Memang kita sekarang harus membayar utang yang diwariskan oleh
pendahulu kita di era Suharto. Jadi APBN tidak lagi untuk subsidi
rakyat tapi lebih banyak untuk membayar utang.
Kalau sudah begini siapa harus disalahkan? 


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dodik S <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Menggugat Mafia Berkeley 
> 
> 
> 
>   Barangkali, tak tepat benar. Tapi di kalangan ekonom Indonesia,
kini berkembang sinisme yang mengatakan, ada ribuan --bahkan jutaan--
alasan untuk memvonis sepak terjang ''Mafia Berkeley'' lebih kejam
ketimbang praktik mafioso yang dijalankan Keluarga Corleono dalam
trilogi The Godfather. Ribuan dan jutaan alasan itu adalah nasib
rakyat Indonesia yang sampai saat ini masih berada di bawah garis
kemiskinan gara-gara kebijakan ekonomi yang terlalu memihak pada pasar
bebas dan pro-IMF serta Bank Dunia.
>   Tahun ini, tepat 50 tahun mulai berseminya mazhab liberal yang
dibawa para teknokrat dan ahli ekonomi alumni University of
California, Berkeley, itu. Uniknya, perayaannya tak dilakukan para
penganutnya. Melainkan oleh para 'pengagumnya', yakni mereka yang
justru kerap mengkritisi kebijakan-kebijakan Mafia Berkeley itu. 
>   Menurut para 'pengagum' Mafia Berkeley tersebut, 50 tahun
keberadaan mereka di Indonesia hanya menyumbangkan satu hal. Yakni,
kegagalan Indonesia menjadi negara yang sejahtera dan besar di Asia
Tenggara. ''Kita semakin ketinggalan dari segi pendapatan per kapita,
distribusi pendapatan paling timpang, stok utang paling besar, dan
landasan struktural dan industri yang paling rapuh,'' ujar mantan
menko perekonomian, Rizal Ramli, dalam Seminar Nasional 50 Tahun Mafia
Berkeley VS Alternatif Sistem Perekonomian Indonesia, Senin (5/6). 
>   Menurut Rizal, nyaris tidak ada kasus sejenis di dunia, di mana
sekelompok ekonom berkuasa selama hampir 40 tahun -- sejak pertengahan
1950-an hingga sekarang. Para ekonom tersebut, seakan turun-temurun
melanggengkan arah, strategi, dan kebijakan ekonomi nasional. 
>   Peran Ford Foundation
> Kelahiran istilah Mafia Berkeley dibidani oleh Ford Foundation dan
Rockefeller Foundation. Pada dekade 1950-1960 keduanya membidik para
mahasiswa cerdas Indonesia untuk disekolahkan ke University of
California, Berkeley. Kepentingan AS sangat jelas, mengganjal laju
komunisme dan paham ekonominya di Indonesia.
>   Dari sana, lahirlah Prof Sumitro Djojohadikusumo, yang kerap
dijuluki ''begawan ekonomi Indonesia.'' Generasi berikutnya diperankan
oleh Prof Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Emil Salim, dan JB
Sumarlin. Kini, mazhab itu --sengaja atau tidak-- terwariskan kepada
figur-figur yang pernah dan sedang berada di pusat kekuasaan, seperti
Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Jusuf Anwar, Boediono, Sri Mulyani, atau
bahkan ekonom muda yang tidak sekolah di Berkeley, semaca Chatib Basri
dari LPEM UI. 
>   Rizal menilai, kebijakan yang mereka ambil secara prinsip satu
jalur dengan kebijakan ekonomi generik ala IMF dan Bank Dunia. Di mana
untuk tiap masalah ekonomi di negara-negara berkembang atau belum
berkembang, hanya ada satu jawaban, liberalisasi di segala bidang.
Jauhkan tangan pemerintah terhadap kinerja ekonomi, biarkan invisible
hands dari Adam Smith yang mengatur pasar. 
>   Garis kebijakan para ekonom Berkeley dikenal dengan sebutan
''Washington Konsensus'' -- yaitu kebijakan anggaran yang ketat dan
penghapusan subsidi, liberalisasi keuangan, liberalisasi industri dan
perdagangan, serta privatisasi aset-aset pemerintah yang strategis.
>   ''Sekilas program Washington Konsensus ini sangat wajar dan
netral, namun di baliknya tersembunyi kepentingan negara-negara maju
yang merupakan kreditor utama utang luar negeri Indonesia,'' jelas
Rizal, yang memang amat anti-IMF. 
>   Kebijakan anggaran yang ketat dan penghapusan subsidi kesehatan,
pendidikan, perumahan, dan UKM berujung pada tersedianya anggaran
untuk membayar cicilan utang yang sampai Maret lalu masih mencapai
131,8 miliar dolar AS. 
>   Liberalisasi keuangan pada akhirnya juga untuk mempermudah
integrasi pasar keuangan nasional sehingga dapat digonjang-ganjingkan
oleh para spekulan internasional. Demikian halnya liberalisasi
perdagangan dan perindustrian yang justru tidak digubris oleh negara
besar dengan kebijakan proteksinya.
>   Asing yang untung 
> Bagi mantan kepala Bappenas, Kwik Kian Gie, sepak terjang Mafia
Bekeley bisa terlihat dari keputusan pemerintah terhadap investor
asing di perusahaan minyak. ''Kita punya sangat banyak insinyur
pertambangan lulusan luar negeri tapi 92 persen hasil minyak kita
justru dieksploitasi oleh perusahaan asing. Pertamina hanya kebagian
delapan persen,'' kata Kwik.
>   Demikian pula dalam kasus Blok Cepu. ''Baihaki Hakim dan Widya
Purnama dinilai terlampau nasionalis karena merekomendasikan Pertamina
untuk mengeksploitasi Blok Cepu, jadi mereka harus dikorbankan,''
tandas Kwik. Kwik lalu bercerita, ia pernah bertemu dengan orang
Indonesia yang membantu John Perkins menelikung Pemerintah Indonesia.
Orang itu menyesal setengah mati. ''Dia merasa dikhianati
habis-habisan oleh Perkins,'' tutur Kwik. 
>   Sekadar mengingatkan, pada 2004 Perkins sempat buat geger karena
bukunya yang berjudul The Confessions of an Economic Hitman. Dalam
buku itu Perkins membuat pertobatan, karena membantu upaya mengelabuhi
pemerintah di negara-negara sedang berkembang -- termasuk Indonesia --
dengan menyodorkan proyek-proyek raksasa yang ujung-ujungnya membuat
ketergantungan negara dunia ketiga pada raksasa-raksasa Barat. Lalu,
apa komentar para penganut mazhab Berkeley terhadap sinisme para
penentangnya tadi. Jawaban Menkeu Sri Mulyani saat raker dengan Komisi
XI beberapa waktu lalu barangkali bisa mewakili. 
>   ''Saya tetap bekerja untuk Indonesia, bukan untuk IMF. Jangan
mentang-mentang saya sekolah di luar (negeri) lalu dijuluki Mafia
Berkeley, maka saya dianggap tidak punya nasionalisme,'' sergah Sri
Mulyani. Tapi, fakta yang terjadi saat ini tentu lebih jernih menilai.
Yakni, pertumbuhan ekonomi yang lambat, tumpukan utang luar negeri
yang terus menggunung, sektor riil ogah bergerak, pengagguran
meningkat, serta pemerataan pembangunan yang masih sebatas mimpi. 
> 
>  __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
> http://mail.yahoo.com 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Everything you need is one click away.  Make Yahoo! your home page now.
http://us.click.yahoo.com/AHchtC/4FxNAA/yQLSAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. 
Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas 
nama RETNO WULANDARI. 

Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa.

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to