Menurut saya : Menjadi ibu rumahtangga, menjadi ibu yg bekerja, menjadi ibu yg berkarir adalah
mungkin juga suatu "keterpaksaan" - takdirnya begitu, bukan pilihan........ :-))

Kayaknya kisah ini justru memperlihatkan bahwa Lizsa Anggraeny [LA] sebenarnya
'tidak ikhlas' menjalankan tugasnya yg sekarang - jadi ibu rumah tangga.
Mohon maaf jika dugaan saya keliru.

LA berusaha membuat suatu pembenaran, berempati, menghibur dirinya sendiri.
Bahwa tugasnya sekarang seperti tokoh agama perempuan di masa lalu.
LA ndak tahu bahwa dimasa sekarang masih banyak perempuan yg tidak seberuntung dirinya.

Banyak perempuan yg menjadi ibu rumahtangga saja [ tanpa bisa ikut kursus bahasa,
tanpa punya kegiatan lain di luar rumah, tanpa punya keahlian lain], padahal sebenernya ia ingin.
Tapi penghasilan suaminya tak mencukupi untuk ia bisa mengembangkan dirinya.
[ Kursus2 mahal, gaji pembantu juga mahal]

Banyak perempuan yg terpaksa bekerja, lantaran penghasilan suaminya gak cukup, atau ia menjadi orang tua tunggal.
Tapi sebenernya ia ingin/lebih senang di rumah, melakukan tugas2 domestik.

Pernah suatu ketika di ruang tunggu RS saya membaca artikel di majalah wanita tentang tokoh wanita yg katanya berhasil
menjalankan perannya : sebagai ibu rumahtangga dan juga sebagai seorang pimpinan perusahaan juga aktif di beberapa organisasi, kemudian juga masih mengambil kuliah S3, mengisi kolom di majalah, mengawasi anak2nya tumbuh kembang.
ia tetap memberikan ASI bagi anaknya. Menjadi ibu, isteri, pimpinan, wanita karir yg sukses, begitu kesimpulannya.

Di sebelah saya, yg ikutan baca, seorang pasien juga, yg adalah seorang ibu rumahtangga mengatakan:
"Beliau adalah pimpinan suami saya.
Ibu X bisa seperti ini kan karena didukung oleh banyak orang [baca : pembantu]ketika ia masih menyusui, bayi dan suster
di bawa kemanapun ia pergi. Mobil seperti rumah ke dua. Di tempat ia bekerja ada ruang khusus untuk kamar bayi.
Ia bisa menyusui kapan saja ia mau. Ia bisa memenej pekerjaan di rumah, memonitor kegiatan anaknya hanya dengan menelpon.
Tapi, teman suami saya, sama2 kerja di pabriknya, seorang perempuan menyusui, terpaksa harus patungan dengan karyawati lain yg juga sedang menyusui untuk beli kulkas kecil agar bisa simpan ASI nya. Ia bekerja naik turun bus, berangkat pagi sekali, pulang petang.
Anaknya di rumah di titipkan pada ibunya. Ia sebenernya ingin meneruskan kuliahnya, tapi  keadaan tidak memungkinkan, ia
harus bantu suaminya cari duit"
Boro2 kuliah, rumah masih ngontrak, mau beli motor supaya lebih efisien pergi bekerja saja masih mimpi, begitu katanya lagi.

salam
l.meilany

----- Original Message -----
From: Flora Pamungkas
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Friday, April 21, 2006 5:32 PM
Subject: [wanita-muslimah] Saya adalah Ibu Rumah Tangga (oleh: Lizsa Anggraeny)


Saya Adalah Ibu Rumah Tangga
Oleh: Lizsa Anggraeny
21 Apr 2006 06:48 WIB

Untuk rencana hari ini, dalam buku agenda tertulis: Membuat purchase order,
meeting supplier, incoming inspection... Dan beberapa jadwal lainnya. Bukan,
saya bukan karyawati kantoran. Saya hanya seorang isteri dengan profesi ibu
rumah tangga. Rencana yang saya buat di atas pun sesungguhnya adalah agenda
biasa berupa jadwal harian rumah tangga. Saya ibaratkan membuat daftar
belanja kebutuhan sehari-hari dengan membuat purchase order; acara pergi ke
pasar, supermarket, ataupun toserba saya istilahkan dengan meeting supplier;
sedangkan incoming inspection adalah istilah untuk rapi-rapi rumah. Semua
saya lakukan dengan tujuan agar lebih semangat dalam menjalani pekerjaan
rumah.
Ibu rumah tangga adalah profesi yang saya geluti semenjak berhenti kerja
dari sebuah perusahaan. Saya menyebutnya profesi karena memang pekerjaan
rumah tangga membutuhkan profesionalisme berupa keahlian, pengetahuan dan
keterampilan sama dengan pekerjaan kantor lainnya. Jika di perusahaan saya
hanya kebagian tugas mengurusi satu bagian yaitu general affair saja,
ternyata di rumah tugas saya tidak hanya mentok di satu bagian. Di sini saya
wajib berperan multiguna sebagai direktur, manajer, sekretaris sekaligus
pekerja, yang tidak hanya bisa memahami, tapi juga harus bisa menguasai
semua bagian. Yang semuannya nanti harus dilaporkan pada presiden direktur
yaitu suami juga pada bagian komisaris tertinggi yaitu Allah swt.
Pertama kali berhenti bekerja dan menjalani perkerjaan sebagai ibu rumah
tangga, sepertinya ada perasaan tidak betah dan malu untuk mengakui.
Mengingat selama ini dalam benak saya telah terpatri pikiran bahwa menjadi
wanita karir lebih baik dibandingkan ibu rumah tangga. Ternyata, setelah
benar-benar terjun fulltime menjalani pekerjaan rumah tangga, pikiran saya
berubah total. Pekerjaan yang semula saya anggap remeh ini ternyata tidak
sesederhana seperti dalam bayangan saat menjalaninya.
Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak hanya membutuhkan perangkat
kasar berupa tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya yang diperlukan untuk
mencuci, menyetrika, bebenah rumah. Tetapi dibutuhkan pula perangkat lunak
berupa kelihaian sang otak dalam mengatur keuangan, mengolah makanan,
meredam emosi yang ada serta beberapa perangkat lunak lainnya yang
berhubungan dengan naluri keibuan berupa kelembutan, kesabaran untuk
mengayomi rumah tangga.
Terkadang ibu rumah tangga pun harus siap menjadi bodyguard yang dapat
mendeteksi keadaan rumah tangga agar selalu adem, ayem, tentrem. Ditambah
dengan waktu kerja yang harus siap sedia selama 24 jam, seorang ibu rumah
tangga memerlukan ketahanan jiwa dan fisik yang kuat.
Jika dalam perusahaan saya bisa mengambil cuti untuk beristirahat, tetapi
tidak begitu dalam profesi ibu rumah tangga. Profesi ini merupakan komitmen
saya. Tidak bisa begitu saja ditinggalkan dengan alasan cuti, mengundurkan
diri atau meminta pensiun dini karena cape ataupun tidak cocok dengan
perkerjaan. Di sinilah karir saya ditempa. Saya adalah fasilator bagi
berjalannya managemen rumah tangga. Semua harus terus dijalani dengan ikhlas
dan ridha untuk mendapat `gaji` berupa palaha tak terhingga dari Allah swt.
Juga `bonus` berupa surga jika patuh pada suami. Insya Allah.
Menjadi ibu rumah tangga pun ternyata tidak menghambat potensi saya. Justru
dengan memilih profesi ini, saya memiliki waktu yang lebih fleksible dalam
mengembangakan potensi untuk meraih prestasi. Di antaranya saya dapat lulus
Nihongo Nouryoku Shiken (Tes Kemampuan Bahasa Jepang) level satu setelah
berusaha keras belajar di antara waktu luang yang ada, juga dapat
mengembangkan hobi menulis. Siapa yang menyangka jika setelah menjadi ibu
rumah tangga, saya justru diamanahi menjadi ketua di salah satu forum
kepenulisan.
Saya bercermin dari ummahatul mukminin di antaranya Siti Khadijah ra.,
seorang ibu rumah tangga yang dapat berperan besar terhadap kesuksesan sang
suami Rasulullah saw. Meski tak menonjolkan diri, tetapi daya dukungannya
begitu kuat. Begitupula dengan puteri tercinta Rasulullah saw yaitu Fatimah
ra., yang tangannya selalu membekas karena sering menumbuk, pundaknya pun
membekas karena sering menjinjing air dengan kendi, bajunya selalu berdebu
karena sering menyapu.
Hingga pernah Rasulullah saw berkata pada Fatimah ra. untuk menghiburnya,
Ya Fathimah perempuan mana yang berkeringat ketika ia menggiling gandum
untuk suaminya maka Allah swt. menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh
buah parit. Perempuan mana yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir
rambut mereka dan mencuci pakaian mereka maka Allah swt. akan mencatatkan
baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang
lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang. Perempuan
mana yang menghamparkan tempat untuk berbaring atau menata rumah untuk
suaminya dengan baik hati maka berserulah untuknya penyeru dari langit
(malaikat), Teruskanlah amalmu maka Allah swt telah mengampunimu akan
sesuatu yang telah lalu dari dosamu dan sesuatu yang akan datang."
Betapa saya menemukan keagungan dalam pekerjaan ini. Sebuah profesi yang
tidak bisa digantikan oleh siapapun selain saya sendiri - ibu rumah tangga.
Tidak salah jika kini, saya begitu bangga dengan profesi ini. Jika ada yang
bertanya apa pekerjaan anda? Tanpa ragu lagi akan keluar jawaban, "Saya
adalah ibu rumah tangga."
Renungan diri,
aishliz et yahoo.com.sg, FLP Jepang.
http://www.eramuslim.com/i.php/atk/view/0118.htm

[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....
Yahoo! Groups Links







[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke