Ini ana kirim diskusi di mailis Surau, di mana Abah ada toles tentang
Al-Quran itu makhluq atau bukan? Ini yang Abah toles:

"Imam Hambali berpendapat Quran itu bukan makhluq, sedangkan kaum Muktazilah
berpendapat bahawa Quran itu adalah makhluq. Siapa yang benar? Menurut saya
kedua pihak benar. Imam Hambali input oriented, kaum Muktazilah output
oriented. Penjelasannya spb:

input, Wahyu, bahasa Allah-------->[ process ]--------> ouput, Makhluq,
bahasa Arab

Quran bersal dari wahyu. Allah SWT membumikan wahyu melalui proses pembumian
dalam diri Nabi Muhammad SAW, lalu berwujud ucapan Nabi Muhammad SAW, itulah
ayat-ayat Al Quran . Diagram di bawah menjelaskan bahasa Allah ditransfer
menjadi Al Quran dalam bahasa Arab.
                                +----------+
    bahasa Allah----->| Al-Quran |----->bahasa Arab
                                +----------+

Disebelah kiri kotak berupa wahyu, qadim, bukan Makhluq, sebelah kanan kotak
adalah Makhluq berupa getaran tali suara manusia merambat melalui udara
menggetarkan selaput gendang telinga ditransfer menjadi pulsa elektris yang
diteruskan oleh saraf ke otak diproses secara musykil, lalu terdengarlah
suara orang melantunkan Al-Quran dalam bahasa Arab. Alhasil
Laisa kamitslihi syai'un tetap berlaku dan juga sekaligus menjelaskan
pertentangan yang sengit apakah A-Quran itu Makhluq atau bukan. Imam Hambali
melihat sebelah kiri kotak, kaum Mu'tazilah melihat sebelah kanan kotak.
Jadi Imam Hambali vs kaum Mu'tazilah, kedua pihak benar, terjadi perbedaan
pendapat berlatar belakang cara pandang, satu pihak melihat ke kiri kotak
dan pihak yang lain melihat sebelah kanan kotak.

Imam Hambali berorientasi input yaitu wahyu, artinya Al Quran masih berwujud
wahyu, sedangkan wahyu itu bukan makhluq, maka Imam Hambali berpendapat Al
Quran itu bukan makhluq.Kaum Muktazilah berorientasi output. Al Quran itu
ucapan atau bacaan. Al Quran adalah hasil pembumian wahyu berupa bacaan. Apa
itu bacaan? Bacaan adalah getaran tali suara Nabi Muhammad SAW diteruskan
getaran itu melalui gelombang udara, menyentuh lalu menggetarkan gendang
telinga para sahabat, lalu mereka mendengarkan bacaan ayat berupa bahasa Al
Quran, yang dibacakan Nabi Muhammad SAW. Tali suara yang bergetar, udara
yang bergelombang, gendang telinga yang bergetar, itu semuanya adalah
makhluq. Maka kaum Muktazilah berpendapat Quran itu makhluq."

===============================

Bagi oom-oom dan aunty-aunty yang punya waktu dan bukan pemalas membaca
tolesan, silakan dibaca rangkaian mujadalah di mailis Surau di bawah

Muammar Qaddhafi yg pk e-mailnya Abah pd mlm/hr Jmt

MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQ


----- Original Message -----
From: UnICoM
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, March 22, 2006 2:35 AM
Subject: Re: [D~SPAM] RE: [surau] Hadits dhaif atau maudhu' ? Takutlah akan
api neraka.

Alhamdulillah, terima kasih atas penjelasan bang HMNA...
Kalau dari penjelasan beliau ini, saya bisa menerima dengan jelas...

atau ..... karena pendapatnya cocok dengan apa yang saya pahami, jadi saya
katakan "saya bisa menerima dengan jelas" ??

he..he..he..

dimanakah letak "cocok" ?
dan dimanakah letak "pemahaman" ?

dimanakah letak "keyakinan" ?
dan dimanakah letak "pengertian" ?

mmm...tambah lama saya kok tambah krasan di milist surau ya...:)

Saya melihat kekayaan ilmu Islam berada di sini..
ada Bapak HMNA, ada ibu Rahima, ada mas Muhasrul, ada bung Boes, dan ada
yang lainnya masih banyak, tapi senyam senyum sambil ikutan mikir diskusi
ini di pojok..he..he..

Semoga..sekali lagi semoga..
"Perbedaan" tidak selalu dipahami sebagai sebuah "Pertentangan"....

kita sama-sama mencintai Islam yang indah ini .....

Seandainya saja seperti itu terjaga terus,...
pastilah "ukhuwah islamiyah" benar-benar terwujud..
Dan kembalinya kejayaan Islam tinggal tunggu waktunya saja...

dan warna-warni pelangi, merah, jingga,  kuning, hijau, biru, nila, ungu,
akan menjadi satu di dalam cahaya putih..bersih..ikhlas dan fithroh..

Salam hormat saya buat semua yang ada di milist surau ini

yang dhoif
huttaqi

  ----- Original Message -----
  From: H. M. Nur Abdurrahman
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Sent: Tuesday, March 21, 2006 1:44 AM
  Subject: Re: [D~SPAM] RE: [surau] Hadits dhaif atau maudhu' ? Takutlah
akan api neraka.

  Asslamu 'alaykum wr.wb.
  Apa yang saya kemukakan di bawah, hanya sekadar sharing information,
bukan untuk didiskusikan. Ada pula sharing
  information yang disisipkan.

  YSM'AWN KLAM ALLH yasma'uwna kalaama Lla-h [2:75]
  YAM'A KLM ALLH yasma'a kala-ma Lla-h [9:6]
  TBDLWA KLM ALLH tubaddiluw kala-ma Lla-h [48 15]
  ANA ANZLNH QRANA 'ARBYA [12:2] Innaa anzalna-hu qura-nan 'arabiyyan

  KLAM ALLH, KLM ALLH = Al-Quran
  QRANA 'ARBYA = Al-Quran itu bahasa Arab

  Jadi Allah sendiri yang berfirman, bahwa KLAM ALLH, KLM ALLH = bahasa
Allah = bahasa Arab.

"Imam Hambali berpendapat Quran itu bukan makhluq, sedangkan kaum Muktazilah
berpendapat bahawa Quran itu adalah makhluq. Siapa yang benar? Menurut saya
kedua pihak benar. Imam Hambali input oriented, kaum Muktazilah output
oriented. Penjelasannya spb:

input, Wahyu, bahasa Allah-------->[ process ]--------> ouput, Makhluq,
bahasa Arab


  Diagram di bawah menjelaskan bahasa Allah ditransfer menjadi Al Quran
dalam bahasa Arab.
                                +----------+
    bahasa Allah----->| Al-Quran |----->bahasa Arab
                                +----------+

  Disebelah kiri kotak berupa wahyu, qadim, bukan Makhluq, sebelah kanan
kotak adalah Makhluq berupa getaran tali suara manusia merambat melalui
udara menggetarkan selaput gendang telinga ditransfer menjadi pulsa elektris
yang diteruskan oleh saraf ke otak diproses secara musykil, lalu
terdengarlah suara orang melantunkan Al-Quran dalam bahasa Arab. Alhasil
Laisa kamitslihi syai'un tetap berlaku dan juga sekaligus menjelaskan
pertentangan yang sengit apakah A-Quran itu Makhluq atau bukan. Imam Hambali
melihat sebelah kiri kotak, kaum Mu'tazilah melihat sebelah kanan kotak.
Jadi Imam Hambali vs kaum Mu'tazilah, kedua pihak benar, terjadi perbedaan
pendapat berlatar belakang cara pandang, satu pihak melihat ke kiri kotak
dan pihak yang lain melihat sebelah kanan kotak.

Seperti diketahui Imam Hambali berada di zaman kekuasaan kaum Mu'tazilah
yang berpendapat bahawa Al-Quran itu adalah Makhluq. Pada masa itu
satu-satunya ulama yang berani dan keras berpendirian bahawa "Al-Quran itu
bukan Makhluq, tetapi ia adalah Kalamullah." yaitu Imam Hambali. Beliau
satu-satunya ulama ketika itu yang berani membantah. Beliau ditangkap dan
dihadapkan ke hadapan Sultan Al-Makmun. Beliau diadili lalu dimasukkan ke
dalam penjara disertai hukuman cambuk. Ketika cambuk yang pertama singgah di
punggung beliau, beliau mengucapkan "Bismillah." Ketika cambuk yang kedua,
beliau mengucapkan "La haula walaa quwwata illaa billah". Ketika cambuk yang
ketiga kalinya beliau mengucapkan "Al-Quran kalaamullahi ghairu makhluq"
(Al-Quran adalah kalam Allah bukan Makhluq). Dan ketika pada pukulan yang
keempat, beliau membaca surah At-Taubah ayat 51. "Katakanlah: Sekali-kali
tidak akan menimpa kami melainkan apa yang ditetapkan oleh Allah bagi kami
." Sehingga seluruh badan beliau mengalir darah merah.

  *****

  Tambahan, ini diluar dari konteks perbincangan
  Dalam ayat [2:75] dipakai ejaan KLAM (pakai alif)
  Dalam ayat [9:6] dan [48 15] dipakai ejaan KLM (tanpa alif)

  Dimana rahasianya?

  Tabulasi surah-surah yang mempunya persekutuan Alif-Lam-Mim
  ====================================================
    No.    Nama                           Jumlah huruf
  Surah   Surah          Mim    Lam    Alif   Alif,Lam,Mim
  ====================================================
      2   alBaqarah      2195  3204   4592      9991
      3   Ali 'Imraan     1251  1885   2578      5714
      7   alA'raaf         1165   1523   2572      5260
     13   alRa'd             260    479     625      1364
     29   al'Ankabuwt   347    554     784      1685
     30   alRuwm          318    396     545      1259
     31   Luqmaan        177    298     348        823
     32   alSajadah       158    154     268        580
                Jumlah      5871  8493 12312   26676  = 1404 x 19

  Kalau dalam ayat [2:75] KLAM tidak pakai alif supaya ejaannya seragam
dengan dalam ayat [9:6] dan [48 15] KLM, maka dalam tabulasi di atas itu
kekurangan satu Alif, sehingga jumlahnya Alif+Lam+Mim hanya 26675, ini tidak
habis dibagi 19.

Sebaliknya dengan dalam Basmalah, Alif dicopot dari BASM menjadi BSM, sebab
bukankah semestinya B+ASM? Alif dicopot supaya jumlah huruf dalam Basmalah
menjadi 19. (1)Ba, (2)Sin, (3)Mim, (4)Alif, (5)Lam, (6)Lam, (7)Ha, (8)Alif,
(9)Lam, (10)Ra, (11)ha, (12)Mim, (13)Nun, (14)Alif, (15)Lam, (16)Ra, (17)ha,
(18)Ya, (19)Mim.

Pada waktu Jibril AS datang kepada Nabi Muhammad SAW membawa ayat 69 surah
al-A'raaf, Jibril AS menginstuksikan kepada Nabi Muhammad SAW agar menyuruh
tulis Bashthatan dengan huruf Shad walaupun sebenarnya barus dibaca dengan
bunyi sin, dan untuk itu harus dibubuhkan huruf Sin kecil di atas huruf
Shad. Kata yang sama artinya dituliskan dengan Sin pada Basthatan dalam
surah al-Baqarah ayat 247, karena memang harus dibaca kata itu dengan bunyi
Sin. Andaikata dalam surah al-A'raaf, ayat 69 dituliskan dengan Basthatan,
maka akan rusaklah sistem kelipatan 19 dalam huruf persekutuan
al-Muqaththa'ah Shad dalam ketiga Surah: al-A'raaf, Maryam dan Shad
Perhatikan tabulasi di bawah:

  Tabulasi surah-surah yang mempunyai persekutuan al-Muqaththa'ah huruf Shad
  ====================================
  Nama Surah         Jumlah huruf Shad
  ====================================
    al-A'raaf             98
    Maryam             26
    Shad                  28
               Jumlah   152 = 8 x 19.

  Andaikata dalam ayat 69 surah al-A'raaf dituliskan Basthatan (pakai Sin),
maka dalam tabulasi itu jumlah huruf Shad berkurang satu menjadi 151, tidak
habis dibagi 19.

  Wassalam
  HMNA


    ----- Original Message -----
    From: UnICoM
    To: [EMAIL PROTECTED]
    Sent: Monday, March 20, 2006 16:49
    Subject: Re: [D~SPAM] RE: [surau] Hadits dhaif atau maudhu' ? Takutlah
akan api neraka.

    Alhamdulillah kalau begitu mas..
    Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan hidayah kepada mas
Muhasrul...

    Saya jadi ingat ketika Syech Ibnu Arobi dituduh zindiq, kafir,dll..
    Kemudian terjadilah dialog diantara ulama2 dengan Syech Ibnu Arobi.

    Beliau bertanya kepada para ulama yang datang,"Apakah Allah itu menurut
saudara-saudara ada?"
    Segera di jawab oleh para Ulama,"Ada, tidak diragukan lagi"

    Beliau bertanya lagi,"Apakah gunung pasir yang tampak di hadapan
tuan-tuan ini ada ?"
    Segera di jawab oleh para ulama," Ya jelas ada, kami semua bisa
menyaksikannya"

    Syech Ibnu Arobi berkata "Tuan-tuan telah syirik, sebab tuan-tuan sudah
menyamakan adanya Allah dengan adanya
    gunung pasir tersebut"

*************************************************************************
    HMNA:
    Ibnu 'Arabi (kalau dia memang bilang begitu) hanya bermain semantik
saja.
    Ada dalam konteks Allah, tidak sama dengan ada dalam konteks gunung
pasir
    Ada dalam konteks Khaliq tidak sama dengan ada dalam konteks makhluq

*************************************************************************

    "Laisa kamitslihi syai'un, Allah berbeda dengan makhlukNya, tiada
sesuatu apapun yang menyamaiNya"

    jadi..adakah Allah berbahasa Arab ?
    Subhanalloh, Maha Suci Alah dari kesamaan dengan makhlukNya...

    he..he..
    ini masalah tauhid mas, seperti sebuah kompas bidik,
    selisih 1 derajat, sudah melenceng hasilnya berpuluh2 kilometer
jauhnya...

    Semoga kita dijauhkan dari bahaya syirik.

    Salam persaudaraan
    huttaqi
      ----- Original Message -----
      From: Muhasrul, Zubir (Supraco)
      To: [EMAIL PROTECTED]
      Sent: Monday, March 20, 2006 3:02 PM
      Subject: RE: [D~SPAM] RE: [surau] Hadits dhaif atau maudhu' ? Takutlah
akan api neraka.

      Alhamdulillah atas informasinya pak,
      Maksud saya betanya buku yg bahasa Indonesia bukan karena saya
      menganggap yg berhasa dan yg ditulis oleh orang Arab selalu benar,
tapi
      karena saya memang tidak menguasai bahasa Arab dan sebenarnyalah cuma
Al
      Qur'an saja yg full bertulisan dan berbahasa Arab di rak buku saya
      sedangkan yg lainnya semua berbahasa Indonesia.

      Dan walau pun masih pemula Insyaallaah sampai saat ini saya masih
      berusaha untuk tidak taqlid buta, dan sampai saat ini saya masih
      menempatkan diri sebagai orang yg belum mapan dan masih berstatus
      sebagai pencari ilmu, nah untuk itu saya tidak membatasi diri dengan
      satu aliran tertentu. Saya membaca buku2 tentang tasauf dan yang
kontra
      tasauf , saya juga membaca buku2 terbitan dari bermacam2 pemahaman,
      mudah2an dengan demikian saya tidak terjebak kedalam perangkap taqlid
      dan terhindar dari " meyakini diri bahwa golongan saya lah benar dan
      lainnya saaaaaaaaaaaaalaaaaaaaaaaah.

      Karena kedangkalan ilmu itu jualah saya menyukai membaca dua bahan
      bacaan yang berbeda pendapat, dengan demikian saya bisa memposisikan
bak
      orang menonton permainan catur, sehingga saya punya kesempatan banyak
      untuk bisa menganalisa dan mempelajari kedua pihak tanpa dibebani rasa
      keberpihakan, Insyaallaah dengan demikian saya bisa melihat yg mana yg
      harus saya ikuti dan mana yg harus saya lupakan.
      Mungkin sikap dan cara belajar saya ini dianggap salah, tapi saya
merasa
      lebih jernih berfikir untuk memilih mana yang harus saya ikuti.
      Dengan cara itu pulalah saya bisa melihat saudara2 tanpa beban dan
      keberpihakan yang berada di NU,Muhamadiyah, Persis, Salafi, HT, FPI
saya
      bisa menyimak pola pemikiran dan peng implementasian dalam gerak gerik
      kehidupan mereka2

      Maaf pak Huttaqi, kok malah saya yg banyak ngomong, bagaimanapun
seperti
      postingan saya kemaren sharing ilmu antara antum dengan Ibu Rahima
      betul2 membuat ghirah saya belajar menjadi meningkat.
      Saya menghormati antum berdua dan saya punya sikap dan penilaian
      tersendiri dari buah fikiran yang Bu Rahima dan pak Huttaqi keluarkan.
      Allahu muwaffiq bi aqwait thaariqi

      Afwaan katsiiran in wajadtumminni
      Ikhwanukum fillaah

      Muhasrul


      -----Original Message-----
      From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
Of
      UnICoM
      Sent: Monday, March 20, 2006 1:33 PM
      To: [EMAIL PROTECTED]
      Subject: Re: [D~SPAM] RE: [surau] Hadits dhaif atau maudhu' ? Takutlah
      akan api neraka.

      mas Muhasrul yang dimuliakan Allah,
      ndak ada level-level an...setiap manusia dianugrahi kelebihan
sendiri2,
      termasuk antum juga saya yakin pasti punya kelebihan. sebab itulah,
      tidak perlu rasanya berendah-rendah dan bertinggi-tinggi...biasa-biasa
      saja mas..

      Sayapun di dalam masalah agama juga masih belajar..dan masih akan
terus
      belajar..
      Sebab Allah sudah menganugrahkan hati dan akal pikirlah yang
menyebabkan
      di dalam belajarpun dua cahaya itu akan selalu kita pakai dan kita
      pakai..

      Jadi bukan masalah level yang ada, hanya mungkin kebetulan saya tahu
      terlebih dahulu..gitu aja !

      dan ini sebagian dari kitab2 tersebut yang dalam bahasa Indonesia,
      mungkin bisa di cari dan semoga membawa perubahan di dalam kita
memahami
      agama Islam, terutama di dalam kita mensikapi hadits-hadits yang ada
      sekarang..

      Minimalnya, kita tidak akan gampang-gampang menyalahkan orang, apalagi
      sampai mengkafirkan dan memvonis orang itu masuk neraka ! Naudzubillah

      Oh ya, satu lagi mas..
      Jangan karena soal bahasa, kemudian sampeyan menganggap bahwa buku
yang
      berbahasa arab isinya pasti benar atau lebih benar dan buku yang
      berbahasa Indonesia isinya pasti salah atau kurang benar dibandingkan
      yang berbahasa arab..

      Namanya saja manusia mas, meski arab maupun barat, maupun Indonesia
      sendiri juga sebagian ada  yang salah dan sebagian ada yang benar
      pula...

      Ulama-ulama Indonesia juga gak kurang-kurang mendalami agama Islam
      khok..so..gak usah berkecil hati masalah belum bisa bahasa arab. Allah
      sendiri tidak berbahasa Arab..he..he..
      dan Allah pula yang mengajarkan semua bahasa kepada manusia. Silakan
      melalui bahasa apa saja antum mendalami agama Islam dan mendekat
kepada
      Alloh, kecuali yang sudah disyariatkan tentunya, seperti bacaan
sholat,
      ayat2 al Quran, dll.

      Berikut buku2 yang bisa dipelajari :
      1. Jurnal Studi ilmu-ilmu al Quran dan hadits yang memuat tentang
Studi
      atas kitab2 Shoheh baikpun Shahih Bukhori, muslim, Imam Malik,
      Tirmizi,dll 2.Dutton, Yasin, Sunnah, Hadis dan Amal Penduduk Madinah,
      Akademika Pressindo, 1996.
      3.Noor MA, Muhibbin, Kritik Kesahihan Hadis Imam al-Bukhari: Telaah
      Kritis Atas Kitab al-Jami' al-Shahih, Waqtu (Inspeal Group), 2003
      4.Zuhri,  Muh,  Telaah Matan Hadis: Sebuah Tawaran Metodologis,
Lembaga
      Studi Filsafat Islam (LESFI), 2003

      Dan sebagai tambahan untuk sejarah hadits bisa pula di baca di buku :
      1.
            Yuslem, Nawir,  Ulumul Hadis, PT Mutiara Sumber Widya, 2001


      2.Hassan, A. Qodir, Ilmu Mushthalah Hadits, CV. Diponegoro, 2002 3.
      Termasuk kitab2 sejarah seperti tulisannya Haekal Muhammad, Sirah Ibnu
      Hisyam, sirah Ibnu Ishaq, di situ nanti sampeyan temui, betapa Umar
      marah ketika Abu Hurairah mau menyampaikan "hadits" yang katanya dari
      Rosulullah saw :)

      itu dulu mas, moga2 dapat menambah wawasan sampeyan di dalam agama
Islam
      ya...

      salam persaudaraan
      huttaqi

        ----- Original Message -----
        From: Muhasrul, Zubir (Supraco)
        To: [EMAIL PROTECTED]
        Sent: Monday, March 20, 2006 11:11 AM
        Subject: [D~SPAM] RE: [surau] Hadits dhaif atau maudhu' ? Takutlah
        akan api neraka.


        Pak Huttaqi,
        Terimakasih telah meluangkan waktu untuk menanggapi postingan saya
        yang
        jauh dibwah level antum.
        Saya akan mencoba untuk mencari buku2 yang antum sarankan, mudah2an
        sudah tersedia dalam bentuk bahasa Indonesia, maklum saya masih buta
        bahasa Arab nya Pak.
        Wassalam
        Ikhwanukum fillah
        Muhasrul

        -----Original Message-----
        From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
      Of
        UnICoM
        Sent: Monday, March 20, 2006 10:51 AM
        To: [EMAIL PROTECTED]
        Subject: Re: [surau] Hadits dhaif atau maudhu' ? Takutlah akan api
        neraka.

        Alhamdulillah mas, alhamdulillah bahwa sampai sekarang di dalam rasa
        saya tidak ada menyalahkan orang lain...dia salah saya
      benar...mmm..gak
        lah...gak ada manfaatnya gitu kok...

        Ini kan diskusi...dengan saling hormat menghormati keyakinan dan
        pendapat masing-masing...

        Kecuali menganggap bahwa apa yang diyakini itu adalah sebuah
kebenaran
        mutlak, sehingga jika ada orang yang berbeda pendapat langsung yang
        tampak adalah salah dan orang itu masuk neraka..mm..ya memang
        sebaiknya gak gitu lah...

        dan mungkin sebagai saran saya juga ya mas...
        silakan di baca2 buku yang mengkritisi hadits2 yang ada di kitab
      jamius
        Shohihnya Imam Bukhori, atau yang mengkritis hadits2 di kitab Jamius
        shohihnya Imam muslim, dll...

        Paling tidak kita memahami akan adanya perbedaan-perbedaan seperti
      itu,
        dengan tidak mudah mengatakan orang lain kafir, orang lain dusta,
      orang
        lain masuk neraka,dll..

        Moga-moga Allah mengampuni kita semua

        salam persaudaraan
        huttaqi
          ----- Original Message -----
          From: Muhasrul, Zubir (Supraco)
          To: [EMAIL PROTECTED]
          Cc: [EMAIL PROTECTED] ;
          Sent: Friday, March 17, 2006 11:36 PM
          Subject: RE: [surau] Hadits dhaif atau maudhu' ? Takutlah akan api
        neraka.

          Assalamuaaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuhu,
          Alhamdulillah dari menyimak diskusi yang menarik antara Ibu Rahima
          dengan Bapak Huttaqi banyak sekali pelajaran yang dapat saya petik
      dan
          merasa betapa miskin nya saya akan ilmu2 agama.Teruskanlah diskusi
      ini
          dengan niat ibadah semata jauh dari rasa saling mengungguli dan
          memperlihatkan siapa yang lebih hebat. Insyaallaah kami2 yang
miskin
          ilmu dapat menyimak dan mengambil pelajaran dari dua sumber ilmu
      yang
          berbeda dengan demikian akan menambah khazanah ilmu kami.

          Izinkan saya dalam kesempatan ini memberi masukan yang Insyaallaah
        akan
          membuat diskusi diantara antum berdua lebih hidup dan lebih enak
      untuk
          disimak, terlebih dahulu dengan segala kerendahan hati saya mohon
      maaf
          kalau dari tulisan2 saya ini tidak berkenan.
          Ibu Rahima:
          Ada nada agak sedikit emosi dari tulisan2 tanggapan ibu yang
      alangkah
          bijaksananya bagi seorang yang sudah dikaruaniakan ilmu yang
tinggi
          untuk belajar berdiskusi dengan nada tenang dan menjauhkan tulisan
          dengan nada gusar.
          Saya yakin bahwa tanggapan ibu akan lebih baik kalau ibu membaca
dan
          mengurut uraian bapak Huttaqi secara keseluruhan dan tidak
        menanggapinya
          secara sepotong2 ( maaf mungkin saya salah interpretasi).
          Saya sangat setuju dengan ibu tentang hadis2 lemah, dhaif dan
palsu
        yang
          masih sering di sampaikan oleh beberapa ustad dan ulama.
          Bagi saya yang awam kalau derajat hadis tersebut masih
diperbedatkan
          sebaiknya ditinggalkan apa lagi yang sudah disepakati bahwa
      derajatnya
          palsu dan dhaif.

          Bapak Huttaqi:
          Saya salah satu pengumpul tulisan2 bapak di beberapa milis yang
saya
          ikuti, izinkan saya juga menyampaikan pendapat yg mungkin salah
bagi
          kacamata orang2 berilmu sbb:
          Sangat jelas uraian Ibu Rahima menngenai hadis dan atsar. Saya
yakin
          para ulama salaf dan AHLI2 hadis dengan segala kelebihan yang
        diberikan
          Allaah SWT kepada mereka telah menghabiskan umur mereka untuk
        mengkaji,
          mempelajari dan menyaring setiap hadis setiap hadis yang
didapatnya
          secara detail (entahlah kalau pada zaman ini ada yang lebih ahli
      dari
          mereka rasanya zaman kita sudah terlalu jauh dari masa Rasulullah
      saw
          sudah lebih 15 abad berlalu), nah kalau lah ada pertentangan
tentang
          derajat suatu hadis akan lebih baik rasanya kita tinggalkan saja,
        bukan
          kah Rasulullaah saw menyuruh kita  meninggalkan sesuatu yang
        meragukan?.

          Mungkin saja matan hadis yg dhaif atau palsu itu baik dan tidak
          berlawanan dengan Al Qur'an, tetapi apakah sesuatu yang baik dan
      tidak
          berlawanan dengan Al qur'an SUDAH PANTAS DISEBUT SEBAGAI HADIS?.
          Katakanlah ibu guru disekolah atau ibu saya dirumah mengajarkan
        sesuatu
          yang baik dan itu tidak berlawanan dengan Al Qur'an APAKAH ITU
BISA
        SAYA
          KATAKAN HADIS?
          Bagi saya yang awam akan lebih bijaksana rasanya kalau para guru,
        ustad
          ulama menyampaikan hadis2 yang sudah diakui kesahihannya, atau
        sampaikan
          matan yang baik itu tanpa menyertakan kata2"MENURUT HADIS
      RASULULLAH"
          atau yang semacamnya.

          Akhirul kalam saya mohon teruskanlah berbagi ilmu antum berdua
untuk
          kami2 yang fakir ilmu ini, semoga Allaah menunjuki kita semua
tetap
          istiqamah dengan niat ibadah dan di jauhi dari rasa ingin
      mengalahkan
          satu diantara yang lain.Perbedaan pendapat antum bisa dimaklumi
      karena
          mungkin datang dari latar belakang yg berbeda dan berguru dari
      sumber
        yg
          berbeda mari sama2 berlapang dada menerima kekurangan diri dan
        menerima
          kebenaran dari teman diskusi sambil menjauhkan rasa SAYA YANG
BENAR
        DAN
          DIA SALAH. Mari cermati uraian teman diskusi dengan tenang dan
hati
        yang
          jernih semoga Allaah membukakan hati menerima kebenaran.
          Bukankah yang HAQ itu hanya ALLAAH SWT semata!

          Wassalam
          Ikhwanukum fillah

          Muhasrul

          -----Original Message-----
          From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
Behalf
        Of
          Rahima
          Sent: Friday, March 17, 2006 5:46 PM
          To: keluarga-islam@yahoogroups.com
          Cc: [EMAIL PROTECTED]
          Subject: [surau] Hadits dhaif atau maudhu' ? Takutlah akan api
      neraka.

          Astagfirullahaladziim, sudah sampai sebeginikan pemikiran orang
yang
          memakai akalnya semata.
          Sampa-sampaipun sudah jelas itu bukan hadist dari Rasulullah,
masih
          dikatakan : " Bisa jadi Rasulullah mengatakannya? "
          Naudzubillahimindzalik, kedustaan semacam apalagi yang diperbuat
      orang
          yang memakai akal semata?

          Apakah yang dikatakan hadist, apa itu Atsar?

          Hadist adalah : " Apa-apa yang disandarkan kepada nabi Muhammad
          Shallallahu'alaihiwasalam baik perkataan, perbuatan atau
      ketetapannya,
          defenisi ini hampir sama dengan sunnah".Sementara Atsar adalah
      apa-apa
          yang disandarkan kepada para sabahat atau Tabi'in, baik perbuatan
          ataupun perkataan, ketetapan mereka.

          Kalau bukan berasal dari Rasulullah, atau para sahabat, janganlah
      kita
          mencoba-coba membuat kedutaan pada mereka, ancamannya adalah
neraka
          jahannam.

          Suatu hal yang cukup lucu, bila sudah jelas para ulama mengatakan
      itu
          hadist maudhu'(palsu), masih juga kita mengatakan " mana tahu
        Rasulullah
          ada mengatakannya".

          Wah..statement ini bisa jadi semua perkataan yang baik, meski
      menurut
          Alquran maknanya benar, kita akan katakan " Mana tahu Rasulullah
ada
          mengatakannya" bisa berbahaya. Inilah yang dimaksudkan oleh
      Rasulullah
          sebagai " Barang siapa yang dengan sengaja melakukan kedustaan
      padaku,
          maka hendaklah ia menempati tempatnya didalam neraka".

          Akal semata yang jalan, memang bisa berbahaya. Tetapi nash lebih
          diutamakan ketimbang akal, akal dipergunakan untuk menguatkan nash
        yang
          ada. Kalau pakai akal-akalan semua perkataan yang maknanya benar
        menurut
          AlQuarn bisa saja orang mengatakan : Mana tahu Rasulullah ada
bilang
          begitu..? "
          Naudzubillahimindzalik.

          Wassalamu'alaikum. Rahima.

          --- Huttaqi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

          > Ketika seseorang mendasarkan hadits kepada sanad, maka di
sinilah
          > muncul kenisbian...masih memunculkan sebuah resiko, yakni
tentang
          > ketidak tahuan dan keterbatasan pengetahuan atau informasi dari
          > penyusun riwayat-riwayatnya.
          >
          > Bagaimana hal ini bisa terjadi ?
          > Sudah sama2 kita pahami, sejak kapankah pengkodifikasian hadits
          > dilakukan?
          > dan bagaimanakah mereka menelusuri secara sanad?
          >
          > Ketika masa Abu Bakar pengkodifikasian hadits belum dilakukan,
      zaman
          > Umar juga belum, jaman Utsman juga belum, zaman ali juga belum,
      dan
          > baru di abad ke 2 hijriah mulai dilakukan pengkodifikasian
          > hadits...maka bisa kita maklumi bahwa resiko distorsi dan
minimnya
          > informasi tentang periwayat ini menyebabkan timbulnya kenisbian
        sebuah

          > kriteria keshohihan hadits kalau itu hanya berdasarkan dari sisi
          > periwayat.
          >
          > Begitu banyak perbedaan pendapat di kalangan ahli hadits, ketika
        satu
          > periwayat di anggap dhabit sementara menurut ahli hadits yang
lain
          > periwayat itu dianggap lemah. Ketika menurut salah satu ahli
      hadits
          > periwayat itu termasuk tsiqot dan untuk periwayat yang sama
      dianggap
          > meragukan.
          >
          > Sebab itulah kemudian dilakukan pengecekan juga dari sisi
        matannya...
          >
          > secara umum, ahli-ahli hadits yang ada, atau yang sekarang baru
          > mempelajari hadits, maka akan menganggap bahwa jikalau dari sisi
        sanad

          > tidak jelas asal usulnya meski dari sisi matan sesuai dengan al
        Quran,

          > maka pastilah dikategorikan hadits tersebut adalah
      maudhu..palsu...
          > dan itu dianggap sebagai sebuah kebenaran mutlak.
          > Maka muncullah statemen "itu pasti hadits maudhu atau hadits
      palsu"
          >
          > Saya tidak berani mengatakan seperti itu, meskipun dari sisi
sanad
          > tidak jelas asal usulnya...
          > Saya hanya berhati-hati, jangan2 sesuatu yang dianggap maudhu
          > disebabkan karena tidak adanya asal-usul yang jelas, sebenarnya
        adalah

          > karena ketidak tahuan kita dan sebab minimnya informasi yang
kita
          > terima tentang asal-usul sebuah hadits...
          >
          > Sebab itulah, menurut pemahaman saya, bahwa ketika dikitab-kitab
        Imam
          > Ghozali banyak kita temukan hadits-hadits yang "dhoif dan
maudhu"
        atau

          > tidak jelas asal-usulnya, itu adalah semata-mata minimnya
      informasi
          > yang kita ketahui tentang sanad dari sebuah hadits...
          >
          > dan seperti Imam Ghozali atau Tabary atau ulama2 yang lain yang
          > memakai hadits2 "dhoif atau maudhu", mereka lebih mendasarkan
      kepada
          > masalah matan..isi yang tidak bertentangan dengan al Quran.
          >
          > Sehingga sebagai contoh hadits "hubbul wathon minal iman",
secara
          > sanad sebagian menganggap tidak jelas asal-usulnya, dan kemudian
          > mereka berani memastikan bahwa "pastilah Nabi tidak pernah
      bersabda
          > seperti itu", tetapi sebagian ulama memilih melihat bahwa secara
        matan

          > hal tersebut tidak bertentangan dengan al Quran dan kemudian
      hadits
          > tersebut dipakai oleh mereka. Meski secara sanad tidak jelas
asal
          > usulnya, tetapi kemungkinan bahwa bisa jadi itu berasal dari
          > Rosulullah saw tetap ada.
          >
          > ada satu kriteria lagi yang dipakai oleh mereka sebagai ahli
      ruhani,
          > tetapi rasanya itu tidak perlu saya bicarakan di sini..
          >
          > Sebab itulah, meski menurut ilmu hadits yang ada sekarang ini
      bahwa
          > "hubbul wathon minal iman"
          > dianggap "maudhu..
          > Tetapi sebagian ulama memakai statemen itu untuk
menginformasikan
          > bahwa "cinta tanah air itu bagian dari iman"
          >
          > gitu mas anut..
          > dan di sini ini yang mungkin saya berbeda dengan ibu rahima...
          >
          > moga2 menambah wacana
          >
          > salam
          > huttaqi
          __________________________________________________
          Do You Yahoo!?
          Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
          http://mail.yahoo.com

      ----------------------------------------------------------------------
-
                          "Sudahkah anda shalat dan berinfaq hari ini ?

========================================================================
          Info Islam-Minangkabau, kunjungi: http://www.surau.org
          Yahoo! Groups Links

MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQ


----- Original Message -----
From: "Mia" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Monday, May 22, 2006 7:00 PM
Subject: [wanita-muslimah] Re: Pelecehan Islam di IAIN


> Kita-kita yang mbacanya bisa berlaku adil pada diri sendiri maupun
> orang lain, yaitu menanggapinya dengan proporsional.  Pak Ruba sudah
> bilang itu dalam lingkungan akademis, so bisa didebat secara
> akademis juga.  Lagian tema Quran fana-kekal itu kan tema lama
> banget, mestinya kita udah biasa. Ini makananku di madrasah dulu.
> Kok larinya jadi ke JIL?
>
> Trus Pak Ruba pake acara injak-injak segala, mungkin lagi inget
> pelem Dead Poet Society kali...:-), ceritanya jadi guru
> kharismatik...euleh..euleh..
>
> Kalo Hidayatullah sudah mengangkatnya sedemikian rupa hingga jadi
> bias publik, berarti Hidayatullah sudah melakukan tindakan nggak
> adil. Kita nggak akan ikut-ikutan berlaku nggak adil kan?
>
> salam
> Mia
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
> >
> > Perbuatan seperti yang dilakukan pak Ruba itu menyakitkan umat
> Islam pada
> > umumnya. Dan perbuatan ekstrim pak Ruba itu (Liberal Ekstrim?)
> semakin
> > memperuncing perbedaan antara Islam Liberal dan pemahaman umat
> Islam pada
> > umumnya. JIL tidak akan berhasil menyampaikan gagasannya jika para
> > pendukungnya bersikap ekstrim macam pak Ruba itu.
> >
> > Saya harap pak Ruba mendapatkan sanksi akademis agar ia tidak
> mengulangi
> > perbuatannya itu.
> >
> > Salam,





Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




SPONSORED LINKS
Women Different religions beliefs Islam
Muslimah Women in islam


YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to