Ini ana sampaikan tulisan Abah ttg Islam dan yang terkait dengannya.
Wassalam,
Muammar Qaddhafi ug pk e-mailnya Abah pd mlm/hr Jmt

MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQ

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
071. Pengertian yang Umum dan Khusus

Beberapa orang bertanya kepada saya tentang kisah Nabi Ibrahim AS yang ditayangkan RCTI , bahwa agama yang dibawakan Nabi Ibrahim AS adalah Islam. Apakah itu tidak salah? Bukankah agama Islam dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW? Boleh jadi pertanyaan yang dikemukakan kepada Pak Kiyai dan Daeng Naba mengenai Islam ini oleh seorang penanya, dilatar belakangi juga oleh tayangan RCTI tersebut. Lalu saya berpikir lebih baik saya tuliskan jawabannya dalam kolom Wahyu dan akal - Iman dan Ilmu.

Islam adalah bahasa Al Quran yang dibentuk oleh akar kata yang terdiri dari 3 huruf: sin, lam dan mim, yang berarti  patuh, selamat, damai dan  murni. Dari segi ruang lingkup, Islam mempunyai pengertian yang teramat umum, umum, khusus dan sangat khusus.

Marilah kita mulai dahulu dengan memabahas pengertian Islam dalam ruang lingkup yang teramat umum. Allah SWT sebagai Al Khaliq, Maha Pencipta juga adalah Ar Rabb, Maha Pengatur. Allah mengatur hasil ciptaanNya itu dengan TaqdiruLlah dan SunnatuLlah, aturan Allah. DiaturNya makrokosmos dengan TaqdiruLlah yang dikenal dalam ilmu fisika dan astronomi dengan medan gravitasi. Allah mengontrol gerak matahari misalnya dengan gravitasi ini. Yang menurut penafsiran Newton medan gravitasi ini menyebabkan timbulnya gaya centripetal, yaitu gaya yang menuju ke titik pusat galaxy Milky Way. Atau menurut penafsiran Einstein gravitasi itu adalah garis geodesik berupa alur yang dilalui oleh matahari. Di samping gravitasi ini Allah mengontrol hasil ciptaanNya dengan TaqdiruLlah berupa gaya elektromagnet, seperti misalnya  gaya tarik menarik antara proton dengan elektron dalam atom. Juga TaqdiruLlah berupa gaya kuat yang menahan proton dalam inti atom supaya tidak pecah berhamburan akibat gaya elektromagnet yang saling menolak di antara proton yang bermuatan sama itu, yakni bermuatan positif. Juga TaqdiruLlah yang disebut gaya lemah yang menyebabkan inti atom menjadi tidak stabil, menjadi lapuk/luluh dengan mengeluarkan sinar radio aktif.  Sampai sekarang ilmu fisika baru mengenal keempat jenis TaqdiruLlah ini, yang tentu saja masih banyak jenis TaqdiruLlah yang lain yang belum diketahui oleh manusia, karena Allah hanya memberikan ilmu yang sedikit kepada manusia.

Semua makhluq ciptaan Allah tunduk pada keempat jenis TaqdiruLlah tersebut: medan gravitasi, medan elektromagnet, gaya kuat dan gaya lemah. Artinya semua makhluq di langit, makrokosmos dan di bumi termasuk di mikrokosmos adalah Islam, tunduk dan patuh pada TaqdiruLlah. Dengan gaya personifikasi Allah berfirman:
-- WLH ASLM MN FY ALSMWT WALARDH (S. AL 'AMRAN, 83), dibaca:
-- wa lahu- aslama mam fis sama-wa-ti wal ardhi (s. ali 'imra-n), artinya:
-- dan Islamlah barang siapa yang ada di langit (makrokosmos) dan di bumi (mikrokosmos). Dikatakan gaya personifikasi, oleh karena benda-benda ciptaan Allah dinyatakan dalam ungkapan man, barang siapa.

Selanjutnya kita akan membicarakan pengertian Islam dalam ruang lingkup setingkat di bawah yang teramat umum, yaitu yang umum. Dalam ruang lingkup ini, Islam berarti semua risalah (message) dalam bentuknya yang otentik, asli yang dibawakan oleh para nabi, ada yang disebutkan namanya, ada yang tidak disebutkan namanya dalam Al Quran. Maka dalam ruang lingkup inilah risalah yang dibawakan oleh Nabi Ibrahim AS adalah Islam. Allah berfirman:
-- AN ALDYN 'AND ALLH ALASLAM (S. AL 'AMRAN, 19), dibaca:
-- innad di-na 'indaLla-hil isla-m (s. ali 'imra-n), artinya:
-- Sesungguhnya addin menurut Allah adalah Islam.
Ayat yang dikutip di atas lebih diperinci dalam Firman Allah:
-- QWLWA AMNA BALLH WMA ANZL ALYNA WMA ANZL ALY ABRHM WASM'AYL WAShQ WY'AQWB WALASBATH WMA AWTY MWSY W'AYSY WMA AWTY ALNBYWN MN RBHM WLA NFRQ BYN AhD MNHM WNhN LH MSLMWN (S. ALBQRt, 136), dibaca:
-- qu-lu- a-manna- biLla-hi wama- unzila ilayna- wama- unzila ila- ibra-hi-ma wa isma-'i-la wais-haqa waya'qu-ba wal asba-thi wama- u-tiya mu-sa- wa 'i-sa- wama- u-tiya mir rabbihim la- nufarriqu bayna ahadim minhum wa nahnu lahu- muslimu-n (s. albaqarah), artinya:
-- Katakanlah (hai Muhammad) kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, dan Isma'il, dan Ishaq dan Ya'qub dan anak-cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan 'Isa dan apa yang diberikan (kepada para nabi) dari Maha Pengatur mereka, tidak kami bedakan seorangpun di antara mereka (para nabi itu) dan kami kepada Allah adalah para Muslim.

Para Muslim, Muslimuwn mempunyai sekali gus dua arti yaitu penganut dan bersikap, para penganut Islam dan mempunyai sikap patuh kepada aturan Allah, patuh kepada SunnatuLlah. Semua ummat Islam pengikut para nabi itu jika taat dan melaksanakan masing-masing SunnatuLlah pada zamannya para nabi itu masing-masing, yaitu Syaria't yang ASLI yang dibawakan oleh para nabi itu akan masuk surga, siapa yang tidak taat Syari'at yang ASLI dari para nabi itu, akan masuk neraka. Pada zamannya para Nabi itu masing-masing berarti misalnya ummat Nabi Musa AS, yaitu sejak Nabi Musa AS sampai kedatangan Nabi 'Isa AS, demikian pula ummat Nabi 'Isa AS, yaitu sejak Nabi 'Isa AS sampai kedatangan Nabi Muhammad SAW dan sterusnya ummat Nabi Muhammad SAW, sejak kedatangan Nabi Muhammad SAW hingga akhir zaman, karena Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir, penutup para Nabi (Khatamu an-Nabiyyiyn).

Kita sekarang turun tangga di bawah ruang lingkup yang umum, yaitu  ruang lingkup yang khusus. Dalamm ruang lingkup ini Islam berarti Risalah yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW. Berfirman Allah, yaitu ayat terkahir yang diturunkan:
-- ALYMWM AKMLT LKM DYNKM WATMMT 'ALYKM N'AMTY WEDHYT LKM ALASLAM DYNA (S. ALMaDt, 3), dibaca:
-- al yawma akmaltu lakum di-nakum wa atmamtu 'alaykum ni'mati- wa radhi-tu lakumul isla-ma di-nan (s. alma-idah), artinya: Pada hari ini Kusempurnakan bagimu din kamu dan Kucukupkan ni'matKu atasmu dan Aku berkenan Islam menjadi din kamu.

Dan tingkat ruang lingkup yang terakhir, yang terendah, yaitu dalam ruang lingkup yang sangat khusus yaitu berarti Rukun Islam yang lima. Pada suatu waktu ketika Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau sedang duduk melingkar, maka datanglah ke dalam majelis itu seorang yang kelihatannya dari jauh, namun wajahnya tetap jernih dan segar, pada pakaiannya tidak ada tanda-tanda bahwa ia dari jauh, pakaiannya itu tidak kusut, kemudian duduk dan bertanya kepada RasululLah: Maa lIyimaan, maa lIslaam wa maa lIhsaan, artinya apakh itu iman, apakah itu islam dan apakah itu ihsan. Maka RasululLah menjawab bahwa yang bertanya pengetahuannya tidak kurang dari yang ditanyai. Kemudian RasuluLlah dalam jawabannya mengenai Islam seperti yang artinya  berikut: Islam adalah persaksian tidak ada ilah selain Allah dan Muhammad adalah pesuruh Allah dan hambaNaya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa dalam bulan Ramadhan dan naik haji bagi yang mampu (HR Bukahri). Dan jawaban penjelasan RasuluLlah itulah disebut Rukun Islam yang lima, suatu pengertian Islam  dalam ruang lingkup yang sangat khusus.

Khatimah: Islam mempunyai pengertian yang teramat umum, umum, khusus dan sangat khusus.
1. Teramat Umum: Semua makhluq ciptaan Allah adalah Islam [S. Ali 'Imra-n 83].
2. Umum: Islam berarti semua risalah (message) dalam bentuknya yang otentik, asli yang dibawakan oleh para nabi [S. Ali 'Imra-n 19].
3. Khusus: Islam berarti risalah yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW. [S. Al Ma-idah, 3]
4. Sangat Khusus: Rukun Islam yang lima [HR Bukahri]. Walahu a'almu bishshawab.

*** Makassar, 14 Maret 1993
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
==============================

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
570. Surah Al Baqarah, Ayat 62

-- AN ALDZYN AMNWA WLDZYN HADWA WALNSHZRY WALSHABaYN MN AMN BALLH WALYWM ALAKHR W'AML SHALhA FLHM AJRAN 'AND RBHM WLA KHWF 'LYHM WLAHM YhZNWN (S. ALBQRt, 62), dibaca:
-- Innal ladzi-na a-manuw wal ladzi-na ha-du-  wan nasha-ra- wash sha-bii-na man a-mana biLla-hi  wal yawmil a-khiri wa 'amila sha-lihan falahum ajruhum 'inda Rabbihim wa la- khawfun 'alayhim wa la-hum yahzanu-n (s. al baqarah), artinya:
-- Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi (ha-du-), orang-orang Nashrani (nasha-ra-), dan orang-orang Sha-bii-n, barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat serta beramal shalih, maka untuk mereka pahala di sisi Rabbnya, tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tiada mereka berduka cita (2:62).

Siapa-siapa itu:
1. a-manu-
2. ha-du-
3. nasha-ra-
4. sha-bii-n.

1. A-manu-, orang-orang beriman, ini menunjuk kepada ummat Nabi Muhammad SAW, yaitu iman yang dita'rifkan (didefinisikan) menurut Hadits (Shahih Bukhari), Rukun Iman: 1. Allah; 2. Malaikat- malaikatNya; 3. Kitab-KitabNya; 4. Rasul-RasulNya, 5. Hari Kemudian; 6. Qadha dan Qadar.

2. Ha-du- dibentuk oleh akar kata fi'il madhi [Ha, Alif, Dal] atau mashdar [Ha, Waw, Dal] artinya berpaling menuju kepada kebenaran, menuju kepada Allah, dapat pula berarti kembali perlahan-lahan kepada sesuatu. Kata Ha-du- menunjuk kepada ummat Nabi Musa AS.

3. Nasha-ra- dibentuk oleh akar kata [Nun, Shad, Ra] artinya menolong. Nasha-ra- berarti penolong-penolong agama Allah.
-- QAL MN ANSHARY ALA ALLH QAL ALhWARYWN NhN ANSHAR ALLH (S.AL 'AMRAN, 52), dibaca:
-- qa-la man ansha-ri- ilaLla-hi qa-lal hawa-riyyu-na nahnu ansha-ruLla-hi (s. ali 'imra-n), artinya:
-- Berkata ('Isa) siapa yang menolongku kepada Allah?, (sahabat-sahabat) hawariyyun berkata kami penolong (-mu kepada) Allah (3:52).
Dapat pula kata itu terkait dengan kata Na-sharah (Nazaret), suatu perkampungan tempat 'Isa bnu Maryam menempuh masa kecil beliau. Nasha-ra- menunjuk kepada ummat Nabi 'Isa AS.

4. Sha-bii-n adalah agama yang dianut oleh Salman al Farisi RA sebelum masuk Islam. Salman al Farisi RA bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang nasib teman-temannya penganut Sha-bii-n. Maka turunlah ayat (2:62) tersebut yang menjadi bahasan Seri 570 ini . Sha-bii-n, dibentuk oleh akar kata [Shad, Ba, Alif], artinya meninggalkan. Sha-bii-n berarti orang-orang yang meninggalkan agama mereka untuk memeluk agama lain. Sha-bii-n menunjuk kepada sejenis sekte yang bermukim di semenanjung Arabia dan di negeri-negeri yang berbatasan dengannya. Maka Sha-bii-n adalah
(1) kaum monotheist di Mesopotamia dengan menjadikan bintang-bintang sebagai perantara,
(2) sebuah keyakinan yang berupa potongan-potongan dari agama Yahudi, Nashrani dan Zarathustra,
(3) orang-orang yang bermukim dekat Mosul di Iraq yang monotheist, namun tidak mempunyai kitab dan syari'at, mereka berkeyakinan mengikuti agama yang dibawakan Nabi Nuh AS,
(4) orang-orang yang bermukin sekitar Iraq yang beriman kepada semua Nabi-Nabi dan mempunyai cara bersembahyang dan puasa tersendiri,
(5) ada yang berpendapat mereka tergolong dalam Ahli Kitab.

Kalau kita perhatikan sejarah, bahwa Raja Parsi Cyrus yang taat beragama Zarathustra, yang mengembalikan ke Palestina komunitas Bani Israil yang ditawan di Babilonia, maka saya lebih cenderung berpendapat bahwa Sha-bii-n adalah para penganut agama Zarathustra. Boleh jadi (mungkin ya atau tidak) Zarathustra ini seorang Nabi(*), hanya saja sulit untuk melacaknya, oleh karena Kitab Suci mereka, yaitu Gatha telah ikut terbakar semua tatkala Iskandar Raja Macedonia membakar habis ibu kota Kerajaan Parsi, yaitu Percepolis, sehingga Kitab Suci agama Zarathustra hanya berupa rekaman ingatan dari para pendetanya. Ada aliran agama Zarathustra di Amerika yang bersemboyan: "Kembali ke Gatha", mereka ini berkeyakinan Zatahustra tidak mengajarkan dua tuhan: Tuhan Terang Ahura Mazda (ormuzd) dan Tuhan Gelap, Angra Manyu (Ahriman). Zarathustra mengajarkan Satu Tuhan, yaitu Ahura Mazda menciptakan Angra Manyu, seperti Allah menciptakan iblis dalam agama Yahudi, Nashrani dan Islam.

Maka makna potongan ayat: "barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat serta beramal shalih, untuk mereka pahala di sisi Rabbnya, tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tiada mereka berduka cita", adalah dalam konteks para penganut agama-agama Yahudi, Nashrani dan Sha-bii-n pada zamannya Nabi mereka itu masing-masing, yaitu penganut agama Yahudi pada zaman rentang waktu dari Nabi Musa AS hingga Nabi 'Isa AS, penganut Nashrani pada rentang waktu dari Nabi 'Isa AS hingga Nabi Muhammad SAW dan penganut Sha-bii-n pada rentang waktu dari Nabi(?) Zarathustra hingga Nabi Muhammad SAW. Tegasnya ayat (2:63) tidak kena mengena dengan para penganut agama Yahudi, Kristen dan penganut Zaratshustra yang hidup setelah Nabi Muhammad SAW membawa Risalah.

Ayat (2:62) menekankan beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, oleh karena kenyataan sejarah mencatat bahwa ada sekelompok penganut agama Yahudi yang tidak percaya kepada hari akhirat, penganut agama Trinitarian Christian yang menyembah Jesus Kristus, dan umumnya penganut Zarathustra yang menyembah dua tuhan. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 13 April 2003
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
--------------------------------
(*)
Abu Zar bertanya kepada Rasulullah SAW: Berapakah jumlah para nabi ?". Beliau SAW menjawab, "Mereka berjumlah 124.000 orang, sebanyak 315 dari mereka adalah Rasul". (HR. Ahmad dalam musnadnya dan Al-Bani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

==================================

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
662 Surah Al Baqarah, [2:188]

Sebenarnya judul di atas disediakan menyusul Seri 651 yang berjudul "Alangkah Ni'matnya 'IydulFithri", tetapi tertunda terus. Fasalnya judul di atas tetap aktual, yaitu tolok ukur mengenai hasilnya puasa kita. Sedangkan pelarangan film Virgin oleh Wali Kota kemudian diizinkan kembali, tangan-tangan gurita, masalah pusar perempuan, aktualnya cuma sepemakan sirih lamanya, gempa dan tsunami telah bayak di bahas, maka menurut hemat saya judul di atas itu sudah tepat waktunya untuk disajikan sekarang.

***

Hadits yang berikut sering saya kemukakan dalam ceramah "halal bi halal". Saya taruh ungkapan itu di antara dua tanda kutip, maksudnya walaupun ungkapan itu kata-katanya adalah bahasa Al Quran, tetapi setelah disusun seperti itu menjadilah ungkapan bahasa Indonesia, bukan ungkapan bahasa Al Quran lagi. Umumnya orang tidak mengetahui bahwa gubahan ungkapan itu adalah kreasi Bung Karno.

Bersabda RasuluLlah SAW di depan majlis para sahabat: "Atadruwna man almuflis?" (tahukah kamu siapa itu almuflis). Maka menyahutlah salah seorang sahabat: "Al muflisu fiynaa man laa dirhamlahu wa laa mataa'" (al muflis pada kami yaitu siapa yang tak punya dirham dan tak punya harta benda). Maka selanjurnya bersabda lagi beliau: "Itu almuflis di dunia ini," lalu diteruskan oleh beliau: Al muflis pada hari kiamat yaitu orang yang datang dengan pahala-pahalanya: bishala-tin, wazakaatin, wa shiyaamin. Akan tetapi faqad syatama hadza, qadzafa hadza, dharaba hadza, safaqa daama hadza, akala maala hadza (ia telah menyindir, membentak, memukul, menumpahkan darah natoboki tauwa, dan makan harta orang lain). Maka datanglah seorang demi seorang menagih kepadanya, yang dibayarnya dengan pahala-pahala shalatnya, zakatnya dan puasanya. Setelah habis pahala-pahala itu dipakai untuk membayar hutangnya, maka muflislah dia. Sudah muflis masih ada yang datang menagih, maka cara bayarnya, dosa orang menagih itu ditimpakan kepada si muflis. Akhirnya setelah selesai transaksi itu "faturihat finnaar" (dia dicampakkan ke neraka).

Dalam ceramah saya yang selalu saya beri kesempatan tanya-jawab biasanya ada yang bertanya: "Bagaimana kalau seorang Ustadz menyindir orang dalam ceramahnya, membentak dalam tulisannya?" maka selalu saya jawab: Bayar-membayar di Hari Pengadilan itu adalah dalam masalah pribadi. Kalau seorang Ustadz menyindir dalam ceramah atau khutbahnya, membentak dalam tulisannya, maka itu dalam rangka nahi mungkar, tidak ada hubungannya dengan masalah pribadi. Terutama sekali bentakan terhadap orang yang menghina dan mencerca Islam dan kaum Muslimin, itu wajib hukumnya.

Apa yang akan dikemukakan selanjutnya ialah "syatama" yang telah saya paparkan di TVRI stasiun Makassar, yang diulang kembali penayangannya pada pembukaan siaran petang hari tgl 31 Januari 2005 yang baru lalu. Firman Allah SWT:
-- WLA TAaKLWA AMWALKM BYNKM BALBTHL WTDLWA BHA ALY ALhKAM LTAaKLWA FRYQA MN AMWAL ALNAS BALATSM WANTM T'ALMWN (S. ALBQRt, 2:188), dibaca:
-- wala- ta'kulu- amwa-lakum bainakum biba-thili watudlu- biha- ilal hukka-mi lita'kulu- fari-qam min amwa-lin na-si bil itsmi wa antum ta'lamu-n, artnya:
-- Dan janganlah di antara kamu makan harta-harta (orang lain) dengan batil (dengan cara) kamu bawa kepada hukkam supaya dapat kamu makan sebagian dari harta-harta orang-orang dengan berdosa, padahal kamu mengetahuinya.

Ayat (2:188) itu adalah ayat penutup dari paket ayat-ayat tentang puasa Ramadhan (2:183-188), yaitu substansinya tentang evaluasi puasa kita yang tolok ukurnya berhasil menghindarkan diri dari "ta'kulu- amwa-lakum", kamu makan harta-harta (orang lain), atau dalam Hadits Muflis "akala maala", makan harta.

Dalam ceramah yang disajikan melalui siaran TVRI stasiun Makassar tersebut, saya kemukakan illustrasi yang masih aktual terjadi di mana-mana. Rakyat pedalaman berurbanisasi ke kota menempati lahan yang masih "perawan" di pinggir-pinggir kota. Mereka mengeringkan tanah berpayau, menimbun lahan-lahan rendah, bermukim turun-temurun. Kasihan mereka buta hukum menghadapi roda besi pembangunan fisik kota. Karena mereka buta hukum mereka tidak mengurus surat-surat izin membangun di lahan yang telah dikeringkan, yang telah ditimbun, yang ditempatinya bermukim turun-temurun.

Para pengembang (developer) dengan jeli dan licik melihat lahan-lahan yang secara hukum masih bebas untuk digarap, dengan mudah mendapatkan serifikat izin membangun dengan jalan memberikan obat pelicin pada oknum birokrat dan dengan alasan pajak yang bisa diterima oleh lembaga negara maka izin membangun itupun jadilah. Maka tergusurlah penduduk yang bermukim di daerah pinggiran kota itu. Bahkan ada yang secara kejam memakai taktik "pendekar lima" dalam kesusastraaan Angkatan Balai Pustaka, karya Mara Rusli, yaitu roman Sitti Nurbaya. Para penduduk yang malang itu ibarat berebut pisau dengan pengembang di hadapan hukkam: Penduduk malang itu memegang mata pisau yang tajam, pengembang memegang gagang pisaunya, karena punya kekuatan hukum bukti yuridis Surat Izin Membangun Bangunan (IMB).

Nah, Itulah dia: "tudlu- biha- ilal hukka-mi lita'kulu- fari-qam min amwa-lin na-si bil itsmi wa antum ta'lamu-n." WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 6 Februari 2005 
     [H.Muh.Nur Abdurrahman]
===================================================

MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQ



  ----- Original Message -----
  From: [EMAIL PROTECTED]
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Sent: Tuesday, April 25, 2006 5:03 PM
  Subject: RE: [wanita-muslimah] Re: Islam Liberal tak lebih dari sekedar Imajinasi - Submission - Pendapat Orang - Surat Al Maa'idah


  Wassalamualaykum wr wb.,

  Al-Islam
  Ada 6 kata "Al-Islam" dalam Alquran: 5:3, 3:85, 6:125, 39:22, 61:7 dan 3:19. Dan, ternyata al-Islam itu mengacu pada "millah" Ibrahim. Yang di lain ayat, millah itu disebut "diin". Kata "diin" sendiri seakar dengan "daana" yang berarti mematuhi, atau membalas. Maka, jangan heran bila ada yang mengartikan "diin" sebagai pembalasan (spt yawm al-diin) atau "kepatuhan". Kata "diin" juga seakar kata dengan "dayn" yang artinya "hutang" dan hutang harus dibayar atau dilunasi.

  Dengan demikian kata "diin" dalam kaitannya dengan "al-Islam" bermakna ketundukan atau kepatuhan, atau jalan (landasan). Salahnya, kita ini koq memastikan diri bahwa "diin" itu agama. Lha, agama itu bahasa apa? Agama itu bahasa Jawa kuno yang artinya "menjalankan aturan atau mematuhi peraturan". Dus, dalam masyarakat Jawa kuno agama bukanlah kata benda atau sekedar label. Makanya dalam sejarah Jawa kuno, orang-orang di Nusantara ini tidak memiliki agama (dalam pengertian modern). Masyarakat di Nusantara ini menjalankan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh negara atau disepakati oleh masyarakat (suku). Nah, seharusnya kita ini bertanya kepada yang mengerti bahasa Jawa kuno ketika ingin memahami arti "agama". :)

  Dalam khazanah Jawa (dalam Serat Wedhatama) ada ungkapan "agama ageming aji", agama adalah pegangan raja. Artinya, rakyat harus mengikuti peraturan-peraturan yang telah dirumuskan oleh para raja. Dan, itulah yang menjadi landasan bagi berbagai kerajaan di zaman dulu.

  Lha, kata "al" itu memang bermakna sebagai "definite article" atau kata sandang bagi sesuatu yang sudah kita ketahui. Kata "al" juga bermakna "semua" seperti pada "al-aalamiin", "al-hamd" dan lain-lainnya. Untuk al-Islam bisa digunakan keduanya. Jika dipakai sebagai "definite article" maka itu harus bagi semua kata al-Islam pada keenam ayat tersebut. Bila dimaknai "semua" juga harus diterapkan pada semuanya. Jadi, kita tidak memilih-milih, yang ini definit tapi yang itu "whole atau all".

  Jika digunakan definit, maka al-Islam dalam Alquran bermakna "islam" sebagai wujud "penyerahan diri" yang dilakukan oleh para nabi. Jika dimaknai "whole", maka juga mengacu semua bentuk penyerahan diri yang diteladankan oleh para nabi.

  Dengan demikian dalam "Inna diina inda Allahi al-Islam", sesungguhnya kepatuhan yang diterima Allah itu adalah al-Islam (penyerahan diri sebagaimana yang diteladankan oleh para nabi Allah). Makanya, jangan heran bila masing-masing pemeluk agama itu diwajibkan untuk menjalankan isi kitabnya. Jadi, Nabi Yakub dan anak-cucunya dipesan untuk hidup dan mati sebagaimana kepasrahan yang diteladankan oleh Ibrahim yang ada dalam shuhuf Ibrahim. Setelah Musa, anak-cucu Yakub diminta hidup sesuai dengan Taurat. Dan, seterusnya. Jadi, tak ada penghapusan agama (lihat kembali QS 5:48).

  Oleh karena setiap pengikut masing-masing nabi itu harus meneladani nabinya (dan semua nabi itu al-Islam), maka Tuhan memberi tahu dalam QS 10:19 bahwa apa yang diperselisihkan oleh para pengikut itu akan dibeberkan Tuhan sendiri di hari kebangkitan!

  Sekali lagi, salahnya kita meninggalkan Alquran sehingga tidak tahu kalau perselisihan tentang isi kitab itu akan dibeberkan Tuhan sendiri. Malah hak Tuhan atau otoritas Tuhan kita sabot. :-(

  Bagaimana dengan 5:3? Itu hanya ditujukan kepada orang-orang beriman yang mengikuti Nabi Muhammad. Jadi, ayat itu tidak ditujukan kepada seluruh manusia. Misi nabi memang untuk seluruh manusia, tapi Alquran harus menjadi landasan hidup bagi orang yang mengikutinya. Oleh karena itu, ketika ayat QS 5:3 itu disampaikan ketika haji wada', kaum mukmin bangga tapi Abu Bakar malah menangis. Mengapa? Karena ayat itu dihayati oleh Abu Bakar sebagai dekatnya masa berakhirnya kehidupan Rasul Muhammad. Artinya, tempat orang bertanya akan tiada lagi. Dus, ayat 5:3 itu ayat "pamitan" Rasul kepada umat. Bila mau bertanya, ya kembalilah kepada Allah secara langsung dan kepada Alquran. Sampai di sini dulu.

  Dus, berserah diri itu ya yang diteladankan oleh nabi-nabi yang ada. Makanya kita wajib mengimani semua nabi/rasul (2:177). Jadi, jangan kalian mati kecuali dalam keadaan meneladani para nabi itu. Jadi, bukan dalam keadaan beragama Islam! Orang Kristen ya hidup meneladani Nabi Isa. Orang Islam ya meneladani Nabi Muhammad. Apa yang diteladankan oleh Nabi Muhammad? Ya baca saja seluruh ayat Alquran pasti akan tahu, seperti adil, pemaaf, sabar, zuhud, syukur, taslim, ridha, ikhlas, tawakal, dll. Jika ini yang kita jalani dalam hidup, maka niscaya kita mati dalam keadaan berserah diri!

  Wassalam,
  chodjim

   

  -----Original Message-----
  From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of jano ko
  Sent: Tuesday, April 25, 2006 1:23 PM
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Islam Liberal tak lebih dari sekedar
  Imajinasi - Submission - Pendapat Orang - Surat Al Maa'idah


  Assalamu'alaikum Wr Wb,
    
    Al  Qur'an
    
    5. Al Maa'idah
    
    3. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini[397] orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

    ----------
    
    Mohon maaf Mas Sarinesia,
    
    Coba perhatikan bagian dari surat  Al Maa'idah  tersebut diatas :
    
    ........ Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

    --------
    
    Didalam surat  Al Maa'idah tersebut kita temukan kata "Islam",  ya kata "Islam" saja, tidak ada tambahan didepan dan dibelakangnya, maksud saya kata "Islam" itu tidak diembel-embeli kata yang lain baik didepan dan dibelakangnya, ijinkan saya bertanya kepada Mas Sarinesia, bagaimana seandainya kalau ada insan yang berani merubah surat Al Maa'idah tersebut dengan menambah kata-kata tertentu dibelakang atau didepan kata "Islam" tersebut ?
    
    Mas Sarinesia setuju atau tidak kalau kata "Islam" itu merupakan firman Allah ?
    
    
    Wassalam
    
   

  sarinesia <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
    orang bebas kok bikin nama kelompoknya, termasuk : MD, NU, Persis,
  al-Irsyad, dll..

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
  >
  > Baik pak Chodjim, saya hanya berharap bahwa JIL ini jika tujuannya baik
  > bukanlah hendak menjadi mazhab tertentu atau bahkan sempalan
  tertentu dari
  > Islam. Atau yang paling jauh, janganlah JIL menjadi Protestan nya
  Islam.
  > Tetapi hendaklah niatnya JIL itu hendak memberikan pemahaman yang lebih
  > baik untuk Islam, perbaikan untuk Islam. Sehingga pada akhirnya yang
  > terkenal itu adalah Islam nya, bukan JIL nya. Jangan sampai kita
  menjadi
  > meresmikan sebuah nama di samping Islam. Semuanya adalah untuk Islam.
  > Kalau misalnya -siapapun- yang mengusung sebuah nama untuk perbaikan
  > Islam, jika akhirnya dia menjadi dominan, hapuskanlah namanya itu,
  > kembalilah menjadi Islam saja. Apapun nama yang dibentuk, saya harap
  bukan
  > untuk membentuk kelompok baru, tetapi nama itu dibuat dalam rangka
  > memperjuangkan perbaikan untuk Islam.
  >
  > Salam,


[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke