http://kompas.com/kompas-cetak/0604/26/opini/2608723.htm

 
Rakyat Kecil


Kartono Mohamad

Istilah rakyat kecil biasanya berkonotasi kelompok masyarakat yang miskin dan tidak terjangkau oleh berbagai pelayanan publik yang memungkinkan mereka hidup layak seperti manusia di zaman modern.

Menjelang pemilihan umum, mereka akan menjadi omongan kaum politisi yang akan menebarkan janji-janji manis untuk memperbaiki nasib mereka. Tanpa sadar bahwa ketika mereka menebar janji bagi rakyat kecil itu, mereka telah menempatkan dirinya sebagai "bukan rakyat kecil". Penggunaan istilah rakyat kecil, menurut Joseph Mitchell (McSoley's Wonderful Saloon, 1943) menunjukkan sikap yang patronizing. "There are no little people. They are as big as you are, whoever you are," tulis Mitchell.

Sikap merasa berada di atas rakyat kecil ini kemudian akan tercermin dalam cara para elite masyarakat itu mencoba menyelesaikan masalah yang dihadapi rakyat kecil. Yaitu, melalui program-program karitatif, seperti pembagian bantuan tunai, pengobatan gratis, pembagian sembako, dan sebagainya. Paul Farmer, seorang dan sekaligus doktor antropologi dari Harvard Medical School, menyatakan bahwa selain program karitatif, para elite juga sering menjanjikan pembangunan dan keadilan sosial kepada rakyat kecil. Tetapi, dalam pengalaman kita, program pembangunan yang pada awalnya dikatakan ditujukan untuk mengatasi kemiskinan ternyata justru membuat yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Setidaknya jumlah kelompok yang miskin tidak berkurang, atau bahkan justru bertambah.

Dengan program karitatif semacam itu, kaum elite ingin menunjukkan betapa mereka adalah orang-orang yang baik hati dan dermawan. Kemiskinan dapat menjadi alat pemasaran bagi para elite. Oleh karena itu timbul kecurigaan bahwa melalui kegiatan karitatif itu sebenarnya tidak ada niat tulus kaum elite untuk mengurangi kemiskinan. Seperti ditulis Paulo Freire dalam buku Pedagogy of the Oppressed: "In order to have the continued opportunity to express their 'generosity', the oppressors must perpetuate injustice as well, which is nourished by death, despair, and poverty."

Komoditas kaum elite

Selama masih ada kemiskinan dan ketidakadilan sosial, akan selalu ada dalih untuk menunjukkan "kedermawanan". Bahkan di Indonesia ini ada pemeo "kemiskinan adalah komoditas bagi kaum elite". Kemiskinan rakyat dapat dijadikan alat untuk mencari dana. Dulu di zaman Soeharto ketika ada perintah agar gubernur dan bupati melaporkan jumlah rakyat miskin di daerahnya, semua memperkecil jumlah yang dilaporkan. Tetapi ketika dikatakan bahwa pendataan itu akan dijadikan dasar untuk menetapkan besarnya bantuan, jumlah yang dilaporkan tiba-tiba melonjak.

Lagak dermawan dengan melakukan program karitatif itu pada umumnya didasari oleh asumsi bahwa rakyat menjadi miskin karena ulah mereka sendiri. Karena mereka malas, tidak berpendidikan, dan karena nasib atau keturunan. Tidak terpikirkan bahwa mereka menjadi miskin karena kegagalan para elite dalam memperlakukan mereka sebagai bagian dari tanggung jawabnya. Kalangan penganut teologi pembebasan menyebut hal itu sebagai kemiskinan struktural dan kemiskinan akibat kekerasan dari para penguasa.

Pengertian kekerasan di sini tidak harus secara fisik, tetapi lebih secara psikologis. Rakyat miskin menjadi miskin karena ditelantarkan atau dilalaikan oleh para penguasa. Karena mereka telah mengalami ketidakadilan dan ketidaksamaan dalam memperoleh pelayanan publik. Mereka makin mudah menjadi sakit, dan ketika sakit tidak mampu menyembuhkan dirinya sehingga makin tidak produktif dan makin miskin.

Peringkat terbawah

Banyak masalah rakyat, terutama di bidang kesehatan, yang berkaitan dengan kemiskinan. Teknologi kedokteran untuk mengatasi penyakit-penyakit yang terkait kemiskinan pun sudah lama ada. Tuberkulosis, malaria, busung lapar, baik penyebab maupun akibatnya sudah diketahui dan dikuasai teknologi mengatasinya. Pendekatan karitatif terhadap masalah-masalah itu tidak akan membuat penyakit itu menghilang dari kehidupan rakyat miskin. Pemberian susu dan makanan gratis serta pengobatan gratis tidak akan banyak berdampak selama sistem yang membuat rakyat sakit tidak diperbaiki.

Selama rakyat miskin tetap dianggap sebagai "orang lain yang perlu dikasihani" tetapi tidak diberdayakan, selama ketidakadilan masih dipertahankan, dan selama kemiskinan rakyat masih dapat dijadikan komoditas politik, Indonesia akan tetap menduduki peringkat terbawah dalam berbagai indikator kesejahteraan dan pembangunan SDM.

Kartono Mohamad Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia


--
----------------------------------------
I am using the free version of SPAMfighter for private users.
It has removed 490 spam emails to date.
Paying users do not have this message in their emails.
Try www.SPAMfighter.com for free now!


[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




SPONSORED LINKS
Women Islam Muslimah


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke