Inti tulisan saya dalam Seri 727 adalah pada paragraf terakhir: Ini saya
copy paste paragraf terakhir tsb:
Insya-Allah  dalam  seri  berikutnya akan dipaparkan bagaimana caranya Allah
memelihara  keaslian  Al-Quran  dan  menunjukkan Arthur Jeffery memfitnah
Abdullah ibn Mas'ud dan Ubayy ibn Ka'b dan kesia-siaan upaya John
Wansbrough. WaLlahu a'lamu bisshawab.

Seri yang akan menyusul insya-Allah,  yaitu Seri 728, berjudul:. Melawan
Virus Hermeneutika dengan Ejaan. Dan itu tidak ada dalam bukunya Adnin Armas
bukan? Sedangkan Seri 727 baru merupakan pendahuluan, membeberkan fitnahan
Arthur Jeffery dan John Wansbrough.yang akan saya babat/sungkurkan nanti
insya-Allah dalam Seri 728 tsb. Kalau mau dibabat tentu ditampilkan dahulu
apa yang dibabat itu.

Cerita petualangan Arthur Jeffery dan John Wansbrough dan para pengecernya
seperti Mohammed  Arkoun  dan  Nasr  Hamid Abu Zayd.tidak hanya dalam
bukunya pengecer adnin armas saja, yang tidak pernah saya baca. Nasr Hamid
Abu Zayd misalnya lewat artikel Stefan Wild, "Die andere Seite des Textes:
Nasr Hamid Abu Zaid und der Koran" dalam jurnal die Welt des Islam, no.33
(1993), hlm. 256-261, tulisan Navid Kermani, "Die Affaere Abu Zayd: Eine
Kritik an religioesen Diskurs und ihre Folgen" dalam jurnal Orient, no.35
(1994), hlm. 25-49, dan Charles Hirschkind, "Heresy or Hermeneutics: The
Case of Nasr Hamid Abu Zayd" dalam American Journal of Islamic Social
Sciences (AJISS) vol.12, no.4 (1995).

HMNA


----- Original Message -----
From: "Muhkito Afiff" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, May 17, 2006 12:59 AM
Subject: [wanita-muslimah] Fwd: Re: Seri 727 Virus Hermeneutika yang
Ditebarkan oleh Orientalis


Berikut ini saya fwdkan postingan dari Adnin Armas di milis insistnet.

Abah HMNA, bisa jelaskan mengapa tulisan Anda banyak sekali kemiripan
dengan tulisan Adnin Armas?

--- In [EMAIL PROTECTED], "adnin armas" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

Assalamu Alaykum,

Tulisan yang dikirim oleh Arnoldison ke milis insists memiliki banyak
kesamaan dengan isi buku saya, Metodologi Bibel dalam Studi Al-
Qur'an.

--- In [EMAIL PROTECTED], Arnoldison <arnold@> wrote:
>
> BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
>
> WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> [Kolom Tetap Harian Fajar]
> 727 Virus Hermeneutika yang Ditebarkan oleh Orientalis
>
> Dengan  menggunakan  hermeneutika  yaitu alat biblical criticism
sejak
> abad ke-19, para orientalis telah membuat berbagai teori baru
mengenai
> sejarah   Al-Quran,   seperti   yang  diformulasikan  Theodor
Noldeke
> (1836-1930),  Friedrich  Schwally  (1919),  Edward  Sell  (1839-
1932),
> Gotthelf  Bergstraesser  (1886-1933), Leone Caentani (1869-1935),
Otto
> Pretzl  (1893-1941),  Hartwig  Hirschfeld (1854-1934), Joseph
Horovitz
> (1874-1931),  Richard  Bell (1876-1953), Alphonse Mingana (1881-
1937),
> Arthur   Jeffery   (1893-1959),   Regis   Blachere  (1900-1973),
John
> Wansbrough  (1928-2002),  dan  yang masih hidup seperti Andrew
Rippin,
> Harald Motzki dan masih banyak lagi lainnya.
>

Buku Metodologi Bibel:

Para sarjana Barat, orientalis dan Islamolog sudah mulai menerapkan
biblical criticism dalam studi al-Qur'an sejak abad 19. Diantaranya
seperti yang dilakukan oleh Abraham Geiger (1810-1874), Gustav Weil
(1808-1889), William Muir (1819-1905), Theodor Nöldeke (1836-1930),
Friedrich Schwally (m. 1919), Edward Sell (1839-1932), Hartwig
Hirschfeld (1854-1934), David S. Margoliouth (1858-1940), W. St.
Clair-Tisdall (1859-1928), Louis Cheikho (1859-1927), Paul Casanova
(1861-1926), Julius Wellhausen (1844-1918), Charles Cutley Torrey
(1863-1956), Leone Caentani (1869-1935), Joseph Horovitz (1874-1931),
Richard Bell (1876-1953), Alphonse Mingana (1881-1937), Israel
Schapiro (1882-1957), Siegmund Fraenkel (1885-1925), Tor Andrae (1885-
1947), Arthur Jeffery (1893-1959), Regis Blachere (1900-1973), W.
Montgomery Watt (1900-), Kenneth Cragg (1913-), John Wansbrough (1928-
2002), dan yang masih hidup seperti Andrew Rippin, Christoph
Luxenberg (nama samaran), Daniel A. Madigan, Harald Motzki dan masih
banyak lagi lainnya. (hlm. 47-48)


> Inilah  antara lain buku-buku yang menebarkan virus hasil
hermeneutika
> itu.
>
> A.  Mingana  and  A.  Smith  (ed.),  Leaves from Three Ancient
Qurans,
> Possibly Pre-'Othmanic with a List oftheir Variants, Cambridge,
1914;
> G.   Bergtrasser,   "Plan   eines   Apparatus   Criticus  zum
Koran",
> Sitrungsberichte Bayer. Akad., Munchen, 1930;
> O.  Pretzl,  "Die  Fortfuhrung  des  Apparatus  ('riticus  zum
Koran",
> Sitzungsberichte Bayer. Akad., Miinchen, 1934;
> A.  Jeffery,  The  Qur'an  as Scripture, R.F. Moore Company, Inc.,
New
> York,  1952.  Ternyata  Jefferylah  yang paling banyak menguras
tenaga
> dalam menebarkan virus hermeneutika tsb.
>
> Arthur  Jeffery  berpendapat  agama  yang  memiliki  kitab  suci
akan
> memiliki  masalah  dalam  sejarah  teks  (textual  history).
Sebabnya,
> menurut  asumsinya  tidak  ada satupun autografi dari naskah asli
dulu
> yang  masih  ada.  Dengan  menggunakan  hermeneutika, Jeffery
mengedit
> Al-Quran secara kritis, sebagaimana dilakukan terhadap Bible
(biblical
> criticism).   Ia   menganalisis   sejarah  teks  Al-Quran  dari
zaman
> Rasulullah   SAW  sampai  tercetaknya  teks  qiraah.  Ia
menyimpulkan
> sebenarnya   terdapat  berbagai  mushhaf  tandingan  terhadap
mushhaf
> Uthmani.  Arthur  Jeffery menyatakan Al-Quran tidak memuat Al-
Fatihah,
> Al-Nass  dan  Al-'Alaq,  karena  surah-surah  tersebut tidak ada
dalam
> mushhaf  Abdullah  ibn  Mas'ud. Arthur Jeffery juga menyatakan
mushhaf
> Ubayy  ibn  Ka'b  mengandung  dua  surah  ekstra.  Inilah  antara
lain
> kata-kata nyeleneh Arthur Jeffery:
>
> Sura  I  of  the  Koran  bears  on  its  face evidence that it was
not
> originally part of the text, but was a prayer composed to be placed
at
> the  head  of  the  assembled volume, to be recited before reading
the
> book,  a  custom  not  unfamiliar to us from other sacred books of
the
> Near  East  [The Muslim World, Volume 29 (1939), pp. 158-162. The
Text
> of the Qur'an Answering Islam Home Page]
>

Buku Metodologi Bibel:

Salah seorang orientalis lain yang terkemuka yang menerapkan metode
kritis-historis untuk mengkaji al-Qur'an adalah Arthur Jeffery. Ia
berasal dari Australia dan penganut Kristen Metodist. Ia menghabiskan
hampir seluruh hidupnya untuk mengkaji al-Qur'an. Ia berpendapat
agama yang memiliki kitab suci akan memiliki masalah dalam sejarah
teks (textual history). Ini disebabkan tidak ada satupun autografi
dari naskah asli dulu yang masih ada. Saat ini, masing-masing pemeluk
agama memiliki naskah-naskah yang telah turun-temurun yang paling
tidak telah berubah di berbagai komunitas masyarakat. Jadi, tidak ada
satu naskahpun yang tidak berubah. Sekalipun alasan perubahan itu
demi kebaikan, namun tetap saja, menurut Jeffery, wajah teks yang
asli sudah berubah. Manuskrip-manuskrip awal al-Qur'an, misalnya,
tidak memiliki titik dan baris, serta ditulis dengan khat Kufi yang
sangat berbeda dengan tulisan yang saat ini digunakan. Jadi, menurut
Jeffery, modernisasi tulisan dan ortografi, yang melengkapi teks
dengan tanda titik dan baris, sekalipun memiliki tujuan yang baik,
namun itu telah merusak teks asli. Teks yang diterima (textus
receptus) saat ini, bukan fax dari al-Qur'an yang pertama kali.
Namun, ia adalah teks yang merupakan hasil dari berbagai proses
perubahan ketika periwayatannya berlangsung dari generasi ke generasi
di dalam komunitas masyarakat. (hlm. 51-52)


> Pada  tahun  1977,  John  Wansbrough menerapkan hermeneutika
literary,
> source   dan  form  criticism  ke  dalam  studi  Al-Quran.
Wansbrough
> berpendapat  kanonisasi  teks  Al-Quran terbentuk pada akhir abad
ke-2
> Hijrah.  Oleh sebab itu, semua hadits yang menyatakan tentang
himpunan
> Al-Quran  harus  dianggap sebagai informasi yang tidak dapat
dipercaya
> secara historis.
>
> Semua  informasi  tersebut  adalah  fiktif  yang  punya  maksud-
maksud
> tertentu.  Semua  informasi  tersebut mungkin dibuat oleh para
fuqaha'
> untuk  menjelaskan  doktrin-doktrin  syariah  yang  tidak ditemukan
di
> dalam  teks,  atau mengikut model periwayatan teks orisinal
Pantekosta
> dan   kanonisasi   Kitab   Suci   Ibrani.   Semua  informasi
tersebut
> mengasumsikan  sebelum  wujudnya standar (canon) dan karena itu,
tidak
> bisa  lebih  dahulu  dari abad ke-3 Hijriah. Menurut Wansbrough,
untuk
> menyimpulkan  teks  yang  diterima  dan  selama ini diyakini oleh
kaum
> Muslimin  sebenarnya adalah fiksi yang belakangan yang direkayasa
oleh
> kaum Muslimin. Teks Al-Quran baru menjadi baku setelah tahun 800 M.
>

Buku Metodologi Bibel:

Pada tahun 1977, karya John Wansbrough (m.2002), Quranic Studies
terbit. Di dalam karya tersebut John Wansbrough menerapkan
literary/source criticism dan form criticism ke dalam studi al-Qur'an.
... Kanonisasi teks al-Qur'an tidak berada dalam satu kesatuan dari
masa nabi Muhammad sampai akhir abad ke 2 Hijrah. Oleh sebab itu,
semua hadits yang menyatakan tentang himpunan al-Qur'an, dalam
pandangan Wansbrough, harus dianggap sebagai informasi yang tidak
dapat dipercaya secara historis. Semua informasi tersebut adalah
fiktif yang punya maksud-maksud tertentu. Semua informasi tersebut
mungkin dibuat oleh para fuqaha' untuk menjelaskan doktrin-doktrin
shariah yang tidak ditemukan di dalam teks, atau mengikut model
periwayatan teks orisinal Pantekosta dan kanonisasi Kitab Suci
Ibrani. Semua informasi tersebut mengasumsikan sebelumnya wujudnya
standar (canon) dan karena itu, tidak bisa lebih dahulu dari abad 3
Hijriah.Kritik sastra menggiring Wansbrough untuk menyimpulkan teks
yang diterima (textus receptus) dan selama ini diyakini oleh kaum
Muslimin sebenarnya adalah fiksi yang belakangan yang direkayasa oleh
kaum Muslimin. Menurut Wansbrough, teks al-Qur'Én baru menjadi baku
setelah tahun 800 M.(hlm. 57-58)


> Pemikiran  para  Orientalis itu mempengaruhi para pengecer antara
lain
> Mohammed  Arkoun  dan  Nasr  Hamid Abu Zayd. Melacak sejarah Al-
Quran,
> Mohammed  Arkoun  sangat  menyayangkan  jika  sarjana Muslim tidak
mau
> mengikuti   jejak   kaum   Yahudi-Kristen.   Akibat   menolak
metode
> hermeneutika  biblical  criticism,  maka dalam pandangan Arkoun,
studi
> Al-Quran   sangat   ketinggalan   dibanding  dengan  studi  Bibel.
Ia
> berpendapat  metodologi  John Wansbrough yang menerapkan
hermeneutika,
> memang  sesuai  dengan apa yang selama ini memang ingin ia
kembangkan.
> Arkoun   mengusulkan   supaya  membudayakan  pemikiran  liberal
(free
> thinking).

Buku Metodologi Bibel:
Mohammed Arkoun sangat menyayangkan jika sarjana Muslim tidak mau
mengikuti jejak kaum Yahudi-Kristen...Akibat menolak biblical
criticism, maka dalam pandangan Mohammed Arkoun, studi al-Qur'an
sangat ketinggalan dibanding dengan studi Bibel. Ia berpendapat
metodologi John Wansbrough memang sesuai dengan apa yang selama ini
memang ingin ia kembangkan...Untuk mengubah "tak terfikirkan"
(unthinkable) menjadi "terfikirkan" (thinkable), Mohammed Arkoun
mengusulkan supaya membudayakan pemikiran liberal (free thinking).

>
> Seirama  dengan  Mohammed Arkoun, Nasr Hamid berpendapat teks Al-
Quran
> terbentuk  dalam realitas dan budaya, selama lebih dari 20 tahun.
Oleh
> sebab   itu,   Al-Quran   adalah  'produk  budaya'  (muntaj
thaqafi).
> Disebabkan  realitas  dan  budaya  tidak  bisa  dipisahkan dari
bahasa
> manusia,  maka Nasr Hamid juga menganggap Al-Quran sebagai teks
bahasa
> (nas  lughawi).  Realitas,  budaya,  dan  bahasa,  merupakan
fenomena
> historis dan mempunyai konteks spesifikasinya sendiri. Oleh sebab
itu,
> Al-Quran  adalah  teks  historis. Dengan berpendapat seperti itu,
Nasr
> Hamid  menegaskan  bahwa  teks-teks agama adalah teks-teks bahasa
yang
> bentuknya  sama dengan teks-teks yang lain di dalam budaya. Nasr
Hamid
> menyalahkan  penafsiran  yang  telah dilakukan oleh mayoritas
mufassir
> yang selalu menafsirkan Al-Quran dengan muatan metafisis Islam.

Buku Metodologi Bibel:
Dalam pandangan Nasr Hamid, teks al-Qur'an terbentuk dalam realitas
dan budaya, selama lebih dari 20 tahun. Oleh sebab itu, al-Qur'an
adalah `produk budaya' (muntaj thaqafi). Ia juga menjadi produsen
budaya (muntij li al-thaqafah) karena menjadi teks yang hegemonik dan
menjadi rujukan bagi teks yang lain. Disebabkan realitas dan budaya
tidak bisa dipisahkan dari bahasa manusia, maka Nasr Hamid juga
menganggap al-Qur'an sebagai teks bahasa (nas lughawi).Realitas,
budaya, dan bahasa, merupakan fenomena historis dan mempunyai konteks
spesifikasinya sendiri. Oleh sebab itu, al-Quran adalah teks historis
(a historical text).Historisitas teks, realitas dan budaya sekaligus
bahasa, menunjukkan bahwa al-Qur'an adalah teks manusiawi (nas
insani).Dengan berpendapat seperti itu, Nasr Hamid menegaskan bahwa
teks-teks agama adalah teks-teks bahasa yang bentuknya sama dengan
teks-teks yang lain di dalam budaya...Nasr Hamid menyalahkan
penafsiran yang telah dilakukan oleh mayoritas mufasir yang selalu
menafsirkan al-Qur'an dengan muatan metafisis Islam. (hlm. 72-73)
>


> Di   Indonesia  virus  hermeneutika  menjangkiti  para  pengecer
yang
> bergabung dalam kelompok yang menamakan dirinya Jaringan Islam
Liberal
> (JIL).  Pengecer  Luthfi Asysyaukani, dosen Sejarah Pemikiran Islam
di
> Universitas  Paramadina,  Jakarta,  dan  Editor  JIL,  yang
menjiplak
> tulisan para orientalis, menulis antara lain:
>
> "Al-Quran  kemudian mengalami berbagai proses "copy-editing" oleh
para
> sahabat,  tabi'in,  ahli  bacaan,  qurra,  otografi,  mesin cetak,
dan
> kekuasaan.  Kaum Muslim yang meyakini bahwa Al-Quran yang mereka
lihat
> dan  baca hari ini adalah persis seperti yang ada pada masa Nabi
lebih
> dari   seribu   empat   ratus   tahun  silam,  adalah  keyakinan
yang
> sesungguhnya   lebih  merupakan  formulasi  dan  angan-angan
teologis
> (al-khayal  al-dini)  yang  dibuat oleh para ulama sebagai bagian
dari
> formalisasi doktrin-doktrin Islam."
>
> Di  Makassar  ini virus itu menjangkit pula dalam diri pengecer
Taufik
> Adnan  Amal,  dosen  di  IAIN  Alauddin  Makassar  (nama  yang
dahulu,
> sekarang  Universitas  Islam  Makassar),  aktivis  JIL, juga
menjiplak
> pemikiran para orientalis, antara lain menulis:
>
> "Bagi   rata-rata  sarjana  Muslim,  "keistimewaan"
Mushhaf  'Utsmani
> merupakan  misteri  ilahi  dan karakter kemukjizatan al-Quran.
Tetapi,
> pandangan ini lebih merupakan mitos."
>
> Firman Allah:
> -- ANA NhN NZLNA ALDzKR WANA LH LhFZHWN (S. ALhJR, 15:9), dibaca:
> -- inna- nahnu nazalnadz dzikra wainna- lahu- laha-fizhu-n,
artinya:
> --   Sesungguhnya   telah  Kami  turunkan  Al  Dzikr  (Al  Quran)
dan
> sesungguhnya Kami memeliharanya.
>
> Insya-Allah  dalam  seri  berikutnya akan dipaparkan bagaimana
caranya
> Allah  memelihara  keaslian  Al-Quran  dan  menunjukkan Arthur
Jeffery
> memfitnah Abdullah ibn Mas'ud dan Ubayy ibn Ka'b dan kesia-siaan
upaya
> John Wansbrough. WaLlahu a'lamu bisshawab.
>
> *** Makassar 14 Mei 2006
>   [H.Muh.Nur Abdurrahman]
>

--- End forwarded message ---




Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to