http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/032006/23/0901.htm


Dari  Freeport  ke  Blok Cepu
Oleh AGUS SANTOSO 


SUNGGUH satu ironi yang nyata telah diperagakan para petinggi negeri ini. Kasus 
"meledaknya bom waktu" PT Freeport McMoran Copper & Gold Inc. sama sekali tidak 
dijadikan pelajaran berharga bagi penentuan arah kebijakan berikutnya. Ketika 
gelombang protes dan demonstrasi rakyat Papua bergejolak, hingga menumpahkan 
darah dan jiwa, pemerintah mengeluarkan kebijakan hampir serupa, dengan 
menyerahkan kepemimpinan operatorship Blok Cepu kepada (lagi-lagi) perusahaan 
AS, ExxonMobile Oil. 

Eksistensi Freeport

Tentu kita semua tahu bahwa PT Freeport adalah perusahaan tambang emas terbesar 
di Indonesia. Sejak tahun 1967 perusahaan ini telah beroperasi melakukan 
eksplorasi dan eksploitasi bahan tambang di Pegunungan "surga dunia" Grassberg, 
Timika. Semula, hanya ditemukan bijih tembaga, namun sejak tahun 1988, 
ditemukan deposit emas yang diperkirakan mencapai 2,8 miliar metrik ton bijih. 
Belakangan, diakui sebagai kandungan emas terbesar di dunia. Hingga kini 
perusahaan yang bermarkas di New Orleans, AS itu mampu memproduksi 200.000 ribu 
ton bijih emas setiap harinya ("PR", 18/3).

Nama Freeport pun kian melambung, hingga pernah menjadi salah satu perusahaan 
yang dibanggakan. Hingga tahun 2005, Freeport masih berada di posisi 12 besar 
perusahaan terfavorit (Survei: Warta Ekonomi). Alasannya, salary yang sangat 
menggiurkan! Bahkan penghasilan para big boss-nya sangat luar biasa fantastis! 
Sebagaimana dilansir "PR", berdasarkan laporan Reuters (1/3), setiap bulannya, 
empat big boss Freeport paling tidak menerima salary sebesar Rp 126,3 miliar 
lebih!

Sementara pendapatan perusahaan pada tahun 2005, sebagaimana dilansir The 
Australian News, dipastikan mengeruk keuntungan sebesar 1,2 miliar dolar dari 
total pendapatan 4,2 miliar dolar.

Tak mengherankan jika kemudian perusahaan McMoran ini menjadi pembayar pajak 
nomor wahid. Itu pun setelah dikritik oleh mantan Ketua MPR Amien Rais karena 
sebelumnya hanya menempati peringkat sembilan. Jauh di bawah perusahaan rokok. 

Memang, sosok Amien Rais merupakan salah satu tokoh nasional yang sangat 
concern dan gencar menyoroti "kejanggalan" Freeport. Tampaknya ia sangat 
geregetan terhadap pemerintah pusat, hingga tiba-tiba saja ia ber-statement 
bahwa ia akan mencalonkan Jenderal Polisi Sutanto sebagai calon presiden 2008. 
Padahal bursa capres belum dimulai. Jika ditelusuri, bukan tidak mungkin 
statement itu merupakan sindiran atau ungkapan kekesalan terhadap sikap dan 
kebijakan SBY-Kalla. 

Selama tahun 2005, total penghasilan langsung pemerintah Indonesia dari 
Freeport diklaim sekitar 880 juta dolar. Secara persentase, tentunya angka itu 
sangat kecil. Kondisi terakhir, Indonesia hanya memiliki 9, 36 % saham!

Audit lima tahunan yang dilakukan pemerintah seolah hanya formalitas yang tetap 
meng-cover transparansi laporan keuangan dan operasional produksi. Bahkan 
setelah PT Freeport membuat saluran pipa raksasa yang menghubungkan area 
penambangan dengan laut, semakin banyak muncul spekulasi penyimpangan di tubuh 
sumur emas itu.

Alih-alih rakyat Papua yang mengais rezeki, justru malah para petinggi negara 
dan militer yang turut ketiban "rejeki nomplok". Disinyalir, mereka menerima 
imbalan besar hingga jutaan dolar. Faktor-faktor inilah yang menjadi bagian 
dari tetap kukuhnya eksistensi Freeport di Indonesia.

Sosio-geografis Timika

Permasalahan krusial lainnya berkenaan dengan unsur sosio-geografis. Warga 
Papua yang nota bene sebagai "pemilik wilayah", selama lebih dari 30 tahun 
hanya bisa menjadi penonton. "Keberkahan" tambang emas itu hampir tak menyentuh 
mereka. Otomatis gejala ini menjadi tombol pemicu bom waktu. Bermula dari 
kecemburuan sosial, hingga makin menggelinding menjadi aksi anarkis yang tak 
terbendung lagi.

Warga yang berharap mendapatkan cipratan rezeki dari lahan tambang, ternyata 
hanya bisa bermimpi panjang. Penjagaan ekstra ketat terhadap area penambangan, 
seolah-olah tak memberikan ruang dan peluang sedikit pun bagi mereka. 

Jika dihitung, jatah untuk rakyat Papua dari royalti hanya sebesar 1,56% dari 
total penghasilan Freeport atau sekitar 7,45% dari total penghasilan pemerintah 
pusat. Dari angka itu dibagi lagi dengan rincian 32% untuk Kab. Timika, 32% 
untuk seluruh kabupaten di Papua dan 11% untuk pemerintah daerah.

Eksploitasi yang dilakukan PT Freeport juga telah menimbulkan kerusakan 
lingkungan yang cukup signifikan. Salah satunya, aliran sungai Ajkwa yang 
mengalir di area itu telah berubah sama sekali menjadi aliran limbah tambang 
(tailing). 

Sudah saatnya bagi pemerintah pusat untuk melakukan beberapa langkah strategis, 
diantaranya: 

Pertama, melakukan revisi kontrak karya yang tengah menjalani tahap II, 
sehingga lebih mengakomodasi kepentingan warga Papua yang sebenarnya mereka 
tidak terlalu neko-neko. Selain itu juga lebih mengarah pada perusahaan yang 
berwawasan lingkungan.

Kedua, dari segi keuangan, pemerintah juga harus segera melakukan audit, 
terutama berkenaan dengan penyaluran dana community development, sudah sejauh 
mana dana itu diterima pemerintah daerah, di mana letak kendalanya selama ini, 
sehingga masyarakat setempat bisa membangun dan meningkatkan taraf hidupnya.

Quo vadis Blok Cepu?

Belum lagi usai kisruh Freeport, kini mencuat cikal bakal bom waktu berikutnya, 
yakni 'suksesnya' ExxonMobile Oil memboyong gelar panglima operasi Blok Cepu. 
Exxon yang telah mengambil alih kepemilikan saham PT Humpuss sejak tahun 2000 
tetap memegang kendali operasi terhadap eksploitasi kilang minyak yang 
diperkirakan mengandung cadangan sekitar 11 miliar barel itu. Ironis! Ibarat 
menyerahkan posisi kepala keluarga kepada tamu yang bukan penghuni rumah!

Penulis sependapat dengan statement Sdr. Moh. Syamsul Arifin (PR, 20/3) yang 
menyatakan ada state di balik Blok Cepu. Memang, sepak terjang AS tidak 
terlalu sulit dibaca. Penentuan operator Blok Cepu tidak terlepas dari muatan 
politis. Secara langsung atau tidak, Indonesia tengah berada dalam posisi under 
pressure. Kepentingan global AS terhadap lahan-lahan strategis di berbagai 
belahan dunia, semakin menggiring arah kebijakan negara adikuasa ini pada 
neoimperialisme. 

Satu hal yang perlu digarisbawahi, AS memiliki SPR (Strategic Petroleum 
Reserve), yakni semacam sumur minyak buatan berisi cadangan minyak mentah yang 
disimpan di bawah tanah perut bumi. Minyak itu dibeli dari luar, jumlahnya 
mencapai 1 miliar barel! Sumur minyak ini bisa dijadikan alat kekuasaan 
bilamana diperlukan.

Mengenai Blok Cepu, Revrisond Baswir, seorang pengamat Ekonomi UGM, berharap 
SBY bisa bersikap seperti Presiden Venezuela, Hugo Chavez, yang berani 
menentang tekanan AS, hingga ia memutuskan untuk mengelola sendiri cadangan 
minyaknya. Dari segi modal, peralatan, dan SDM sebenarnya kita mampu. Justru 
inilah saatnya untuk mendongkrak Pertamina sebagai perusahaan pribumi ke kancah 
internasional.

Memang, fenomena ini merupakan satu keprihatinan bagi kita, sebagai bangsa yang 
tengah merangkak menghadapi berbagai krisis. Bangsa yang ternyata tak kunjung 
meraih kepercayaan dirinya untuk mencoba mandiri dan berdiri tegak mengukir 
prestasi. Sudah saatnya bagi kita untuk melepaskan diri dari cengkeraman 
bangsa-bangsa yang haus kekuasaan. 

Baik Freeport maupun Blok Cepu adalah bagian dari anugerah Yang Mahakuasa 
kepada bangsa ini yang perlu dikelola dengan baik, sehingga bisa menjadi sumber 
bagi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara adil tanpa ada yang 
terzalimi.***

Penulis, pemerhati sosial politik, alumnus Universitas Padjadjaran


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke