Assalamu'alaikum wr wb, Hm....lha Pak Achmad kan punya semangat dan niat untuk membangunkan umat Islam yang katanya tidur....:), saya kan juga punya hak untuk mengajak jalan-jalan umat islam yang barusan bangun tidur :), sama - sama cari pahala, mekaten Pak Achmad. Kalau saya ngajak jalan-jalan umat yang pinter-pinter itu kan saya juga untung, biar ketularan pinternya. Tolong dicatat gedhe banget pak, saya "gatel" dengan insan-insan yang Islamobia atau yang suka propaganda and ngelek-elek umat Islam, lha Gusti Allah saja berfirman Islam itu Dien yang sempurna dan Umat Islam ( muslim dan muslimah ) adalah manusia yang terbaik..... "Kamu adalah manusia terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang makruf, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah" (Surah Al-Imran: ayat 110) ------------- Penghargaan Nobel itu kan digagas oleh Alfred Nobel yang industrialis Swedia itu, ya kenapa kita tidak menggagas sendiri hadiah nobel untuk bangsa kita dan saudara-saudara kita diseluruh dunia ? siapa yang bisa melarang?, asal kita tidak meng-copy nama Nobel tersebut, karena itu nama dari Alfred Nobel. Ganti saja penghargaan itu menjadi Penghargaan "Pak Achmad Chodjim"....untuk versi Indonesia. Saya memberi contoh adik-adik kita itu mendapat penghargaan Internasional hanya merupakan contoh, bahwa bangsa kita itu mempunyai kwalitas yang sama dengan saudara-saudara kita yang dibarat....begitu pak. Setiap anak dilahirkan dalam fitrah, bergantung kepada ibu bapanya menjadikannya Yahudi, Nasara atau Majusi." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim) ----------- Pak Achmad yang membangunkan umat , sedangkan saya yang mengajak jalan-jalan umat, fair tho Pak ? . Lha mempunyai "niat" kaya gini aja insya Allah yang Maha Kuasa sudah mencatatnya koq...:) Agak nyimpang sedikti pak, apakah ilmu Pak Achmad yang insya Allah sudah mencapai taraf "Makrifat" itu bisa "dinobelkan" ? tentu saja tidak bisa, nah disitulah kebesaran Allah, ilmu manusia itu terbatas :), karena "ilmu" itu kan milik Allah, sedangkan kita tidak punya apa-apa dan lemah. Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Di antara tanda-tanda hari kiamat ialah diangkatnya ilmu, munculnya kebodohan, banyak yang meminum arak, dan timbulnya perzinaan yang dilakukan secara terang-terangan Lanjut dikit saja, Paten, Hak Cipta, Merk tidak ada urusan dengan Nobel, tapi bisa saja itu jadi bisa berurusan dengan Nobel apabila / kalau memenuhi syarat seperti apa yang menjadi misi Nobel yaitu bagi mereka yang telah melakukan penelitian yang luar biasa, menemukan teknik atau peralatan yang baru atau telah melakukan kontribusi luar biasa ke masyarakat serta mempunyai jasa besar terhadap dunia. Bisa saja Pak Achmad Chodjim mendapatkan Hadiah Nobel karena menciptakan perdamaian dunia lewat Ilmu Tasawuf yang dikuasainya. Lha JOSE RAMOS-HORTA saja bisa mendapatkan Nobel, mosok pak Achmad engga bisa ?...., sama-sama manusianya tho pak ?! :) wassalam
[EMAIL PROTECTED] wrote: Saya sih akan mengomentari yang ini saja. Yang salah atau yang kurang lurus saja yang perlu saya tanggapi. Hadiah Nobel, selain bidang sastra dan perdamaian, tidak diberikan berdasarkan "tergantung kepada siapa yang diberi dan memberi". Khususnya untuk bidang fisika, kimia, dan kedokteran, Nobel diberikan melalui rujukan sains internasional. Djaka Sasmita pun bisa mendapat Nobel bila ada bukti pada jurnal kedokteran internasional. Jadi, yang perlu diketahui oleh Mas Jano Ko, karya ilmiah dan penemuan teknologi canggih itu adalah yang diterbitkan melalui jurnal sains yang internasional. Tak ada istilah bagi perlombaan tentang pernobelan. Yang ada ialah Lembaga Noble yang ada di Swedia sana. Dan, ini bukan lembaga yang mengadakan perlombaan pernobelan. Jadi, jangan salah paham. Tak ada pertandingan buat pernobelan. Kalau memang memiliki hasil riset atau penemuan, silakan dituliskan pada jurnal sains internasional. Yang ahli fisika, ya tuliskan penemuannya pada jurnal fisika. Yang ahli kimia ya ke jurnal kimia. Nobel tak ada hubungannya dengan penghargaan internasional yang diberikan pada adik-adik SMA/SMP pada lomba olimpiade fisika, kimia, matematika atau yang lainnya. Mohon dan dimohon untuk tidak asal "asbun", saya malu lho... :)) Jano Ko: "Saya sendiri sudah mempunyai beberapa Paten, Hak Cipta, dan Merk atas penemuan saya, makanya saya tidak percaya dengan Parameter Nobel tersebut, karena disitu terkait banyak hal, ekonomi, politik, de el el" Nobel tak ada urusannya dengan "Paten, Hak Cipta, dan Merk". Kalau paten, hak cipta dan merek itu urusannya ya dengan lembaga yang menangani hal-hal tersebut, dan itu berkaitan dengan perlindungan terhadap bisnis Anda. Sungguh keliru bila Nobel dikaitkan dengan hal-hal tersebut. Oleh karena itu Abdus Salam (Pakistan) dan Ahmad Zewail (Mesir) mendapatkan hadiah Nobel, masing-masing dalam bidang fisika dan kimia. Semoga kita bisa melihat dunia nyata dan tidak hanya bermimpi belakaaaa... :) Salam, chodjim -----Original Message----- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com on Behalf Of jano ko Sent: Friday, March 24, 2006 10:34 AM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: The Importance of Qur'aan in our lives-1 Terus terang, terang terus, Sebenarnya saya kasihan dengan Kang Sabri, koq ya sampai engga melihat di Indonesia ini sudah banyak Karya Ilmiah dan Penemuan-penemuan Tehnologi canggih yang ditemukan oleh para Mahasiswa Indonesia. Mosok mereka hanya dipandang sebelah mata saja ? Masalahnya kan Mahasiswa - mahasiswi Indonesia itu kurang menghormati penemuannya sendiri, sehingga engga kepikiran untuk ikutan Nobel-nobelan itu. Saya yakin sekali kalau Mahasiswa kita itu ikut pertandingan itu, pasti banyak yang akan mendapatkan Nobel. Nyatanya pada tinggat dibawah Universitas banyak adik-adik kita yang mendapat penghargaan Internasional dalam bidang Sains. Opo tumon kang ?! Ada baiknya juga sich adanya Pak Sabri, jadi kepikiran pingin usul ada Menteri Urusan Pernobelan. Saya nanti usul supaya Pak Achmad Chodjim jadi Menteri Urusan pernobelan -pernobelan ..hehehehe. Saya sendiri sudah mempunyai beberapa Paten, Hak Cipta, dan Merk atas penemuan saya, makanya saya tidak percaya dengan Parameter Nobel tersebut, karena disitu terkait banyak hal, ekonomi, politik, de el el. Mau gimana - gimana atau gimini - gimini tetap saja dunia barat berhutang budi kepada Islam, yang penting sekarang adalah kerjasama Barat dan Islam secara Mesra, saling melengkapi dan saling menasehati, Prince Charles, Heir to the British Monarchy in a recent public speech at Oxford University stated: If there is much misunderstanding in the West about the nature of Islam, there is also much ignorance about the debt our own culture and civilisation owe to the Islamic world. It is a failure, which stems, I think, from the straight-jacket of history, which we have inherited. The medieval Islamic world, from central Asia to the shores of the Atlantic, was a world where scholars and men of learning flourished. But because we have tended to see Islam as the enemy of the West, as an alien culture, society, and system of belief, we have tended to ignore or erase its great relevance to our own salam "H. M. Nur Abdurrahman" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Sebenarnya Hadiah Nobel itu tergantung dari siapa yang memberi dan siapa yang diberi. Sebenarnya Djaka Sasmita pantas juga dapat Hadiah Nobel, tetapi buat apa berupaya menembus birokrasi nizam Nobel itu. Contoh kasarnya, itu Hamos Horta, kayf, kok bisa dapat hadiah Nobel Perdamaian? Sama juga seperti yang dibilang al-Ustdz Hasnawi Mardjuni di pesantren, bahwa dalam hal menerbitkan buku, Asia Foundation hanya mau menyuap bikin kenyang penerbit publikasi JIL. Wassalam Muammar Qaddhafi, yang pakai e-mailnya Abah, pd mlm/hr Jum'at MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQ http://www.hidayatullah.com Majalah Suara Hidayatullah : Februari 2002 Djaka Sasmita, Sekitar seribu tahun lalu lahir seorang tokoh yang kemudian menjadi pionir dalam bidang kedokteran modern. Namanya Ibnu Sina. Di Barat tokoh ini lebih dikenal dengan nama Avicenna. Ia bukan saja ahli mengobati berbagai penyakit, tapi juga seorang filsuf Islam yang sangat terkenal. Nah, kini dari Bantul Yogyakarta telah muncul "Ibnu Sina" yang lain. Namanya Djaka Sasmita, seorang ilmuwan jenius yang rendah hati tapi juga mahir mengobati berbagai penyakit. Sebagai ilmuwan, Djaka berhasil menelorkan karya-karya inovatif yang bermanfaat bagi kepentingan orang banyak. Sebagai "dokter", ia telah berhasil menyembuhkan ribuah orang. Dalam mengobati penyakit, Djaka menggunakan metode terapi Gelombang Non Elektro Magnetik (GNEM). Gelombang ini dipancarkan dari komputer yang programnya dirancang sendiri oleh Djaka, demikian panggilan akrabnya. Dengan metode ini suatu penyakit dapat dideteksi secara lebih dini dan sangat akurat, sekaligus memberikan terapi secara tepat tanpa akibat samping. Seorang bernama Bieke Rubindra setelah diperiksa dengan GNEM terdeteksi mengindap penyakit hipertiroid dan kanker getah bening. Karena tidak merasa ada keluhan, ia tak percaya. Dua tahun kemudian ia sakit dan setelah diperiksa di laboratorium medis, ia dinyatakan sakit kanker getah bening. Terbukti, GNEM mampu mendeteksi penyakit 2 tahun lebih cepat. Dr Justiar Gunawan dari BPPT, anaknya terserang kanker otak dan leukemia. Dokter sudah angkat tangan. Kini berobat ke Djaka, keadaannya berangsung-angsur membaik. "Tinggal terapi lewat telpon saja," katanya. Masih ada cerita lain. Amaliyah Madiyan, dokter sekaligus dosen di Fakultas Kedokteran UGM ini terserang penyakit jantung. Akibatnya, ia merasa cepat letih. Kemudian ikut terapi di Isiteks (klinik kesehatan milik Djaka) selama 25 menit. Hasilnya, setelah ikut terapi 4 kali, kini penyakit jantung sembuh dan ia merasa segar kembali. Anak Jenius Djaka Sasmita adalah anak keempat dari Djogo Pertiwi (alm), seorang juru kunci makam raja-raja Mataram Imogiri Bantul Yogyakarta. Terlahir 47 tahun lalu, Djaka kecil menempuh pendidikan SD dan SMP di Imogiri, lalu SMA di Bantul. Begitu lulus ia kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) jurusan Kimia. Dasar anak cerdas, sejak sekolah dasar Djaka selalu meraih juara, bahkan sewaktu kuliah sempat lompat dari tingkat pertama langsung ke tingkat tiga. Sebuah prestasi yang hanya dimiliki tiga dari ribuan mahasiswa seangkatannya di almamaternya. "Ia memang mempunyai kecerdasan di atas teman-teman yang lain," kata Sabirin Mastjeh, kawan kuliah Djaka. Namun justru sejak kenaikan tingkat itu ia didera kegelisahan. Djaka tidak menemukan apa yang dicarinya. Belajar di perguruan tinggi baginya hanya membuang waktu. Sebab, yang dipelajari hal-hal yang tidak praktis dan menjemukan. Hukum-hukum yang diajarkan di kampus menurutnya tidak kuat dan banyak kelemahan. Djaka merasa tak bakal mencapai cita-citanya sebagai penemu yang dapat memberi sumbangan bagi dunia pengetahuan, apabila terus berkutat dengan kuliahnya. Djaka pun jadi malas kuliah dan memilih sibuk melakukan penelitian-penelitian sendiri. Hanya atas saran orang tua dan beberapa pihak, Djaka bersedia melanjutkan kuliahnya. Tetapi belum lagi lulus, ia sudah diminta mengajar di almamaternya. Bahkan pada tahun l977 oleh ketua program Matematika, Djaka diminta mengajar para dosen Matematika, Fisika dan Kimia. Uniknya, tiga tahun kemudian Djaka baru meraih gelar sarjana. Gelar doktornya diselesaikan di Belanda, yakni di bidang Thermodinamika di Universitas Utrecht (Belanda). Di Utrecht Djaka lebih banyak mengikuti berbagai seminar dan diskusi ketimbang kuliah di ruang kelas. Di situlah ia memaparkan teori-teori temuannya. Mulanya banyak ilmuwan menentangnya. Namun setelah Djaka sedikit menjelaskan, mereka bisa menerima. Bisa jadi, itu karena mereka tidak mampu mematahkan teori-teorinya Djaka. Termasuk salah seorang profesor pembimbingnya sendiri akhirnya "menyerah". "Ilmu saya tidak cukup untuk mengajari Anda, sayalah yang harus belajar pada Anda", kata Sang Profesor. Praktis Djaka tidak banyak mengikuti kuliah selama di Belanda. Dia hanya menghabiskan waktunya untuk belajar sendiri dan berkunjung ke berbagai perpustakaan. Di sinilah Djaka menemukan sebagian dari khazanah keilmuan Islam jaman dulu yang dicuri orang-orang Barat. "Di perpustakaan Elschecunde yang terletak di jalan Padualaan, ada beberapa karya ilmuwan Muslim dalam tulisan aslinya," kenangnya. Dari situ pula Djaka mengetahui bahwa dalil sinus cosinus itu penemunya adalah ilmuwan Muslim. Dalam mengembangkan ilmunya kemudian, Djaka merasa cukup dengan al-Qur'an saja. "Al-Quran ini sudah lengkap kandungannya, tinggal kita baca, tambang dan olah saja", kata Djaka yang pernah nyantri di salah satu pesantren di Jawa Timur itu. Hal ini dibuktikannya, misalnya pada ayat nuurun 'alaa nuurin yang artinya 'cahaya di atas cahaya' dipahaminya bahwa cahaya itu bertingkat-tingkat. Berdasarkan ayat ini, Djaka berhasil meracik berbagai peralatan medis yang memiliki kecepatan berlipat dibanding yang sudah ada. Misalnya Alat Laju Endap Darah (LED), dapat bekerja sepuluh kali lebih cepat dari peralatan biasa dengan kemampuan periksa hingga 64 pasien sekaligus. Temuan lainnya adalah alat test DNA yang di rumah sakit bisa memakan waktu beberapa hari, di klinik Djaka cukup dengan waktu setengah menit saja. Untuk menularkan ilmunya, pada tahun 1992 Djaka mendirikan Pesantren Terpadu ISITEKS (Islam, Ilmu, Teknologi dan Seni). Misinya memberikan bekal Islam, ilmu, teknologi dan seni yang handal bagi para santrinya. Mottonya, "mengejar IPTEK bersumber dari al-Qur'an". Ini memang bukan pesantren biasa, sebab kebanyakan santrinya adalah ilmuwan dari berbagai disiplin bidang ilmu seperti kedokteran, komputer, biologi, pertanian, kimia, fisika dan lainnya. Karena itu di ISITEKS ada beberapa pusat kajian. Misalnya seperti Pusat Kajian Kimia, Pusat Kajian Biologi, Pusat Kajian Teknologi Komputer, Pusat Kajian Kesehatan dll. Sebulan sekali, para santri Djaka datang untuk melakukan temu bidang multi disipliner. Masing-masing mengungkapkan perkembangan penelitian mereka dan Djaka memberikan arahan-arahan atau menunjukkan ketika seorang santri mengalami kebuntuan dalam penelitiannya. Kadangkala terjadi diskusi antar bidang dan Djaka menjembatani gap antar mereka dan menjadi penengahnya sehingga tak jarang berhasil memadukan beberapa penemuan. Beberapa santrinya kini telah menghasilkan karya yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Misalnya, Tebu Rendemen Tinggi. Bermula dari permintaan seorang kepala pabrik gula yang mengeluh rendahnya rendemen tebu (6%). Maka Pusat Penelitian Pertanian ISITEKS meneliti dan akhirnya menghasilkan benih tebu yang tak berbunga sehingga mampu menghasilkan rendemen tinggi hingga 24%. Hebatnya, penanamannya tak perlu dengan mencangkul dan memupuk. Cukup ditebar, dia akan tumbuh subur. Penemuan lain adalah alat Laju Endap Darah (LED). Dr Nur Asikin, seorang dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di bawah bimbingan Djaka berhasil menemukan alat yang memiliki kecepatan 10 kali lipat dari alat yang sudah ada yakni dari 120 menit menjadi hanya 10 menit. Alat ini juga dapat digunakan sekaligus untuk 64 pasien. Tentu saja dengan beberapa keberhasilan itu, mengundang banyak orang untuk menjadi santri. Tapi hanya sedikit yang diterima. "Saya ingin memastikan bahwa para santri belajar dengan niat yang ikhlas untuk memberikan sumbangan pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat untuk ummat. Saya ingin menjaga supaya aktifitas penelitian yang ada tidak dikotori oleh amal yang tidak shalih." tegas Djaka. Pernah ada tawaran untuk menjadikan ISITEKS menjadi sebuah proyek pendidikan dengan menjanjikan dana ratusan juta rupiah, namun ditolak oleh Djaka. "Karena saya melihat ada kepentingan materi di dalamnya" katanya. "Lebih baik sedikit tapi halal," kata Djaka seraya menambahkan bahwa apa yang dilakukannya lebih pada pertimbangan akhirat. Kecewa dengan Pendidikan Menurut Djaka, pendidikan sebaiknya diselenggarakan untuk menjawab permasalahan di masyarakat dan memperhatikan tujuan pokoknya, yakni mau dijadikan apa dan untuk bisa apa sang siswa. Tentu saja tanpa mengabaikan ilmu-ilmu pendukung. Dengan demikian penyelenggaraan pendidikannya dapat lebih terpilih. Artinya, pelajaran yang diberikan adalah yang sesuai dengan minat setiap siswa dan kebutuhan masyarakat. Sehingga tak ada pelajaran yang diulang-ulang dan tidak terpakai di kemudian hari seperti yang banyak terjadi kini. "Yang menjadikan bangsa kita mundur adalah karena kita sering belajar hal-hal yang sebenarnya tidak perlu," kata Djaka. Atas dasar itulah, Djaka kemudian menarik keluar Ida Saraswati, putri pertamanya dari SMU Negeri. Putrinya itu kemudian dididik sendiri. Demikian juga dua adiknya. Hasilnya, enam bulan setelah keluar dari sekolah, Ida sudah bisa membuat alat pemeriksa gelombang otak atau EEG (Electro Encepalography). Sekarang, di usianya yang masih 19 tahun, Ida sudah pintar membuat chip komputer, dari komponen dasarnya sampai menjadi IC. Sementara bahasa programnya diracik oleh adiknya, Sikla Istiningsih (16) dan miniaturisasinya dikerjakan oleh anak ketiga, Dika istrandari (14). "Apabila sekolah di luar, sampai lulus doktor pun belum tentu dia bisa membuat alat-alat tersebut," tandas Djaka meyakinkan, tanpa kesan bangga diri.. Bachroni MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQ ----- Original Message ----- From: st sabri To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Saturday, March 18, 2006 12:04 Subject: [wanita-muslimah] Re: The Importance of Qur'aan in our lives-1 :=)) Pinter sampeyan, coba hitung berapa muslim yg menerima hadiah nobel baik bidang : Fisika, Kimia, Ekonomi, Sastra, Perdamaian,kedokteran ..... saya juga gak hafal tapi kalo mau ngitung nih : http://nobelprize.org/physics/laureates/ http://nobelprize.org/chemistry/laureates/ http://nobelprize.org/medicine/laureates/ http://nobelprize.org/literature/laureates/ http://nobelprize.org/peace/laureates/ http://nobelprize.org/economics/laureates/ saya bukan western-minded kok, tapi untuk abad 20 kita harus belajar pada eropa. Herannya Islam hari ini seperti menuju pada kondisi gereja katolik roma (maaf para pemeluk katolik roma) abad pertengahan, dimana para pemuka gereja menganggap agama adalah penyelesaian segalanya. ngoyo woro... salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Selamat pagi pak, > > :) > > Coba Pak Jalan-jalan ke Jepang, Jerman, Inggris, Amrik etc, disana banyak Muslim dan Muslimah pada "bertapa" memperdalam ilmunya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kita saja yang tidak mengetahui > Mereka itu pada menjalankan amanat Hadis Nabi " Belajarlah sampai ke Negeri China" > > Masalahnya kan Islam itu mengajarkan kepada kita semua untuk tidak ' Rija', betul engga pa' ? > > And jangan lupa lho pak Islam itu Rahmatan lil alamin, untuk seluruh Alam semesta, jangan mengira Islam itu hanya untuk orang Arab, nanti engga nyambung - Misconceptions > > > Nearly one in five people in the world today claims the faith of Islam. A diverse community of believers spans the globe. Over fifty countries have Muslim-majority populations, while other groups of believers are clustered in minority communities on nearly every continent. > Although Islam is often associated with the Arab world and the Middle East, fewer than 15% of Muslims are Arab. > > O hiya pak, ilmu itu Milik Allah, dan bersivat Netral, jadi tidak ada salahnya The West belajar kepada Islam dan Islam belajar kepada The West :) , memang itu skenerio Allah supaya umat manusia yang berbeda warna kulit dan budayanya itu untuk saling mengenal dan belajar :) > Soal The West belajar kepada Islam pada masa lalu....nanti akan saya dongengin ya pak.... > > salam > > st sabri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > permasalahannya, sekarang ini umat islam (nota bene pemilik al-qur'an) > tidak pernah mau terlibat dalam riset2 seperti itu dan hanya bisa > menggunakan riset2 orang lain (non muslim) sebagai alat untuk > mengagungkan kitabnya. Tapi segitu thok.... dan mereka pelaku riset yg > memperoleh keuntungannya. > > coba aja liat, ulama kita sibuk ngurusin paha, puser, payudara ..... > bukannya memperdalam phyton misalnya, atau bangun pabrik. Kata > peribahasa AYAM MATI DI LUMBUNG PADI ........ :=)) > > salam > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko <ko_jano@> wrote: > > > > Artikel yang sangat cantik sekali, > > > > Nah , "peringatan" bagi yang suka menafsirkan Al Qur'an seenaknya > sendiri, harus hati-hati, harus membekali dirinya dengan banyak ilmu > pengetahuan / sains kalau tidak ingin melakukan kesalahan fatal dalam > menafsirkan Al Qur'an. > > > > > > Salam. [Non-text portions of this message have been removed] Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... --------------------------------- YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "wanita-muslimah" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. --------------------------------- Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... SPONSORED LINKS Women Islam Women in islam --------------------------------- YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "wanita-muslimah" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. --------------------------------- Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/