Yang jelas ibu-ibu kita ini punya "kepribadian" yang original dan mandiri, 
   
  salam salut
   
  

Radityo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Maaf numpang tanya..Mbak Meilani sama Flora itu kakak adik ya?
Kok sama-sama family name nya Pamungkas....

Hehehehehe.....

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Flora Pamungkas" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Adian Husaini: Rusak atau tidaknya Agama Islam, Lihatlah 
Ulamanya....
> 6 Apr 2006 13:40 WIB
>  
> eramuslim - Wacana sekuler dan liberal dari Barat telah menyerang 
santri,
> mahasiswa dan sejumlah dosen di perguruan tinggi, tokoh dan ulama. 
Tak
> sedikit dari mereka yang kena "virus" impor itu. Tanpa sadar hal 
itu mereka
> ajar dan sampaikan kepada murid, santri dan mahasiswa dan khalayak 
umum.
>  
> Akibatnya, banyak di antara mereka yang tak percaya lagi bahwa Al-
Qur'an
> adalah murni wahyu Allah, mereka menggugat kesucian dan validitas 
wahyu
> Allah Swt itu. Selain itu mereka juga menggugat ulama-ulama saleh, 
seperti
> Imanm Syafi'i, al-Ghazali dan lainnya. Gejala apakah ini? Di mana 
peran
> ulama kita?
>  
> Institute Study of Islamic Thought and Civilization (INSIST), 
sebuah lembaga
> penelitian dan kajian keilmuan dan peradaban, telah melakukan 
workshop di
> berbagai ormas, pesantren, jurnalis dan kalangan lainnya dari mulai 
kawasan
> pesisir sampai Mesir untuk memberikan pencerahan. Ketika workshop 
di Mesir,
> sambutan dari mahasiswa S1 sampai S3 luar biasa. Bulan Mei kru 
INSIST
> dijadwalkan akan diundang ormas-ormas Islam Sumatera Barat 
(Sumbar), dan
> masih banyak lagi kegiatan lainnya.
>  
> Untuk mengetahui lebih lanjut, pengamat dunia Islam Adian Husaini 
menuturkan
> kegiatannya dan penelitiannya tentang perkembangan pemikiran
> sekularisme-liberalisme kepada eramuslim. "Banyak ulama kita yang 
tidak
> sadar dan tak paham. Kalau mau melihat agama ini rusak atau tidak, 
lihatlah
> ulamanya" katanya. Berikut petikannya wawancaranya;
>  
> Anda bersama anggota INSIST sudah menggelar workshop di berbagai 
tempat,
> dari mulai pesantren, ormas-ormas Islam, aktivis, jurnalis dan para 
tokoh.
> Bahkan sampai ke Mesir. Apa yang Anda temukan dari kegiatan 
tersebut?
>  
>  
> Pemikiran Barat dalam studi (pemikiran) Islam memang sudah sangat 
kuat
> berakar. Itu sudah berpuluh-puluh tahun yang lalu dilakukan. 
Sehingga hasil
> yang sekarang adalah hasil yang wajar. Jadi pelan-pelan jelas. 
Kiblat atau
> arah pemikiran Islam sudah lama digeser dari Timur Tengah ke Barat. 
Berapa
> banyak sih dosen yang dikirim ke Timur Tengah dibanding ke Barat? 
Jelas jauh
> kuantitasnya. Sehingga wacana studi Barat dalam pemikiran Islam 
sudah sangat
> berkembang.
>  
> Contohnya?
>  
> Sebagai contoh, misalnya, masuknya materi hermeneutika sebagai alat
> menafsirkan al-Qur'an. Itu sudah masuk menjadi kurikulum wajib. 
Kemudian
> kajian orientalisme di jurusan Tafsir Hadis, juga sudah diwajibkan 
dengan
> literatur-litaratur dan referensi yang justru mendukung orientalis 
yang
> mengkritik al-Qur'an. Ini bukan masalah kecil lagi. Ini masalah 
besar. Jadi
> kekeliruan berfikir dan penyesetan berfikir itu sudah tak lagi 
wacana di
> luar, tapi sudah menjadi wacana struktural kurikulum di perguruan 
tinggi.
> Ini sangat serius masalahnya.
>  
> Lalu ketika kami ke Mesir, mengisi acara workshop di sana, mendapat 
suatu
> realita, ada kesenjangan informasi dalam soal pemikiran Islam. 
Teman-teman
> di Timur Tengah, di Kairo, di Madinah, Jeddah, itu teman-teman yang 
sangat
> concern dan bersemangat dalam bidang ulumuddin, di bidang tafsir, 
hadis,
> perbandingan agama, dan lain-lain. Tapi mereka kurang memahami 
relaitas,
> arah dan trend yang terjadi di Indonesia. Sehingga jarang sekali di 
antara
> mereka yang menyiapkan betul dan melengkapi dengan ilmu-ilmu yang 
dibutuhkan
> di Indonesia. Sebagai contoh misalnya, di Mesir itu ada pakar 
Zionis Abdul
> Wahhab al-Mashiry. Dia menulis kitab "Maushu'ah al-Shuhyuniyyah", 
yaitu
> tentang Ensiklopedi Zionisme delapan jilid. Dia pakar dalam bahas 
Ibrani
> juga dan lainnya.
>  
> Tapi waktu saya ke sana, tidak ada mahasiswa Indonesia yang secara 
khusus
> berguru tentang Zionisme kepada dia, dan menekuni tentang Zionisme 
itu
> sampai membahas Ibraninya. Karena setahu saya di Indonesia belum 
ada seorang
> Muslim yang pakar dalam bidang Zionisme sampai ke akarnya agama 
Yahudi dan
> bahasa Ibraninya. padahal di sana buku-buku itu murah. sampai buku-
buku
> bahasa Inggris yang murah kurang termanfaatkan. Itulah yang kami 
sampaikan.
>  
> Apa yang terjadi di Indonesia. Tantantangannya apa, ilmu-ilmu yang
> dibutuhkan umat saat ini. Seperti ilmu tafsir itu sangat perlu. Tapi
> sekarang pakar tafsir itu harus melengkapi dirinya dengan masalah
> hermeneutika. Kenapa? Kalau nanti dia pulang ke Indonesia, ilmu 
tafsir itu
> sudah diserang dengan ilmu baru, dengan hermeneutika. Kalau pakar-
pakar
> tafsir ini tidak menguasai hermeneutika, dia tidak bisa melakukan 
amar ma
> ruf nahy munkar dengan baik.
>  
> Terjadi pergeseran studi ilmu agama dari Timteng ke Barat. Apa 
karena
> Timteng tak dipercaya lagi sebagai pusat studi Islam atau karena
> metodologinya?
>  
> Semula itu karena alasannya metodologi. Sebenarnya saya lihat Barat 
bukan
> unggul karena metodologi. Karena antara keduanya adalah dua metode 
yang
> berbeda. Bahwa studi di Timur Tengah ada kelemahannya, itu iya. 
Kelemahan
> teman-teman di Timur Tengah rata-rata adalah menguasai wacana 
kontemporer.
> Wacana kontemporer inilah yang sekarang menyerbu. Nah, ulama-ulama 
kita
> dahulu, seperti Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah, dan yang lain sangat 
menguasai
> pemikiran kontemporer pada zamannya, sehinga mereka mampu memberikan
> kritik-kritik yang sangat bermutu.
>  
> Kalau Imam al-Ghazali mengkritik filsafat, itu beliau menulis 
beberapa buku
> tentang filsafat. Ibnu Taimiyah mengkritik Kristen menulis beberapa 
jilid
> kitab tentang Kristen, (Al-Jawabu Shahih liman Baddala Diina al-
Masih).
> Sekarang itu yang dituntut bagaimana cendikiawan kita menguasai
> wacana-wacana kontemporer itu sebagai basis.
>  
> Di Timur tengah itu khazanah dan turats (tradisi)-nya bagus dan 
sangat
> melimpah, tinggal melengkapi saja dengan khazanah Barat. Kalau yang 
dari
> Barat risikonya sangat tinggi. Bukan saja belajar turats, tapi juga
> frameworknya. Kerangka berfikir dan metodologinya yang bermasalah. 
Seperti
> metodolgi agama, mengikuti metodologi relativisme agama. Itu yang
> dikembangkan. Jelas ini beda. Sejumlah pemikiran liberal dari 
Timteng
> seperti Arkoun, Nasr Hamid, dan lainnya tidak begitu terkenal di 
sana. Tapi
> ketika masuk ke Indonesia kok jadi lain? Ya itu seperti pemikiran 
Kholil
> Abdul Kariem. Pemikiran Marxis itu tak begitu kencang di sana, iya.
>  
> Tapi ketika di sini lain. Ini terjadi karena, pertama, intern kita 
ini
> kurang sigap dalam menjawab masalah ini. Jadi kalau kita ingin 
menjawab
> pemikiran Jabiri Nasr Hamid, Arkoun dan segala macam, maka kita 
harus
> memeiliki buku-buku mereka supaya jawaban kita tepat. Itu yang kita 
kurang.
> Saya belum tahu ada ulama yang ahli memasuki kancah pemikiran 
liberal. Lalu
> soal sistem hukum negara kita memungkinkan untuk itu. Ini karena 
negara kita
> bukan negara Islam, sehingga masalah pemikiran di era kekebasan ini 
mendapat
> porsi yang kencang. Orang ngomong apa saja di sini boleh tidak ada 
masalah.
> Ada semacam unsur pubertas liberalisme. Jadi sok liberal. Kalau 
orang dulu
> ada sok Belanda. Belanda yang kulit putih itu kadang-kadang lebih 
halus
> daripada Belanda yang hitam (Indonesia).
>  
> Sejauh mana para sarjana dan ulama Indonesia memahami dan sadar 
mengenai
> masalah ini?
>  
> Nah, banyak yang memahami secara global. Misalnya, masalah 
pluralisme agama
> banyak yang paham masalah itu. Tapi karena memang bukan di 
bidangnya, atau
> belum sempat mendalami secara serius, akhirnya tidak mendalam.. Itu 
yang
> sekarang kita mengajak kerja sama dengan lembaga-lembaga Islam 
bagimana
> mengkaji masalah kontemporer. Karema INSIST yang pertama kali 
mengkaji ini,
> ya kita yang harus bertanggungjawab untuk memberikan kajian-
kajiannya dari
> research. Misalnya, ketika di Malaysia. Di ISTAC sudah lama materi 
itu
> diajarkan. Justru dengan sudut pandang yang berbeda dengan yang 
berkembang
> di UIN. Karena sejak awal Prof. Al-Attas, sejak tahun 1980, sudah 
mengatakan
> hermeneutika berbahaya buat menggantikan tafsir al-Qur'an, dan dia 
bukan
> tafsir al-Qur'an. Kemudian di ISTAC juga dilengkapi dengan litetarur
> hermeneutika dan dosen-dosen yang pakarnya dari Roma didatangkan. 
Sehingga
> teman-teman yang belajar di ISTAC mudah memahami hermeneutika, bahwa
> hermeneutika ini dikembangkan oleh orientalis di sana sehingga 
ketika itu
> tahu duluan. Ibarat penyakit, kita bisa mendekteksi. Ini yang 
sekarang di
> kalangan ulama rata-rata belum mengerti masalah ini. Itu yang kita 
lakukan
> dengan berbagai lembaga Islam dan mengadakan workshop untuk 
memperkenalkan
> kepada mereka, termasuk buku saya, Wajah Peradaban Barat, itu 
sebagiannya
> membahas hermeneutika.
>  
> Bukankah belajar di Timur atau di Barat itu tergantung orangnya. 
Misal Prof.
> DR. Rasyidi belajar di Paris, tapi ia sangat tajam dengan pemikiran 
di
> Barat?
>  
> Ini problem sistem atau personnya. Sistemnya sangat kuat. Framework-
nya juga
> kuat. Mereka itu sudah kenal istilah inklusif-eksklusif, pluralis, 
tekstual-
> kontekstual, relatif. Istilah-istilah itu sudah kuat dalam pikiran 
mereka.
> Kalau mereka menulis sesuatu sudah masuk dalam framework seperti 
itu.
> Sehingga perlu framework alternatif. Itu yang sekarang kita 
tawarkan. Kalau
> Anda tidak ingin dan tak mau framework orientalis, lalu pakai 
framework apa?
> Ini lho epistemologi Islam.
>  
> Artinya selama ini mereka tidak kritis terhadap framework dan 
wacana dari
> Barat?
>  
> Itu karena kuatnya para orientalis. Yang kedua, juga karena 
kelemahan. Kalau
> kita kuat, misalnya, kalau kita bisa seperti Naquib al--Attas, 
Rasyidi,
> Musthafa A'dhami. Mereka belajar kepada orientalis, tapi justru 
menjadi
> pengkritik para orientalis. Ketiga, karena ada kemudahan uang. 
Balajar di
> Barat itu lebih nyaman, perpustakaan lebih lengkap.
>  
> Lalu sejauh mana kemudian INSIST mencounter wacana Barat yang 
sekarang
> berkembang?
>  
> INSIST ini sebenarnya tidak ingin berhadapan dengan liberalisme, 
karena kita
> ini ingin membangun kekuatan umat sendiri. Tantangan itu selalu ada
> terus-menerus, dan kita perlu menjawab tantangan itu. Tanpa 
membangun umat
> Islam sendiri, itu kurang efektif.
>  
> Anda mengatakan menghadapi satu ulama jahat lebih berat daripada 
menghadapi
> seribu pastor. Bisa dijelaskan?
>  
> Iya. Karena, Rasulullah sendiri berkata seburuk-buruk makhluk 
adalah ulama
> jahat. Yang paling kutakutkan adalah orang-orang munafik yang 
canggih dalam
> berargumentasi. Ulama itu kan pewaris Nabi. Artinya, dialah yang 
menjaga dan
> melanjutkan risalah kenabian. Kalau yang diamanahi untuk menjaga 
agama ini
> rusak, itu kan celaka. Ibaratnya, dalam tubuh kita ada darah putih 
itu untuk
> pertahanan tubuh, tapi darah putih itu justru menjadi kanker. Jadi 
kalau mau
> melihat agama ini rusak atau tidak, maka lihatlah ulamanya.
>  
> Lalu apa yang kita lakukaan menghadapi penyakit itu?
>  
> Ibaratnya kalau penyakit, kalau ada wabah melebar, maka yang perlu 
kita
> selamatkan adalah yang sehat dulu. Yang sehat-sehat harus 
diselamatkan.
> Dengan apa? Yakni dengan memberikan vaksinasi akan bahaya penyakit 
ini
> supaya mereka tidak kena. Oleh karena itu untuk mengetahui 
pemikiran yang
> batil itu hukumnya fardlu 'ain bagi ulama, karena ulama itu 
bertanggungjawab
> melindungi umat terhadap serangan yang batil itu.
>  
> Saya pikir pada zaman Imam al-Ghazali belum ada tv, koran, apalagi 
yang
> sekarang, kebatilan itu lebih serius lagi. Lalu untuk yang sakit. 
Ini ada
> dua, ada yang sadar dia memang sakit, dan ada yang tidak sadar. 
Yang sakit
> yang tidak sadar ini harus disadarkan bahwa dia ini sakit. Nah, 
setelah
> sadar kita berikan obat untuk menangani penyakit dan bahaya 
penyakit itu.
> Dan yang tidak bisa diselamatkan ya diamputasi supaya dia tidak 
mengganggu
> yang lain. Ibarat kanker, ya mesti dibuang. Seperti kata 
Allah, "Dan jangan
> kamu risau dengan orang-orang kafir. Mereka memang berlomba-lomba 
dalam
> kekufuran." Mereka memang memilih jalan itu. Kewajiban kita amar 
ma'ruf nahi
> munkar. Lana a'malun walakum a'malukum.
>  
> Jadi ulama, pondok pesantren kita saat ini menghadapi tantangan 
yang besar.
> Tapi ini juga sekaligus peluang yang sangat besar. Menghadapi 
tantangan yang
> besar ini apa mereka sadar dengan hal itu? Banyak yang tidak yang 
saya lihat
>  Sadarnya biasanya setelah kena. Misalnya ketika ada workshop di 
Kairo. Ada
> banyak anak-anak kyai. Mereka bercerita bagaimana pesantrennya pada 
kena.
> Setelah pesantrennya pada kena ada yang mengkritik Imam Syafi'i, 
dan mulai
> menyerang al-Qur,an. Kemudian kyainya kaget. Lho kok sudah kayak 
begini. 
> Justru kita saat ini diberi peluang oleh Allah Swt dengan masalah 
ini. 
>  
> Bagaimana pemerintah bisa ikut andil membentengi umat dari penyakit
> tersebut?
>  
> Pemerintah berat sekali. MPR saja sulit membendung paham komunisme. 
Apa bisa mereka menghentikan peredran buku-buku komunisme. Pemikiran 
liberalisme juga demikian. Walaupun MUI, NU sudah mengeluarkan fatwa 
tentang liberalisme. Tapi kenyataan di lapangan, hegemoni informasi 
dari Barat itu sangat kuat. Masalah ilmu harus kita hadapi dengan 
ilmu, wacana informasi harus kita hadapi dengan informasi. (dina)
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>







Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 


    
---------------------------------
  YAHOO! GROUPS LINKS 

    
    Visit your group "wanita-muslimah" on the web.
    
    To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
    
    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 

    
---------------------------------
  



Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke