Sunda pasti menolak
RUU-APP itu, karena akan mengkategorikan tari jaipongan sebagai pornoaksi.
tayuban di Jawa, tari Bali, dan orang Papua yang hanya berkoteka juga
dikhawatirkan Leo akan ditangkapi polisi. Suami isteri yang berciuman di
depan umum juga akan ditangkap. "Ini gerakan Taliban Afghanistan, atau Saudi
Arabiyah, mau dipaksakan kepada bangsa Indonesia," katanya berapi-api. Teori
konspirasi lagi.

Berbagai tema yang berkembang di media massa, di ruang-ruang DPR, dan di
masyarakat seputar RUU-APP tumpah di forum wartawan asing itu. Semua
keberatan itu dikemas dengan sangat menarik lewat dua isu, "konspirasi Islam
militan Ikhwanul Muslimin-Hizbut Tahrir-Timur Tengah-Pro-Taliban untuk
memaksakan syariat Islam di Indonesia" serta "konspirasi pemerintah
SBY-Majelis Ulama Indonesia untuk mengekang kembali kebebasan pers". Sungguh
teori-teori konspirasi yang punya news-value sangat tinggi di masa kini,
bukan? Uenaak tenaaan...

Bagi Bambang dan Leo, tidaklah penting untuk mendengarkan kecemasan yang
melanda jutaan ibu dan ayah atas serangan pornografi, sementara mereka saban
sore menuntun tangan mungil anak-anaknya dengan penuh kasih sayang menuju
masjid atau mushalla, atau taman bacaan Al-Quran. Itu tidak penting.
Bambang dan Leo mungkin juga tidak percaya, bahwa ada jutaan pemuda dan
pemudi yang hanif, yang sehari-hari menjaga pandangan mata dan pergaulannya
agar ibadahnya khusyu' dan akhlaknya semakin baik. Tidak penting juga bagi
Bambang dan Leo untuk mendengarkan kegelisahan para ulama (karena dari cara
mereka menyebut kata "ulama" terasa, bahwa mereka tidak merasa perlu
menghormatinya), betapa kerja keras mereka mendidik jutaan santri terancam
oleh raksasa industri pornografi.
Bambang dan Leo jelas tidak merasa penting untuk mengapresiasi kerja keras
ibu-ibu yang tulus semisal Santi dan Bu Elly Risman dari Yayasan Kita dan
Buah Hati, yang bekerja keras mengumpulkan begitu banyak bukti dahsyatnya
kerusakan masyarakat kita akibat industri pornografi dan pornoaksi.
Nampaknya tidak terbayang oleh Bambang dan Leo, bahwa ada jutaan orang tua
yang setiap malam meneteskan air mata memohon kepada Allah agar anak-anaknya
diselamatkan dari kerusakan zaman. Tidak, tidak, tidak. Itu bukan hal-hal
yang penting bagi Bambang dan Leo.

Karena itu sulit diterima oleh Bambang dan Leo, bahwa tanpa Ikhwanul
Muslimin maupun Hizbut Tahrir sekalipun, akan ada jutaan penduduk Indonesia
yang siap melakukan apa saja (termasuk mendukung RUU-APP yang banyak
kelemahan redaksionalnya), agar di mata Allah Subhanahu wa ta'ala mereka
tidak dianggap membiarkan berlangsungnya kemungkaran. Jutaan penduduk
Indonesia seperti ini, dengan sabarnya mendukung proses demokrasi agar
ikhtiar mereka disempurnakan Allah.
Bagi jutaan penduduk Indonesia yang seperti ini, menghadapi keberingasan
kejahatan seperti pornografi, dan orang-orang yang membelanya seperti
Bambang dan Leo memang memprihatinkan. Namun mereka sudah biasa menghadapi
hal itu, karena sudah membaca pesan al-Quran, bahwa akan selalu ada
permanent confrontation (demikian istilah Prof Naquib Al-Attas, bukan lagi
clash of civilization) antara Haq dan Bathil, sampai akhir zaman.

Ada dua konsep yang absen dalam diskusi tadi pagi di hotel Mandarin, yaitu
konsep DOSA dan AKHIRAT. Konsep inilah yang memisahkan antara Santi dan
Bambang-Leo dalam dunia yang sangat berjauhan, sehingga nyaris mustahil
dipertemukan.
Istilah "melindungi masyarakat" dan "kerusakan akhlak bangsa ini" yang
dulang-ulang Santi, bukanlah sesuatu yang difahami dengan kecemasan yang
sama oleh orang yang tidak memahami konsep dosa dan pengadilan Akhirat. Tak
ada kecemasan apa-apa. Sedangkan bagi Santi dan banyak orang yang ikut
melawan kejahatan pornografi, jika pilihannya cuma dua, lebih baik mereka
dipaksa oleh negara untuk masuk surga, daripada diberi kebebasan oleh negara
untuk melenggang ke neraka.*




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke