Sungguh sayang menghubungkan tempat maksiat seperti Puncak itu dengan
gambaran syurga versi Arab atau bahkan versi al-Qur'an. Sangat rendah
sekali penggambaran syurga sebagai tempat maksiat seperti itu. Di manapun
bisa saja dibentuk dan dikumpulkan segala bentuk gambaran kenikmatan
syurga sebagaimana informasi al-Qur'an, bukan hanya di Puncak. Tetapi
kesimpulan pendek yang semacam itu sangat merendahkan nilai syurga menurut
Islam sendiri. Gunung yang hijau, air yang mengalir, vodka di tangan kanan
dan bidadari di tangan kiri? Vodkanya memabukkan dan bidadarinya sangat
jelek.

Sungguh malang nasib Puncak, sekarang tidak lebih adalah merupakan
lokalisasi pelacuran pria-pria Arab hidung belang. Rasakan saja pria-pria
Arab hidung belang itu, untuk berzina saja harus pergi ke luar negeri
karena tidak bisa di negaranya sendiri. Sungguh malang nasib negara kita
ini, sebagian mucikari dan germo-germo di Puncak yang merasakan senang
karena mendapatkan lapangan pekerjaan menyediakan jasa esek-esek di Puncak
bagi laki-laki Arab hidung belang. Sungguh kasihan sekali bangsa kita ini
mau saja dijadikan lokalisasi pelacuran oleh laki-laki Arab hidung belang.
Demikian pun para germo dan para penari striptease serta pelacur itu
sangat berbahagia. Sungguh kasihan sekali bangsa kita ini yang senang
sekali menyediakan jasa esek-esek bagi lelaki Arab hidung belang.

Saya jadi teringat ketika masih mahasiswa, saya memarkir mobil saya di
sebuah rumah makan di puncak. Tiba-tiba, datang seorang menawarkan villa
kepada kami (saya bersama teman), bahkan dengan tersenyum dia menambahkan:
"ada isinya mas!". Sekarang baru saya sadari bahwa kawasan Puncak telah
berubah menjadi kawasan maksiat lokalisasi bertaraf Internasional bagi
laki-laki hidung belang Arab. Saya membayangkan, bagaimana iklan syurga
Puncak itu beredar di kalangan laki-laki Arab hidung belang di Timur
Tengah sana. "Puncak, puncak, syurga, syurga!"

Daripada kita menuding laki-laki Arab yang hidung belang itu, lebih baik
kita bersedih atas mental melacur dan menggermo bangsa kita di Puncak
sana.


Salam duka,



"Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
05/17/2006 10:40 AM
Please respond to
wanita-muslimah@yahoogroups.com


To
wanita-muslimah@yahoogroups.com
cc

Subject
Re: [wanita-muslimah] Demo RUU APP






On 5/17/06, irwank <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Kalau yang bisa dijarin tuduhan zina harus sampai tahap 'masuknya alat
> kelamin', berarti yang main 'luar' (gak sampai 'dalam) gak termasuk zina
> ya? Ini belum bahas 4 saksi lho ya.. Kalau iya, mantab bener tuh.. :-)
>
> ===

makanya orang arab keenakan tuh ...

berikut ini beritanya (andalan nih, dikirim bolak balik)  :D

Ini Dia Gaya Berlibur Turis Arab

Di Puncak, turis-turis Timur Tengah menemukan surga dunia: pemandangan
hijau, banyak bunga, air mengalir, dan bidadari berseliweran.

Sen Tjiauw dan A. Sidarta


Bunyi musik terdengar dari sebuah vila: bising, sejenis musik keras dengan
irama dan lirik padang pasir. Sebuah jendela yang gordennya terbuka
mengungkapkan suasana ruang tamu vila yang bising itu. Di bawah lampu nan
terang, seorang perempuan berdiri di hadapan seorang pria sambil
meliuk-liukkan badannya seirama nada. Kedua tangannya terentang ke atas,
pinggulnya diputar-putar. Memang, tak sedahsyat goyang Inul, penyanyi
dangdut yang ngetop akhir-akhir ini.

Tapi ada yang lebih memicu aliran darah dari sekotak pemandangan lewat
jendela itu: setidaknya, tubuh bagian atas penari itu tak ditutup apa pun.
Sebelum segalanya jelas, rupanya penghuni vila menyadari gorden yang
terbuka. Tiba-tiba jendela itu pun ditutup.

Para pengintip yang berada di teras sebuah kamar di lantai dua Hotel
Jayakarta, Puncak, Jawa Barat, pun kecewa. Mereka adalah wartawan TRUST.
Di
pertengahan Februari lalu itu, mereka meliput kawasan tersebut, desa yang
dikabarkan pada bulan tertentu menjadi Kampung Arab dengan segala gaya
berlibur turis Timur Tengah.

Kampung Arab? Nama asli kampung itu sendiri yakni Kampung Sampay, satu
dari
tiga kampung di Desa Tugu Selatan, satu kilometer di atas Taman Safari,
Cisarua, Bogor. Dari Jakarta, jarak menuju kampung ini sekitar 84
kilometer.
Tapi, kalau Anda bertanya kepada penduduk sekitar tentang Kampung Arab,
mereka tampak terbengong-bengong. Satu atau dua orang yang tiba-tiba
memahami arah pertanyaan akan menjawab: "O, maksudnya Warung Kaleng?"
Benar, lebih dari Kampung Sampay, lebih dari Kampung Arab, nama Warung
Kaleng dikenal bukan saja oleh warga setempat, tapi juga sopir taksi di
Bandara Soekarno-Hatta. Masuklah ke sembarang taksi, lalu sebut Warung
Kaleng; dijamin Anda akan sampai ke Desa Sampay, Kelurahan Tugu Selatan,
Kecamatan Cisarua, Bogor.

Warung Kaleng sebenarnya adalah sepotong Jalan Jakarta-Puncak di kilometer
84, tak lebih dari 50 meter panjangnya. Di kanan-kiri jalan, berjajar
30-an
warung. Ini yang unik, papan-papan nama warung itu bukan hanya berhuruf
latin dengan kata-kata bahasa Indonesia, tapi juga (bahkan ada yang hanya)
papan nama berhuruf Arab, dari wartel sampai toko roti, dari toko
kelontong
sampai rumah makan. Dan yang juga khas dibandingkan kampung lain, di sini
banyak terlihat warga bertampang Timur Tengah.

BIDADARI-BIDADARI
Nama Warung Kaleng sudah menjadi nama alternatif bagi Kampung Sampay sejak
zaman kolonial Belanda. Dulu, kawasan itu secara administratif adalah
tanah
partikelir, yang kemudian dijadikan basis perdagangan oleh pedagang
pendatang dari Cina. Lambat laun, para pedagang itu berasimilasi dengan
penduduk setempat, lantas masuklah Islam.

Kata penduduk setempat, riwayat nama Warung Kaleng bermula dari
warung-warung yang didirikan oleh para pedagang Cina itu: hampir semua
warung beratap seng atau kaleng. Jadilah sepetak lahan itu kemudian di
sebut
Warung Kaleng.
Nama itu tetap melekat meski suasana Cina praktis tak tercium lagi dan
atap
seng tak lagi terlihat. Kini, warung-warung itu bertembok dan sudah
beratap
genteng. Suasananya pun berganti ke-Arab-Araban. Belakangan, muncul
sebutan
baru itu: Kampung Arab?bukan hanya untuk sepetak Warung Kaleng, tapi juga
untuk seluruh Kampung Sampay.

Jadi, melihat lokasinya, bolehlah dibilang Warung Kaleng merupakan gerbang
Kampung Arab. Di kawasan warung itulah pusat lalu lintas turis Arab
(kebanyakan dari Arab Saudi, Bah-rain, Kuwait, dan Qatar). Soalnya, sejauh
ini, hanya di warung-warung itu tersedia segala kebutuhan turis Arab yang
khas: mulai dari minuman (vodka yang didatangkan dari Jakarta), tembakau
dan
bumbunya (yang langsung diimpor dari Timur Tengah) untuk merokok gaya
Arab,
sampai roti arab (buatan lokal).

Alkisah, di awal 1990-an, ketika Irak diserbu Amerika dan sekutunya,
banyak
turis Timur Tengah datang ke Kampung Sampay. Mereka menginap di vila-vila
selama kira-kira satu minggu hingga satu bulan. Di tahun-tahun sebelumnya,
turis Arab juga sudah datang ke Kampung Sampay, namun tak banyak.
Dikenalnya Kampung Sampay oleh turis Arab tentunya dimakcomblangi
biro-biro
pariwisata, terutama biro yang berkantor di sepanjang Jalan Raden Saleh,
Jakarta Pusat. Di kawasan ini, para turis itu boleh merasa setengah di
rumah
sendiri, setidaknya dalam hal makan, karena di jalan ini ada dua rumah
makan
khas Timur Tengah.

Tapi kenapa Kampung Sampay? Konon, turis-turis dari padang pasir itu
merindukan suasana yang berbeda dengan negeri mereka yang panas dan
berpantai. Mereka mengidamkan berlibur di kawasan pegunungan yang sejuk
dan
hijau. Lalu, dibawalah mereka ke kawasan Puncak, dari Cisarua sampai
Cipanas. Bila kemudian Warung Kaleng menjadi terpopuler di antara turis
Arab, ada ceritanya.

Menurut Syaiful Idries, Kepala Urusan Administrasi Desa Tugu Selatan,
gambaran orang Arab tentang surga dunia itu adalah jabal ahdor atau gunung
hijau. Di Kampung Sampay, kata Syaiful, mereka menemukan jabal ahdor itu.
"Di Puncak ini kan banyak bunga, air mengalir, lingkungannya hijau dan
indah," tuturnya.

Tapi kalau hanya gunung hijau, bukan hanya Kampung Sampay yang punya.
Kampung ini menjadi istimewa buat turis Arab karena "banyak bidadari", dan
secara sosial lingkungan di sini "longgar", warganya tak begitu peduli
dengan urusan orang lain. "Jadi (Syaiful melanjutkan ceritanya sambil
tertawa), bagi orang Arab, Warung Kaleng bukan hanya jabal ahdor, tapi
juga
jabal al jannah, gunung surga. 'Bidadari-bidadari' itu didatangkan dari
desa
lain yang cukup jauh," paparnya.

MERACUNI ANAK-ANAK
Singkat cerita, kerasanlah turis-turis itu berlibur di jabal al jannah.
Bahkan, secara sosial keagamaan, suasana di sini pun okey: ada suara azan
berkumandang saat menjelang salat wajib. Di Kampung Sampay, ada tiga
pondok
pesantren, dan ada pula satu pesantren baru yang sedang dibangun.

Warga setempat pun menyambut para turis Arab dengan terbuka. Apa boleh
buat,
secara nyata, mereka memang mendatangkan fulus. Penginapan terisi, makanan
terjual, sumbangan pun mengalir. Lihatlah Haji Samsudin, 65 tahun, yang
sedang memimpin pendirian sebuah pondok pesantren baru di Kampung Sampay
ini, namanya Pondok Sikoyatun Najah.
Menurut Wak haji ini, sebagian biaya calon pesantrennya diperoleh dari
sumbangan turis Arab. Di sebuah lorong di belakang Warung Kaleng,
terpasang
spanduk dalam tulisan dan bahasa Arab, yang artinya kurang lebih begini:
"Kami sedang membangun gedung untuk pondok pesantren di sini, mohon
sumbangannya." Dengan bahasa dan huruf Arab, jelaslah sasaran spanduk itu.
Lantas, Nanang Supriatna, salah seorang Ketua RT di Kampung Sampay,
mengatakan: "Enggak ada Arab, enggak hidup ekonomi orang-orang sini."

Nanang yang sehari-hari berjualan kambing, pada Idul Adha yang lalu
berhasil
menjual 11 kambing. "Kalau enggak ada Arab, kambing saya paling-paling
laku
dua ekor," tuturnya kepada TRUST. Dan ternyata bukan hanya 11. Begitu ia
selesai bertransaksi untuk kambing yang ke-11 dengan Samid (mahasiswa Arab
Saudi yang menginap di Vila Barita), datang pesanan dua kambing lagi dari
turis Arab yang menginap di Aldita, vila pertama di daerah itu.

Tapi tak seluruh penduduk mengangguk-angguk dan mengucapkan ahlan wasahlan
kepada tamu-tamu Timur Tengah itu. Haji Ichwan Kurtubi, 55 tahun, seorang
tokoh masyarakat Kampung Sampay, merasa tak enak melihat perilaku para
turis
itu. Para ulama, katanya, pasti tidak setuju warga di sini memfasilitasi
para turis itu ber-dugem ria alias berdunia gemerlapan. "Mereka itu enggak
bener. Masa sih ada Arab kawin, walinya diambil dari sekitar-sekitar
sini,"
ucapnya.
Menurut Haji Ichwan, pernikahan baru sah bila dihadiri wali yang sah
menurut
Islam. "Mereka itu meracuni anak-anak muda di sini," katanya seraya
melampiaskan kemarahannya.

VODKA DI TANGAN KANAN
Tapi, anak-anak muda yang dijaga oleh Haji Ichwan itu sendiri tak peduli.
Mereka dengan senang mengadakan ini dan itu untuk para turis. Dan dengan
begitu?mulai sebagai pemandu wisata, mencarikan kambing korban, mengantar
si
turis dengan ojek, mencarikan vila, sampai menjadi preman penjaga
keamanan?mereka mendapatkan penghasilan. Kata Haji Ichwan: "Ulama di sini
sudah kalah sama anak-anak muda itu."

Sedangkan Zaki al-Habsy, pengelola gerai penukaran uang di Warung Kaleng,
mencoba bersikap realistis. "Yang tidak suka dengan turis-turis Arab itu
hanya orang-orang yang tidak berbisnis melayani mereka," kata Zaki yang
juga
agen perjalanan itu.
Sebenarnya, di balik ketenangan hijaunya bukit dan pepohonan Kampung
Sampay,
ada keresahan yang tersembunyi. Perilaku dan gaya berlibur lelaki-lelaki
dari padang pasir itu?yang eksklusif dan tertutup bagi siapa saja, kecuali
terhadap orang-orang yang mereka butuhkan?selain melahirkan kecemburuan,
juga menimbulkan ketersinggungan.
Benar, wanita-wanita yang mereka datangkan bukan warga Tugu Selatan. Yang
terlihat dari jendela itu, misalnya yang diminta menari striptease atau
tari
perut, konon, adalah perempuan dari Cianjur, 20-an kilometer dari Tugu.
Tapi, menurut Haji Ichwan, suasana seperti itu di depan mata mereka adalah
racun buat generasi muda. Apalagi, setidaknya, ada dua turis Arab
meninggal
di salah satu vila di Kampung Sampay selagi berpesta pora. "Orang Arab kan
sudah terkenal dengan pemeo: vodka di tangan kanan dan cewek di tangan
kiri," kata Abubakar Sjarief, Kepala Desa Tugu Selatan.

Dan sebenarnya, Abubakar melanjutkan, yang mendapat rezeki dari turis Arab
hanya beberapa orang saja. "Pokoknya, rezeki (dari para turis) itu tidak
berimbang dengan mudaratnya. Secara umum, ke depan, kami dirugikan,"
ungkapnya.
Memang, di luar tukang ojek, penjaga malam, tukang masak di vila, dan
preman
penjaga keamanan kampung, semua lahan usaha yang berhubungan dengan Arab
dijalankan oleh pendatang. Kendati warga setempat bisa berbahasa arab,
mereka tidak bisa menjadi pemandu wisata. Soalnya, untuk menjadi guide,
mereka harus terdaftar di Ikatan Guide Puncak yang pengurusnya adalah
pendatang.

Itulah, dari pemandu wisata, penerjemah, pengelola transportasi, sampai
pengelola penyewaan mobil, hampir semuanya orang Jawa Tengah?terutama dari
Solo dan sekitarnya?dan dari Jakarta. Juga toko-toko yang berderet di
Warung
Kaleng, sebagian besar dimiliki pendatang.

Namun, soal rezeki ini tak pernah muncul ke permukaan sebagai konflik
sosial. Konflik yang pernah terjadi adalah konflik moral. Tahun lalu,
sejumlah santri?mulai dari Ciawi hingga Cisarua?menyerbu diskotek dan
tempat
mesum lain di kawasan Tugu Selatan. Gebrakan itu sampai sekarang masih
terasa. Menurut Abubakar, sejak saat itu, wisata berbau seks di wilayah
tersebut agak mereda. Turis Arab memang masih datang, tapi musik bising
dari
vila-vila jauh berkurang.

Menurut seorang pemandu wisata di situ, untuk sementara mereka membawa
turis
Arab ber-dugem ke tempat lain: Cipanas, bahkan sampai ke Selabintana.
Tapi,
bisa jadi, wanita yang menari-nari di tempat menginap sama saja dengan
perempuan yang terlihat dari jendela itu. Soalnya, nomor telepon genggam
mereka sudah ada di tangan para calo. Jadi, kapan saja, per-empuan itu
bisa
dihubungi, baik secara langsung maupun dengan SMS.

Sumber : http://www.majalahtrust.com/indikato..._hidup/149.php


[Non-text portions of this message have been removed]




Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....

Yahoo! Groups Links









[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke