Saya sendiri yakin setiap anak punya rezekinya masing2.. tapi ketika
nilai ini diajarkan secara tekstual pada masyarakat awam.. yang
terjadi ya kejadian2 yang saya sebutkan..
apakah jika anak ditelantarkan.. dipukuli/dianiaya, diperdagangkan,
itukah yang merupakan rezeki mereka?  terus terang saya sering merasa
tidak tahan dan menangis kalau di tv melihat anak diperlakukan seperti
itu..
Kenapa yang ditekankan pada umat bukan nilai: anak adalah amanat.. dan
tanggung jawab yang sangat besar untuk bisa menjadikan lebih baik,
karena toh (maaf kalau keliru) Nabi juga pernah berkata, kalau hari
ini tidak lebih baik dari kemarin dan hari esok tidak lebih baik dari
hari ini, itu adalah sebuah kesia-siaan.
Jadi tanggung jawab kita adalah membuat mereka lebih baik di masa yang
akan datang.. bahkan lebih baik dari pada kita.  kalau tidak bisa..
jangan berani-berani untuk mengemban amanat itu..

Tentang hukuman jelas itu harus diberikan.. tetapi poin saya lebih
pada (seperti pak Sabri pernah bilang.. "ente yang enak merkosa, gue
yang disalahin kata setan") bahwa orang Islam seringkali menganggap
bahwa segala sesuatu yang dilakukan atau yang menimpanya disebabkan
oleh sesuatu yang diluar dirinya.. sehingga dia merasa punya
justifikasi bahwa yang dilakukan bukan semata2 tanggung jawab dia.
Sama seperti kalau orang merkosa terus menyalahkan vcd, menyalahkan
perilaku korbannya (pake rok mini) atau menyalahkan keadaan (berjalan
di tempat sepi malam hari).  Padahal intinya adalah dia tidak bisa
berpikir dan bertindak secara rasional.
Dan salah satu hal yang menurut saya menyebabkan mereka tidak rasional
adalah internalisasi nilai tersebut secara tekstual.


Memang ada pak... dan itu sifatnya tidak individu.
Contoh-contoh yang saya berikan tentang imunisasi dan kematian ibu
(karena tidak bersalin di petugas kesehatan) itu bukan semata2 nilai
individu.
Dalam komunitas tradisional hal tersebut masih besar terjadi.  Di
milis ini saya tidak cukup tahu, tapi disini mbak Mei dan lainnya juga
memberi contoh komunitas yang tujuannya mempunyai anak
sebanyak-banyaknya, tidak mempercayai petugas kesehatan... dll.

Pada kasus kematian ibu hamil/melahirkan (dimana Indonesia merupakan
negara dgn angka kematian ibu tertinggi di Asia tenggara) banyak
dipengaruhi oleh nilai2: hidup mati adalah ditangan Allah, Syahidnya
mati ketika melahirkan, dan pembuat keputusan dalam keluarga adalah
suami sebagai kepala keluarga.  Pemahaman nilai2 tersebut secara
tekstual, menyebabkan kematian ibu taken for granted dianggap sebagai
suatu kodrat yang tak terelakkan.
Padahal kematian tersebut adalah kematian yang dapat dicegah dengan
pemeriksaan kehamilan yang baik dan teratur, dengan melakukan
persalinan pada tenaga kesehatan terlatih, dengan memberikan
kewenangan ke ibu untuk memutuskan kapan dia harus mengunjungi petugas
kesehatan.

Itu dibidang kesehatan, dibidang yang lain.. yang muncul ya itu..
teori konspirasi

regards,
Donnie
Sorii nulisnya nggladrah..

=====================
On 5/12/06, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Setiap anak memang sudah ada jatah rizqinya dari Allah. Tetapi rizqi yang
> seperti apa yang kita kehendaki bagi anak-anak kita, itu perlu ikhtiar dan
> perencanaan kita. Bahkan seorang pengemis, selama ia masih hidup, ia masih
> tetap akan mendapat rizqi dari Allah. Tetapi bukan rizqi semacam itu yang
> kita kehendaki bagi anak-anak kita bukan? Bukannya melarang untuk
> mempunyai anak yang banyak, jika saja mampu memberikan kehidupan dan
> pendidikan yang layak bagi mereka kenapa tidak? Tetapi tanpa ditunjang
> penghasilan yang baik, mempunyai anak yang banyak rasanya kurang tepat.
> Islam rasanya juga melarang kita dan anak-anak kita menjadi beban orang
> lain / masyarakat. Jadi ber KB lah, rencanakan keluarga, tetapi jangan
> hanya 2 kalau mampu 10. Juga jangan 10 kalau hanya mampu 2. Rencanakanlah
> keluarga berdasarkan pertimbangan yang realistis.
>
> Mas Donie, orang yang khilaf karena tergoda rayuan Iblis juga harus
> dihukum, bukan lalu dimaafkan. Dalam Islam, setiap perbuatan khilaf itu
> datangnya dari syethan dengan mengendarai hawa nafsu manusia. Syethan
> membujuk, merayu, menggoda, tetapi keputusan tetap pada si manusia. Dan
> atas keputusannya itu dia pantas di hukum.
>
> Tetapi memang benar, ada beberapa pandangan fatalistik (qodariyah) yang
> masih berlaku pada sebagian umat Islam. Tetapi itu sifatnya individu dan
> sedikit. Kecuali kalau aliran Qodariyah masih hidup hari ini.
>
> Salam,


Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




SPONSORED LINKS
Women Islam Muslimah
Women in islam


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke