--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sato Sakaki 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> -- Yesus juga menegaskan, 'Tidak ada seorangpun yang
> datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.' (Yohanes
> 14:6).

Katanya Sasaki: Yesus itu Nabi sekaligus Tuhan. 

Lina:
Kapan dia jadi nabi kapan dia jadi Tuhan, suka-suka. Waktu dia 
bersedih dan berdoa kepada Tuhan, itu lagi jadi manusia/nabi.

Katanya Yohanes diatas, kalau tidak melalui Yesus gak ada yang bisa 
datang ke Bapa. Itu artinya ada dua oknum: ada Yesus dan ada Bapa.  
Jadi, pada saat bersamaan Yesus lagi jadi nabi/manusia juga jadi 
Bapa???? Kalimat Yohannes diatas itu menunjukkan bahwa Yesus itu 
terbatas keberadaannya. Jadi bukan Tuhan, karena Tuhan tidak 
berbatas keberadaanNya (Tak terbatas ruang dan waktu), sesuai spt yg 
dijelaskan Pdt. Ioanes.

Mbaca ini aja deh:

-----Original Message-----
From: media-dakwah@yahoogroups.com
Assalamua'alaikum
Nice to Read.....
Good article to share with all of U.

Burung Besi

Setelah Papa lulus dari sekolah penerbangan Perancis, beliau menikah
dengan mamaku. Papa seorang kulit hitam, namanya Charles Jacquet, 
mamaku seorang kulit putih, namanya Isabell Louvrett. Keluargaku 
cukup demokratis, oleh karena itu, bagi Papa, pernikahan tidak 
memandang perbedaan kulit. Cara berpikir itu pula yang mendorong 
Papa untuk pindah ke Amerika.mBaginya dunia itu luas, di manapun 
kita berada, asal mau berusaha, pasti kita menjadi seseorang. Oleh 
karena itu kami pindah ke Portland. 

Papa ditawari menjadi penerbang di suatu perusahaan. Di sana beliau 
menjadi Pilot pesawat Air Bus dan menerbangkan pesawat ke banyak 
wilayah di Amerika. Papa mempunyai sebuah cita-cita. Ada sebuah 
pesawat yang sangat dicintainya. Kecepatannnya luar biasa, mach2, 
selain itu bodinya sempurna. Pesawat kebanggaan Amerika ini menjadi 
cita-cita papaku. Namanya F-16. "Voir ma dear, lihat sayang," Ujar 
Papa suatu kali di pangkalan pesawat terbang, tempatnya bekerja. 
Beliau menunjuk ke sebuah pesawat indah.Itulah F-16. "Suatu hari, 
Papa akan menaikinya, begitu pula dengan Mama dan kamu ma 
pouppette." Saat itulah aku tahu, betapa tingginya cita-cita Papa. 
Beliau bukan berasal sekolah militer, dan bukan warga negara asli 
Amerika. Hampir tidak mungkin baginya untuk menjadi anggota AU 
Amerika. Tapi cita-cita itu tetap dipegangnya dengan teguh dalam 
hati. Ya, cita-cita indah tentang menaiki burung besi yang bagaikan 
seekor rajawali.Tujuh tahun telah berlalu sejak kepindahan kami. 
Usiaku sudah 12 tahun.Papa kini menjadi salah satu pegawai yang 
disegani di perusahaannya. Mama juga meneruskan kuliahnya, dia 
mengambil jurusan sastra Perancis. Jelas terlihat pada dirinya, 
betapa ia masih mencintai Perancis. Di rumah pun, bahasa
Inggris masih terbatas pemakaiannya. Hampir sepanjang hari mama
berbicara dengan bahasa Perancis. Terkadang kalau kami bepergian 
dengan taksi, mama suka tiba-tiba berkata, "Conduisez-moi a...ups, I 
mean, take me to..." Kalau sudah begitu, papa dan aku hanya bisa 
tertawa kecil.

Teman-temanku di sekolah pun cukup heran dengan keberagaman 
keluargaku. Apalagi kalau ada pertemuan orangtua murid di sekolah. 
Guru-guruku selalu memanggil nama mamaku bekali-kali, padahal beliau 
sudah ada di hadapan mereka. Maklum, kulitku hitam seperti Papa, 
walaupun mataku biru seperti mama. Tapi ini semua membuatku bangga. 
Tidak semua anak beruntung sepertiku. Ya, kan?

Segala sesuatunya berjalan normal, Papa bekerja, Mama kuliah, dan aku
sekolah. Tapi suatu hari, sesuatu yang benar-benar merubah kami
sekeluarga. " Jai faim, Mama. Saya lapar, Mama," ujarku kepada Mama
ketika tiba-tiba Papa masuk tanpa mengetuk pintu dahulu. Karena Papa
baru pulang setelah seminggu penuh bekerja, aku segera berlari
menujunya, biasanya, Papa akan langsung menggendongku sambil 
mengajakku bercanda. Tapi hari itu, dia hanya mengelus kepalaku, 
sambil tersenyum, dalam sekali. Lalu, tanpa basa-basi, Papa memeluk 
Mama, dan mulai menangis, pelan. Saat itu, pertama kalinya aku 
melihat laki-laki yang paling kubanggakan menangis seperti itu. Saat 
itu, aku hanya memandangi, dan tidak tahu apa yang terjadi .Ketika 
melihatku,Mama segera berkata, "Aller pour tranguille, dear, I'll 
bring your dinner, in a few minutes, okay?" ujar Mama lembut. Aku 
lalu naik ke atas dengan perasaan bingung. Selama 3 jam Mama dan 
Papa ngobrol di bawah, sepertinya menggunakan bahasa Perancis 
yang "complicated" sekali. Perutku yang lapar tidak terasa lagi, aku 
hanya ingin tahu, ada apa di bawah sana.

Esok paginya aku terbangun. Rupanya semalam aku ketiduran. Cepat-
cepat aku turun ke bawah. Hari ini hari Sabtu, sekolah libur. Begitu 
sampai di bawah,sudah ada Papa dan Mama menunggu di meja makan. 
Wajah mereka cerah sekali, bahkan jauh lebih tenang dari biasanya. 
Seperti ada jiwa baru di mata mereka yang membuat segala sesuatunya 
lebih baik. "Bonjour, ma pouppete," Ujar Papa sambil menenggak kopi 
hangatnya. "How's your sleep dear? Waktu mama ke kamarku semalam, 
kamu sudah tertidur.Jadi, pagi ini ada masakan istimewa, omelet 
kesukaanmu." Keduanya tampak berseri. Tapi kebingunganku, belum juga 
reda. Papa melihat itu, lalu menyuruhku duduk di dekatnya.
"Siapa Tuhanmu, Anna?" Pertanyaan Papa yang aneh dan tidak biasa itu
mengejutkanku. Papa belum pernah bertanya seperti itu, bahkan
menyinggung-nyinggung hal itu pun jarang. Iya, kami merayakan natal
setiap tahun, seperti orang lain. Setiap Paskah selalu ada ayam 
kalkun di meja makan. Terkadang kami ke gereja, di rumahku juga ada 
Bible. Tapi mempelajarinya? Membukanya pun, hanya pada saat-saat 
khusus itu. Papa, atau Mama, yang memang sangat demokratis, benar-
benar tidak peduli tentang itu. Aku pun tidak, selama kami bahagia, 
itu sudah cukup. Tapi kujawab juga pertanyaan papa, sepanjang 
pengetahuanku. "Yesus, Papa," Jawabku. "Lalu bagaimana dengan Tuhan 
Bapa?" Pertanyaan Papa benar-benar membingungkanku."D-Dia juga, 
Papa," jawabku ragu. "Lalu, Roh Kudus?" Hatiku gelisah, apa maksudmu 
Papa? "Iya! Dia juga Tuhan!" "Lalu, ada berapa Tuhan kalau begitu?" 
Aku teringat kata pastur yang masih membingungkanku sampai 
sekarang."Semuanya satu Papa, hanya satu!" "Kamu yakin Anna? Apa 
tiga sama dengan satu?" Aku terdiam. Aku gelisah dan heran, apa 
maksud papa bertanya seperti ini. Lalu Papa merubah pertanyaannya.
"Menurutmu, kalau ada, misalnya, dua yang sempurna, diberi kesempatan
untuk menguasai dunia, apa yang mereka lakukan?" Tanya Papa.
"Bi-bisa saja mereka berebut atau bekerja sama, Papa," jawabku.
"Misalnya mereka bekerja sama, dan yang satu tidak setuju dengan yang
lainnya apa yang bakal terjadi?" "Me-mereka akan bertengkar Papa."
"Tepat, my little, pouppete, satu lagi kalaupun mereka bekerja sama
bukanlah pola pikir mereka sama, sehingga dalam menciptakan 
sesuatupun sama. Apakah perlu dua orang kalau begitu?" tanya Papa.
"Tidak Papa, satupun cukup." Papa lalu tersenyum mendengar ucapanku.
"Kalau begitu, apa perlu Tuhan yang banyak?" Aku terdiam. Jauh di 
dalam hatiku seperti ada sinar terang. Ya, aku memang baru berumur 
dua belas tahun, tapi perasaan itu benar-benar terasa di dalam 
hatiku. "Tidak Papa, cukup satu," jawabku mantap. Tiba-tiba air mata 
Papa tumpah,Mama juga. Dengan suara bergetar, Papa 
bertanya."Terakhir dear, apa kamu percaya Tuhan?" Saat itu, bagaikan 
sekelilingku benar-benar sunyi senyap. Aku teringat betapa indah 
semua pertanyaan yang pernah kualami. Melihat bintang-bintang di 
planetarium, alam Perancis yang luar biasa, bukan hanya itu, segala 
sesuatu yang pernah kulihat selama ini Pasti ada yang membuat. Di 
pelajaran Biologi di sekolah, benda hidup tidak mungkin berasal dari 
benda mati. Kalau begitu, pasti segala sesuatu ini ada yang 
meciptakan, dan itu adalah...

"Ya, Papa. I believe in God." Kedua orang tuaku tesenyum. Damai
sekali.Tanpa sadar aku menitikan air mata, seperti aku baru terbangun
dari mimpi panjang , dan pertama kali melihat cahaya. Rupanya ini 
yang membuat Papa menangis. Kembalinya keyakinan dalam dirinya. Ya, 
Papa telah menemukan Tuhannya. Dan kini aku ingin mengetahuinya.
"Allah, Tuhan kita, Anna." Perlahan Papa mulai bercerita," Papa
menemukan Dia saat mendengar seorang teman Papa, muslim yang membaca
kitabnya dengan bahasa yang asing sekali bagi Papa. Tapi hati Papa
bergetar, walau tidak tahu artinya, hati Papa benar-benar tergetar. 
Saat Papa menanyakan artinya, teman Papa menjawab, 'Sesungguhnya 
bumi Allah itu luas, dan rezeki Allah berlimpah di mana-mana'. Papa 
kaget. Itu prinsip hidup Papa selama ini! Papa tidak menyangka, 
prinsip hidup Papa yang selama ini banyak ditentang, ada di suatu 
kitab. Apa itu kebenaran?

Lalu papa meminta teman Papa membacakannya ayat-ayat lain, dan hati 
Papa seperti disiram air sejuk." "Anna, Mama pun merasakan itu. Tadi 
malam Papamu menceritakan semuanya. Inilah yang Mama belum dapatkan 
selama ini. Islam! Menyembah Tuhan yang satu! Inilah jalan hidup 
yang Mama dan Papa cari. Bertahun-tahun, ya kau tahu sendiri Anna, 
hidup bahagia, tapi hati penuh kegelisahan. Dan kini, hanya dengan 
sepotong ayat saja, Papa dan Mama merasakan hidup yang sebenarnya. 
Anna, kau masih kecil, kami tidak memaksamu, tapi apa kau merasakan 
sesuatu? Coba rasakan di dasar hatimu, my little pouppete."
Aku tidak bisa berkata, tapi kepalaku kuanggukan. Dengan penuh
keyakinan. Ya, aku masih kecil, tapi aku sudah merasakannya, getaran
itu benar-benar menggema ke seluruh tubuhku.

Pagi itu, sarapan kami terasa penuh makna. Seperti ruang-ruang 
kosong di relung hati, terisi sedikit demi sedikit. Bahkan sinar 
matahari pun terasa lebih jauh-lebih rendah.
***
Hari itu juga, kami ke rumah teman Papa, Mr.Ahmad Brown, dia sudah 
masuk Islam selama lima tahun. Dia Angkatan Udara Amerika Serikat 
yang sedang cuti. Papa bilang, di AU, perkembangan Islam sangat 
pesat. Terutama dari golongan orang kulit hitam.

Papa memiliki banyak kenalan dari AU, karena-seperti yang kalian
tahu-kecintaannya pada pesawat F-16. Rupanya Papa mencuri-curi tahu 
ke mana saja pesawat itu berdinas, bagaimana onderdilnya, dan banyak 
lagi. Kami bertiga diajak oleh teman Papa ke sebuah masjid sederhana
diPortland. Tempat ini merupakan salah satu tempat syiar Islam yang
masih jarang ditemukan di Portland. Kami bertiga masuk ke dalam dan
melihat beberapa orang sedang sujud, membaca kitab, atau bergumam-
gumam. Wajah mereka tenang sekali. Beberapa adalah orang Amerika 
asli, atau juga berkulit hitam seperti Papa. Tapi yang paling banyak 
adalah orang Asia. Teman Papa lalu mengajak kami bertemu pemimpin 
agama, pastur kalau di Kristen. Lalu secara sederhana, saat Papa 
minta diislamkan, dengan mata yang berkaca-kaca, dia menyuruh kami 
mengikuti perkataannya, "Asyhadu anla ilaha illallah, wa asyhadu 
anna Muhammad Rasulullah, I witness that there is no God except 
Allah, and I witness that Muhammad is his messenger." Singkat, tanpa 
perlu ritual berlebihan. Beliau lalu memberikan kami masing-masing 
sebuah kitab. "This is Koran. Bacalah, pelajari. Tidak usah terlalu 
di buru. Ini juga sebuah kitab fiqih untuk mempelajari Islam, banyak 
buku yang bisa kalian pinjam dan pelajari, dan kami semua siap 
membantu. Apa saja. Bersabarlah, remember, Actually God is with whom 
is patient."
***
Kami sekeluarga perlahan-lahan mulai mempelajari Islam. Setiap habis
Maghrib, selama satu jam sampai waktu Isya' kami belajar membaca
Al-Qur'an. Kalau Papa pergi tugas, istri Mr. Ahmad yang membantu. 
Islam perlahan-lahan mulai menjadi tiang penyangga hidup kami.
***
Namun, tidak semuanya berjalan mulus. Terutama bagi Mama. Beliau 
mulai memakai kerudung. Dan pakaiannya, benar-benar mencerminkan 
muslimah. Tapi, teman-teman di kampusnya mulai menjauhinya. Hanya 
beberapa yang, yang benar-benar demokratis mau berteman dengannya. 
Untunglah, teman-teman muslimah bertambah banyak. Sehingga Mama 
tidak merasa sendiri. Tapi ada satu hal yang terberat. Saat Mama 
menceritakan keislamannya kepada orangtuanya, Grandma terutama, 
marah besar. Saat mama berbicara ditelepon, air matanya tumpah. Lalu 
tiba-tiba ia diam, kemudian memanggil-manggil, "Mama, oh Mama, 
mama." Teleponnya diputuskan. Mama hanya bisa bersandar didada Papa 
sambil menangis. Papa terus berkata, "Actually God is with whom is 
patient, Ma Cherie. He is. He is.

Di sekolah, teman-temanku tetap bersikap baik. Bahkan mereka suka
bertanya yang aneh-aneh. Seperti, "Dalam Islam, ada Santa Klausnya,
nggak?" atau "Wah, asik dong. Kamu ngak usah ke gereja lagi tiap
minggu." Dan banyak komentar lagi komentar lain. Sekolahku memang 
multi etnik, dan sangat liberal. Selama tidak mengganggu mereka, 
semua akan seperti biasa saja. Walaupun ada juga orangtua atau guru 
yang sinis, hal itu tidak kupedulikan. Mereka saja yang berpikir 
terlalu sempit.
***
Setahun berlalu, tiba-tiba di negara bagian ini muncul desas-desus
mengerikan. Kabarnya orang-orang kulit hitam banyak yang tiba-tiba
menghilang. Banyak yang mengatakan bahwa mereka menjadi korban
penculikan sekte-sekte fanatik ras kulit putih. Polisi, FBI, sudah
diturunkan ke berbagai kota, tapi hasilnya secara konkret belum juga
muncul. Papa sangat khawatir. "Isabell, aku akan cuti. Atasanku
memaklumi. Lagipula aku belum mengambil cutiku yang sebulan. Dan 
kini, tugasku untuk menjaga kalian. Setidak-tidaknya sampai keadaan 
mereda. Oke? J'etaime I don't want to lose you." Situasi benar-benar 
gawat. Sudah beberapa mayat yang hilang yang ditemukan,dengan 
kondisi memilukan. Para maniak itu bahkan selalu meninggalkan pesan 
mengerikan, bahwa tidak jarang jorok, 'Die you
Negros!, atau 'Pig's skin ever better than your!" dan banyak lagi.
Perlindungan bagi kaum kulit hitam dari Harlem. Kemarin, mayat 
seorang pastur kulit hitam ditemukan. Aku khawatir dengan Papa.
" Don't worry ma pouppete. Allah with us. Kita harus berani, dan 
selalu waspada. Okay?" 

Sampai hari itu. Hari dimana semua kebahagiaanku direnggut. Papa 
sedang berkendara dari kota. Kami sedang dalam pejalanan pulang. 
Karena ada pemblokiran jalan, kami terpaksa lewat jalan kecil.
Malam itu sepi sekali.Tiba-tiba di tengah jalan, tedengar bunyi
tembakan. Papa cepat-cepat mengerem. Ternyata ban kami pecah. Lalu,
muncul orang-orang bertudung putih, berjalan mendekat sambil membawa
obor dan senjata. Pakaian mereka putih, dengan lambang salib 
terbalik. Aku ketakutan, Mama juga, tapi Papa memegang tangan kami 
sambil terus berkata, "Ingat, apapun yang terjadi, Allah selalu 
bersama kita, Macherie."

Mereka menyuruh kami turun dari mobil. Kalau tidak, mereka mengancam
kepala kami akan ditembak. Papa menurut. Lalu kami digiring ke dalam
hutan, perjalanannya cukup jauh, aku ingin menangis, tapi aku 
percaya, aku harus kuat. Kami tiba di sebuah lapangan luas. Di sana 
ada lebih banyak lagi orang-orang bertudung putih. Mereka beteriak 
kasar, bersorak-sorai, sambil membakar kayu-kayu. Pandanganku lalu 
tertuju ke sebuah penjara kayu. Panjang, dan didalamnya,banyak orang 
kulit hitam! Kami didorong ke sana. Tiba-tiba Mamaku ditarik 
lengannya."Lepaskan istriku!" Papa coba berontak. Mama berusaha 
untuk lepas, tapi sia-sia. Orang tiba-tiba berkata.
"Wanita ini seorang kulit putih. Tapi lihat! Keluarganya Negro, cih,
menjijikan! Tubuhnya sudah ternoda oleh si hitam itu! Negro hina! 
Dan, apa ini?" Ujarnya sambil menarik kerudung Mama, "Ini benda yang 
dipakai wanita-wanita Islam itu. Cih! Ini lebih hina lagi. Tidak ada
pantas-pantasnya, bahkan untuk di muka bumi ini! Mau apakan dia?"
Ujarnya sambil berteriak keras. "Bakar! Bakar! Bakar!" orang-orang 
itu mulai menjadi liar. Lalu orang tadi berkata lagi, "Semua ingin 
kau bakar. Tapi demi ras kulit putih kita, kuberi kau kesempatan. 
Tinggalkan keluargamu, juga Islammu. Kau akan kami bebaskan, 
setuju?" Papa tiba-tiba berteriak "Isabell! Lakukan! Lebih baik 
seorang dari kita selamat! Lakukan! Lakukan!" Tepat setelah itu. 
Kulihat mata biru mama dengan penuh keyakinan menatap tajam kepada 
orang itu, lalu berkata. "Aku tidak akan melepaskan agamaku walaupun 
kulitku lepas dari dagingnya. Dan aku tidak akan meninggalkan 
keluargaku, walau nyawa taruhannya!" Orang itu gemetar, lalu 
memerintahkan orang-orangnya untuk mengurung mamaku juga.

Kami dilempar ke dalam, bersama orang-orang kulit hitam lainnya. 
Tubuh mereka kurus sekali, badannya penuh luka. Banyak juga wanita 
dan anak-anak seusiaku. Beberapa tampak berasal dari keluarga 
miskin, tapi ada juga yang berada sepertiku. Seorang laki-laki tiba-
tiba berbicara kepadaku. "Hari ini mereka akan membunuh lima orang 
dari kita." Lalu anak lain menyahut. "Lalu, mayatnya dibawa entah 
kemana...seperti ayahku," gadis kecil itu menerangkan, lalu 
menangis. Mamaku lalu memeluknya dan bertanya. "Tidak adakah yang 
bisa kita lakukan?" Tiba-tiba seorang berbisik kepada Papa. Papa 
mengangguk, sebentar wajahnya tenang, lalu pucat sekejap dan tenang 
kembali. Ada apa, Papa? Papa mendekat kepadaku dan Mama, lalu 
berkata pelan. "Mereka telah mematahkan sala satu dari kayunya. Akan 
cukup bagi anak-anak dan wanita untuk keluar. Anna, kamu
seorang pandu di sekolah, bawa mereka ke tempat pemblokiran polisi 
tadi, Isabell, kau jaga para wanita dan anak-anak ini. Okay?" belum 
sempat aku membantah, Mama cepat-cepat memotong sambil memegang 
kedua tangan Papa. "Charles, bagaimana denganmu?
Bagaimana kau keluar? A-aku tidak mau pergi sendiri!" Air mata mama
mulai tumpah, Papa memandangku dengan sangat dalam.Lalu Mama jatuh ke
pelukan Papa, menangis sambil mengucap nama Allah. Aku menyelinap 
masuk di antara mereka, dan ikut menangis.
***
"Ayo saatnya sudah tiba. Anna, bawa anak-anak keluar, juga para 
wanita. Depechez vous! Cepatlah! Mumpung mereka sedang tertidur, 
Papa dan lainnya akan menahan mereka dari sini! Cepat lari!" Setelah 
semuanya keluar, aku kembali ke Papa. Tidak, tidak mungkin aku 
meninggalkan Papa. Tepat saat semuanya berjalan sempurna, tepat saat 
kami menemukan kehidupan di jalan yang lurus. Aku tidak rela, Papaku 
yang kucinta. Sang Pilot yang kukagumi. Ma Papa. "Ayolah Anna. Yang 
lain membutuhkanmu." "Tapi Papa, kenapa harus begini? Tidak Papa! 
Tidak!" "Chest-la-vie. Kamu harus tabah, ma pouppet. Kalau Papa 
memang harus pergi bukankah Papa akan pegi ke tempat yang lebih 
baik? Ke sisi Allah. Prier to Dieau. Kita akan bertemu lagi, Okay?" 
Papa lalu mencium keningku, lama, sampai kurasakan air matanya 
mengalir di keningku. "Come on, Anna dear," Mama memanggilku. Dia 
Lalu mematap lekat kepadaku Papa." A toute a I'huere. I'll be 
missing you," Lama sekali keduanya bertatapan, lalu dengan lembut 
Papa mencium kening Mama. Dan berkata berkali-kali. "J'etaime 
macherie. J'etaime. J'etaime Isabell, J'etaime Anna.
J'etaime..." Lalu perlahan dilepaskannya pegangannya," Allez vous-en!
Lari sejauh mungkin. Ingat pesan Papa, jaga Mamamu!"
"Soyez tranguille I will Papa, I will." Perlahan aku keluar, Mama
memegangiku. Tiba-tiba salah seorang dari mereka melihat kami. Kami
bergegas. "Noubliez pas, Anna, 'Asyhaduanla ilaha....."
"Illallah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah..." Aku dan Mama
membalas,lalu kami pergi. Para penjahat itu mulai berkumpul. "Ingat
cita-cita Papa, pouppete, F-16 burung besi kecintaan Papa. Wujudkan
cita-cita Papa, Noubliez pas! J'etaime, J'etaime Isabell, J'etaime
Anna!" "J'etaime Papa! J'etaime" "J'etaime Charles! J'etaime Mama 
dan aku lalu pergi berlari. Aku memimpin mengikuti arah bintang, 
semak-semak belukar yang melukai kakiku, tidak kuingat lagi. 
Pardoner Papa! Aku tidak ingat lagi ketika tiba di tempat 
pemblokiran polisi bagaimana kami menjelaskan kejadiannya, lalu 
masuk ke hutan dengan polisi. Aku tidak ingat bagaimana para biadab 
itu terkepung. 

Aku bermimpi, di suatu tempat, putih, dan halus. Papa!
"Wonderful ma pouppete. Kau berhasil. Sekarang jaga mamamu. Papa 
akan ke tempat yang akan berkumpul bersama lagi. N'oubliez pas! God 
is with whom is patient! Wujudkan cita-cita Papa. Goodbye ma 
pouppete! Lalu sosok Papa menghilang, pandanganku berputar, lalu aku 
terbangun. Wajah yang saat itu aku lihat, Mama!
"Oh, Anna. Anna, be patient. Papa is gone. He's with Lord Now." Mama
lalu memelukku erat. "Kami berterima kasih," tiba-tiba seorang 
berkulit hitam berbicara. Wajahnya sedih sekali," Papamu telah 
menyelamatkan hidupku. Dia melindungiku dari tembakan biadab-biadab 
itu. Papamu tidak menderita, dia pergi dengan senyum di wajahnya. 
Dia teus mengucap 'Allah...Allah', dan dia sempat meninggalkan pesan 
untukmu," Anna, ma pouppete, jaga mamamu. Ingat cita-cita Papa.
Preir to Dioer, J'etaime..." aku menangis, Mama juga. Papa kini telah
pergi, tapi ke tempat yang lebih baik. Sampai aku juga kesana. Wait 
for me, Papa. I'll make your dreams come true. J'etamine..
***
Papa mendapat gelar kehormatan dari pemerintah AS. Hidup Mama dan aku
mendapat tunjangan, dan aku mendapat beasiswa. Aku melanjutkan ke
sekolah militer. Mama, dengan tabah, membangun kembali dirinya. 
Beliau mengajar sastra Perancis di universitas-universitas Portland 
dan Seattle. Mama juga aktif mendakwahkan Islam di berbagai tempat. 
Perlahan kami membangun kembali keluarga kami, grandma bahkan 
memaafkan mama dan memutuskan untuk pindah ke Amerika untuk membantu 
Mama. Namun dengan hakus Mama menolak.
Katanya, "I can raise my own child, trust me momm."
***
Mesin pesawat berbunyi halus. Sayap F-16 yang kokoh ini membawaku
terbang ke angkasa. Hari ini, Anna Marie Fatimah Jacquet, penerbang
muslimat pertama, mewujudkan cita-cita Papa. Terus membumbung tinggi 
ke langit yang dicintai Papa. A'toute a I'houre Papa. Sampai kita 
bertemu kembali....( Nur)

Keterangan:
N'oubliez pas: jangan lupa
Soyez tranguille: jangan khawatir
Allez vouz-en: larilah
A'toute I'heure: selamat tinggal
J'etaime aku mencintaimu
Chest la vie: inilah hidup
Aller puor tranguille: pergilah ke kamar
Harlem: tempat perkampungan orang-orang negro

Wassalam








------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Check out the new improvements in Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. 
Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas 
nama RETNO WULANDARI. 

Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa.

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke