sarinesia wrote:
  
  yg dihargai adalah semangatnya dalam meningkatkan kualitas SDM..
mengenai hasil urusan yg kesekian kalinya. sebab terjun di dunia
pendidikan ibarat menanam.. (investasi manusia). yg mau menanam yg
harus dihargai.. sebab tidak semua orang mau menanam.
  
 
Bisakah mendidik orang dikatakan investasi?
  Sederhananya, investasi adalah nilai jual kembali lebih tinggi dari nilai beli. Rumah yang kita beli dengan harga 100 juta, beberapa tahun lagi bisa bernilai 500 juta, maka kita berinvestasi pada rumah. tetapi mobil yang harga jualnya makin turun, tidak bisa disebut investasi.
  
  Nah pada manusia (anak didik) tepatkah kita menyebutnya investasi. Walau pada prakteknya tak jarang orang-orang yang telah lulus kuliah bisa menghasilkan uang yang lebih besar untuk keluarganya. Orang tuanya senang dan bangga. Cerita pada orang sekampung.
  
  Lalu, bagaimana dengan mereka yang mungkin belum berhasil mebayar "hutang modal" orang tuanya. Pulang ke kampung malu karena belum menghasilkan uang. Bertahan hidup dikota besar, tidak kuat menanggung beban hidup.
  
  Orang tua stress, anak lebih lagi.
  
  sarinesia wrote:
  
  masak guru harus menjadi "Oemar Bakrie".. terus. :)
  
  Rasanya sudah jadi cerita usang kalau kita membicarakan tentang buruknya nasib guru. Di jaman dimana orang mengukur kesuksesan dari banyaknya uang yang bisa dikumpulkan, menjadi guru dengan gaji kecil tentulah bukan cerita sukses.
  
  Tapi, tidak bolehkan kita bicara tentang idealisme, tentang passion, tentang spirit. Tidak ada seorangpun yang memaksa sesorang untuk menjadi guru. Ada banyak pilihan pekerjaan, ada banyak ladang untuk mencari rejeki. Lalu, ketika guru mendapat gaji kecil haruskan berteriak?.
  
  Saya masih ingat dulu, beberapa guru mencari tambahan dengan memberikan les tambahan. Logikanya, bila pelajaran diajarkan dengan baik dan bisa membuat siswa paham, masihkan les tambahan diperlukan.Lebih lucu lagi, kata teman-teman yang ikut les, dirumahnya sang guru tidak lagi mengajar dengan galak...
  
 

sarinesia <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, arde wisben <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

cut
>   
>   Nyatanya, saat ini sekolah tidak lagi dipandang sebagai institusi
pendidikan, tetapi ia telah menjadi satu kelas tersendiri. Belajar di
sekolah international tentu berbeda gengsinya dengan sekolah di SD
Inpres. Kuliah di UI tentu berbeda nilainya di banding non UI. Kuliah
di PT yang mahal, berbeda bangganya dibanding sekolah di PT yang SPP
nya bisa dicicil.
>   

pendidikan adalah sebuah proses, tentunya ada input dan output. secara
sederhana output harus lebih baik dibandingkan inputnya. cuman
masalahnya berapa besar nilai tambah yg bisa diberikan oleh proses tsb.
misalnya orang yg buta huruf, setelah melalui proses pendidikan dia
dapat membaca dan berhitung. itu sudah ada nilai tambahnya.

>   Padahal sekolah saat ini, tak lebih dari memenuhi kepala anak-anak
dengan hapalan. Tidak ada passion untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
>

betul. anak2 sekarang sibuk menghafal lebar lapangan badminton berapa,
tingginya net berapa.. lha pegang raket aja gak pernah apalagi maen
badminton.
   
>   Tentang sarjana yang mengajar di pedalaman, belum lama ini seorang
guru perempuan yang mengajar anak-anak di pedalaman, mendapat
penghargaan sebagai Women of the year. Dalam iklannya, terlihat ia
bersama anak-anak tak berbaju itu memegang pensil, belajar membaca.
Entah apa relevansinya bila mereka bertemu ular didalam hutan.
>

yg dihargai adalah semangatnya dalam meningkatkan kualitas SDM..
mengenai hasil urusan yg kesekian kalinya. sebab terjun di dunia
pendidikan ibarat menanam.. (investasi manusia). yg mau menanam yg
harus dihargai.. sebab tidak semua orang mau menanam.
   
>   Tak lama, sang gurupun laris di undang sebagai pembicara
dimana-mana. Lalu, bagaimana dengan nasib anak-anak yang dipedalaman
tadi, apakah ia masih akan dikunjungi sang guru?. Sang guru sudah
"naik kelas".
>   

masak guru harus menjadi "Oemar Bakrie".. terus. :)






Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....



  SPONSORED LINKS
        Women   Islam   Muslimah     Women in islam
   
---------------------------------
  YAHOO! GROUPS LINKS

   
    Visit your group "wanita-muslimah" on the web.
   
    To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
   
    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.

   
---------------------------------
 



                 
---------------------------------
Yahoo! Mail goes everywhere you do.  Get it on your phone.

[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




SPONSORED LINKS
Women Islam Muslimah
Women in islam


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke