Pak Wida,

Saya setuju dengan mas Ary,

Jangan melihat baju dan jargon saja... mungkin kita akan lebih bisa
belajar apa bila kita mengerti isinya.  Saya juga tidak tahu banyak
tentang Marx dan komunisme seperti mungkin sama halnya dengan anda
(saya hanya dapat dalam 1 sesi kelas sosiologi kesehatan yang saya
ikuti), dan saya juga tidak akan setuju dengan model komunisme yang
pernah dipraktekan di beberapa negara (dan gagal).

Tetapi toh saya mencoba untuk  melihat mengapa mas Marx dulu bisa
sampai pada thesis seperti itu.
Bagaimana dia melihat bahwa modal hanya diakumulasi oleh kaum borjuis,
bagaimana pekerja yang merupakan backbone industri justru tidak
memiliki arti apa-apa kecuali hanya sebagai salah satu aset produksi
pemodal yang bisa sewaktu2 bisa on his dispossal kalau tidak sesuai
dengan kemauan pemodal.
Bagaimana dia melihat bahwa uang bisa menjadi monster yang berbahaya
karena apabila terakumulasi bisa menjadi power yang menghilangkan
kemanusiaan
Bagaimana dia mengimpikan bahwa manusia bisa hidup setara, dan
mengembangkan potensi kemanusiaan seoptimal mungkin, sehingga bekerja
secukupnya, tidak perlu bekerja sampai banting tulang setengah mati
dan punya waktu luangnya untuk bisa digunakan melakukan hobi yang
digemarinya (meskipun sangat utopis)
Dan bagi dia (pada konteks saat itu) memang tidak mungkin membuat kaum
pemodal berbagi sumber daya dan alat produksi dengan para pekerjanya,
sehingga satu-satunya yang bisa dilakukan adalah bersatu dan
merebutnya.  Dan itu yang sepertinya terjadi saat ini di Indonesia
(sayangnya....)

Bukankah  sampai tahap ini secara idea, apa yang diimpikan oleh Marx
sesuatu yang mulia. (Titik), terlepas dari thesis dia yang lain yaitu
Agama sebagai Candu.

Sekali lagi saya tidak setuju terhadap komunisme sebagai sesuatu yang
praxis, dan lagi saya percaya ideologi komunisme sudah merugi dalam
desa global saat ini.  Isu komunisme (menurut saya) hanya berhasil
ketika arus informasi tidak berkembang.
Sebagai wacana pemikiran Marx memberikan kita pisau untuk menganalisis
masalah dan perubahan sosial (conflict theory).  Seperti apa yang
terjadi didalam konflik antar kelas buruh dan majikan dalam industri
di Indonesia ini.

Dengan atau tanpa ada teorinya Marx, situasi ini tetap akan terjadi
apabila buruh dianggap sebagai komponen yang paling sepele
dibandingkan komponen produksi lainnya (karena biaya yang paling bisa
ditekan).


Btw, Engels, sahabat setia Marx yang membiayai keluarganya, bahkan
sampai biaya pemakamannya, adalah seorang kapitalis loh.

regards,
Donnie

================

On 4/27/06, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Ya, anggaplah saja ini kekhawatiran saya. Bukannya tidak mungkin lho?
> Kalau membaca (padahal saya baru baca sedikit) perkembangan pemikiran
> Marx, memang sepertinya kaum Buruh itu dipertentangkan dengan kaum
> Kapitalis. Dalam beberapa asumsinya memang masuk. Kalau kaum Kapitalis itu
> berlaku zhalim terhadap kaum Buruh, maka pada negara Industri yang kaum
> buruhnya itu banyak, kalau diorganisir maka dapat menjadi kekuatan yang
> besar. Bahkan bisa menjadi kekuatan politik. Lihat saja revolusi Bolsevik
> yang dilancarkan oleh Lenin di Rusia. Saat ini memang saya tidak melihat
> kaum buruh itu teroganisir dalam satu wadah. Tetapi seruan "Kaum Buruh
> Bersatulah!" itu mengkhawatirkan, itu sangat mirip dengan seruannya Karl
> Marx sebelum ia memantapkan ideologi Komunis nya. Saya melihat momen
> revisi UU ketenaga kerjaan ini mempunyai Potensi untuk mengumpulkan kaum
> buruh itu dalam satu wadah. Tetapi apa selanjutnya juga belum tahu sih...
> Tapi saya juga berdoa agar nasib para buruh bisa semakin baik, soale..
> saya juga buruh sih! 8-)
>
> Salam,
>
>
>
>
> "Ary Setijadi Prihatmanto" <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> 04/26/2006 11:21 PM
> Please respond to
> wanita-muslimah@yahoogroups.com
>
>
> To
> <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> cc
>
> Subject
> Re: [wanita-muslimah] Tetapkan 1 Mei hari libur buruh
>
>
>
>
>
>
> Salam Bang Wida,
>
> Itulah kalo menurut saya, kalo kita terbiasa berfikir dikotomis.
> Komunisme vs. Kapitalisme vs. .... vs. Islam.
> Akibatnya jadi terkotak-kotak dan bisa jadi malah nggak jelas bentuknya
> apa...
> .
> - ada yang bicara ttg buruh sudah langsung dicap komunis,
> - ada yang bicara ttg pengusaha sudah langsung dicap kapitalis
> - ada yang bicara yang kebetulan sejalan dengan Amerika dicap antek
> imperialis
> - ada yang bicara ttg pentingnya kemandirian dan kemerdekaan pribadi dicap
> liberalis
>
> Padahal Nabi pernah meminta sahabat untuk membeli sumur air untuk
> dijadikan
> milik bersama.
> Padahal Nabi pernah menjadi pedagang yang sukses, begitu juga banyak
> sahabat-sahabatnya.
> Padahal Nabi telah mengajarkan kemerdekaan hakiki kepada setiap diri
> manusia
> untuk hanya berhamba kepada Allah semata.
>
> Kesukaan akan melabeli orang dengan kotak-kotak semu spt. itu sebetulnya,
> IMHO sesat.
> Penting untuk fokus pada isu-nya, bukan umbul-umbulnya.
>
> Jika buruh teraniaya ya harus dibela, ketika pengusaha dizhalimi ya harus
> dibebaskan
> Ketika air lebih bermanfaat dikelola bersama, ya dinasionalisasi
> Ketika handphone lebih murah jika dipasar bebaskan, ya tinggal regulasi...
>
> Sejarah mencatat, perang tidak pernah terjadi karena ideologi.
> Ideologi biasanya ditunggangi untuk justifikasi perang...
>
> WaSalam
> Ary


Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke