HARIAN ANALISA Edisi Rabu, 22 Maret 2006
TDL Tak Naik, Presiden Minta Masyarakat Hemat Jakarta, (Analisa) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan tidak akan menaikkan tarif dasar listrik (TDL) pada tahun ini dan meminta agar seluruh masyarakat melakukan penghematan penggunaan listrik. "Meski TDL tidak naik, diharapkan seluruh masyarakat Indonesia betul-betul untuk melakukan penghematan penggunaan listrik, karena kebutuhan listrik untuk rumah tangga, industri dan sosial jauh di atas kapasitas yang dimiliki," kata Presiden usai sidang kabinet terbatas di Jakarta, Selasa (21/3). Menurutnya, penghematan penggunaan listrik juga harus dilakukan jajaran pemerintah dan lembaga-lembaga negara baik di pusat dan daerah, begitu pula rumah tangga papan atas dan kegiatan-kegiatan sosial. "Listrik untuk industri yang produktif digunakan sebagaimana mestinya," tambahnya. Sementara untuk ke depan, Presiden ingin agar pembangunan sektor listrik berjalan dengan baik agar lebih banyak tenaga listrik yang dihasilkan sehingga kegiatan ekonomi akan tumbuh dengan baik dari tahun ke tahun. Dijelaskan Presiden, idealnya sampai dengan 2010, Indonesia membutuhkan tenaga listrik sebanyak 40 ribu megawatt sementara posisi hingga akhir 2006 hanya mencapai 30 ribu megawatt sehingga masih ada kekurangan sekitar 10 ribu megawatt. "Salah satu kebijakannya adalah dengan mengubah pembangkit listrik dengan BBM menjadi batubara dan gas, seperti di proyek Tanjung Jati B, Cilegon dan Cilacap," katanya. Sebelumnya, Presiden menilai kondisi ekonomi riil dan daya beli masyarakat bawah yang masih lemah akibat kenaikan harga BBM tahun lalu menjadi pertimbangan utama keputusan tidak menaikkan TDL. Sedangkan mengenai dampaknya terhadap kemampuan APBN untuk menambal subsidi yang dibutuhkan PLN, menurut Presiden, akan dibicarakan lebih lanjut dengan DPR. "Setelah ini, pemerintah akan membahas dengan DPR implikasi terhadap APBN mengenai subsidi ke PLN, agar APBN tetap sehat dan suistainable," katanya. Selain itu, diharapkan PLN juga melakukan program restrukturisasi dengan melakukan efisiensi serta meningkatkan pelayanan publik yang lebih baik sehingga kinerjanya bisa meningkat. TERIMA KASIH Sementara itu Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengucapkan terima kasih kepada pemerintah karena tidak menaikkan TDL tahun ini, namun hal itu baru menyelesaikan satu masalah dari banyaknya masalah lain yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi yang mengurangi daya saing nasional. "Penundaan kenaikan ini merupakan langkah bijaksana dari pemerintah di tengah ekonomi nasional yang macet saat ini," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi, dan Kelautan, Rachmat Gobel kepada Antara, di Jakarta, Selasa, menanggapi pengumuman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunda kenaikan TDL tahun ini. Menurutnya, langkah pemerintah yang mengakomodir kepentingan berbagai pihak yang meminta TDL tidak naik memberikan optimisme khususnya di kalangan dunia usaha bahwa pemerintah sekarang mampu memahami kondisi saat ini. Oleh karena itu, Rachmat juga mengimbau dunia usaha di dalam negeri agar turut membantu pemerintah dengan melakukan efisiensi guna mendongkrak daya saing nasional karena penundaan kenaikan TDL memberi ruang yang lebih besar bagi bergeraknya ekonomi nasional. Rachmat mengatakan, penundaan kenaikan TDL tahun ini baru memecahkan satu masalah yang dihadapi dunia usaha khususnya industri di dalam negeri yang kini tengah anjlok kinerjanya akibat menurunnya permintaan pasar domestik. "Namun pemerintah juga harus tetap konsisten menciptakan iklim yang lebih kondusif lagi bagi peningkatan kinerja industri di dalam negeri yang kini tengah anjlok dan mempertimbangkan berbagai input dari dunia usaha untuk mendorong pertumbuhan pasar dalam negeri," ujar Rachmat. Oleh karena itu, Rachmat meminta pemerintah juga serius mengamankan pasar dalam negeri dari produk selundupan, serta produk yang tidak jelas mutunya melalui penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI). "Pasar domestik harus dilindungi segera, tidak hanya untuk kepentingan industri tapi juga perlindungan konsumen," ujarnya. Rachmat mengatakan, hal itu penting untuk membantu kalangan industri agar pasar dalam negeri yang besar bisa dinikmati lebih banyak oleh industri yang sudah ada sehingga kinerjanya meningkat dan mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak. "Kita mengharapkan pemerintah mengamankan pasar dalam negeri dari produk selundupan dan produk yang tidak memenuhi standar, agar stok yang menumpuk karena permintaaan yang tidak naik bisa segera cair," kata Rachmat. Ia mengatakan sejumlah persoalan yang masih dihadapi industri adalah nilai tukar (kurs) yang menguat terlalu cepat, sehingga mengancam rugi kurs bagi industri yang banyak menggunakan komponen impor maupun industri yang melakukan ekspor. Rachmat sebelumnya mengharapkan pemerintah bisa melakukan stabilitas nilai tukar pada level Rp9.200 sampai Rp9.500 per dolar AS. (Ant [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/