Mawar Merah Café Bandar: SUNGAI SEINE DAN KISAH-KISAH LAINYA 16 BERBAGAI RUANG BAGI KEGIATAN SASTRA-SENI DI PARIS [2] Penggunaan jalan-jalan, baik kecil atau pun besar, sebagai panggung pertunjukkan, sangat nampak pada Fête de la Musique [Pesta Musik] nasional yang berlangsung saban 21 Juni saban tahun. Pada saat Pesta Musik ini, tidak satu pojok jalan pun yang tidak dimeriahkan oleh nyanyi dan tari yang berlangsung hingga larut malam. Pada malam 21 Juni ini seluruh Perancis menyanyi dan menari. Adanya Pesta Musik yang diprakarsai oleh Menteri Kebudayaan Pemerintah Mitterrand, Jack Lang, telah sangat mendorong kreativitas musisi negeri ini. Aku membaca prakarsa Jack Lang yang sekarang turut mencalonkan diri sebagai presiden Perancis pada pemilu Mei 2007 nanti, sebagai peranan berpengaruh kalau bukan menentukan prakarsa dari atas. Dari pemegang kekuasaan. Kecuali jalan-jalan, taman-taman yang bertebaran di seluruh Paris, di samping sebagai tempat bermain anak-anak, tempat olahraga, tempat berjemur menikmati matahari, dan belajar bagi para mahasiswa, juga telah digunakan sebagai panggung pergelaran berbagai pertunjukan. Sedangkan dinding taman dimanfaatkan sebagai sarana pameran seperti yang dilakukan oleh Senat Perancis terhadap Taman Luxembourg , Paris VI, di pusat Paris. Senat secara teratur menggunakan dinding taman untuk memamerkan foto-foto dengan tema-tema dan pesan-pesan tertentu. Pamaren foto yang sekarang sedang berlangsung, bertemakan kerusakan laut dan bagaimana manusia telah merusak laut yang mengandung berbagai rupa kekayaan. Pameran kali ini memperlihatkan bagai keserakahan telah merusak kepentingan manusiawi. Pameran berlangsung sebulan lebih. Foto-foto berwarna berukuran 2 X 3 meter ini diambil oleh fotograf-fotograf profesional. Sehingga pesan disampaikan secara artistik. Tidak secara mentah. Saban melihat pameran-pameran terbuka yang berlangsung sampai bulanan ini, aku sekaligus menyaksikan betapa pentingnya politisi berbudaya. Adanya politisi berbudaya memungkinkan adanya budaya politik yang beradab dan lahirnya politik kebudayaan yang tanggap serta aspiratif. Dalam sejarah Perancis, politisi berbudaya begini agaknya mentradisi. Presiden George Pompidou yang melanjutkan Charles de Gaulle, telah menerbitkan sebuah antologi puisi Perancis. André Malraux yang menjadi Menteri Kebudayaan de Gaulle adalah seorang penulis roman [romansier] terkemuka. Presiden Giscard d'Estaing adalah seorang penulis roman dan musisi. Sedangkan François Mitterand adalah seorang budayawan yang diakui sebagai berbahasa Perancis sangat indah. Perdana Menteri Perancis yang sekarang, Dominique de Villepin juga dikenal sebagai seorang esais terkemuka yang banyak membahas puisi. Contoh-contoh begini tentu masih dideretkan lebih panjang lagi, tapi mengatakan hal yang serupa: politisi berbudaya, agaknya menjadi tradisi di negeri ini. Adanya ciri ini, kalau penglihatanku benar, berpengaruh pada pendekatan dalam memecahkan masalah politik dan sosial. Yang digunakan bukanlah pendekatan main "gebuk" sebagaimana yang pernah diucapkan dan dipraktekkan oleh Presiden Soeharto dan kaum militeris. Apakah kebetulan pendekatan Soehartis yang main "gebuk" ini nampak sejalan dengan yang diucapkan oleh Le Pen pimpinan utama partai Front Nasional [FN] yang berkecenderungan neo-nazi? Dalam kampanye pemilunya, Le Pen sering berkata: "Buang kaum imigran ke laut!". Sedangkan barisan pemuda FN dalam kenyataan memang tidak segan menggunakan kekerasan sehingga mengesankan bahwa otoritarianisme, militerisme, fasisme, paternalisme agaknya dekat dengan metode kekerasan dan ketidaktoleransi. Isme-isme begini tercermin dalam bahasa atau yang sering dikatakan sebagai kekerasan verbal. Dalam hubungan ini, maka bagiku sangat menarik apa yang dikatakan oleh François d'Alançon, wartawan Harian La Croix, Paris, ketika mengomentari kekerasan Israel terhadap rakyat Palestina: "Untuk penduduk Palestina, kemenangan bukanlah dalam artian material atau teritorial tapi lebih bersifat moral dan individual. Setiap kemenangan militer Israel oleh dilihat oleh rakyat Palestina sebagai kemenangan mereka dan pengesahan bagi tindakan mereka. Dalam konteks ini maka kematian tidak bisa dipertautkan dengan kekalahan tapi sebaliknya pada kemenangan" [Lihat: Harian La Croix, Paris, 30 Juni 2006]. Pendekatan akhirnya bertalian dengan pandangan. Aku masih tidak bisa memahami apalagi meyakini bahwa pendekatan kekerasan dan main hakim sendiri atau menjadikan diri polisi di suatu negara yang berlabel Republik dan Indonesia, bisa disebut sebagai pendekatan berbudaya manusiawi. KKN yang berporos pada kepentingan diri sendiri pun hanyalah varian dari pendekatan kekerasan juga . Pendekatan jenis begini kemudian menciptakan ketakutan sebagai penjara jiwa. Di penjara inilah jiwa-jiwa dikerdilkan dan mati selagi hidup. Jika menggunakan istilah Alain Finkielkraut, seorang pemikir Perancis kekinian: "La défaite de la pensée" [Kekalahan pikiran]. Kecuali jalan-jalan, pelataran gereja, kuburan, ruang tokobuku, kapal-kapal di sungai Seine, lorong-lorong dan gerbong metro, café dan restoran juga umum dijadikan tempat menyelenggarakan pertunjukkan kesenian dan berbagai acara kebudayaan. Eksistensialisme justru bermula dari diskusi-diskusi di café-café Saint Michel di Latin Quarter [Quartier Latin], di kilometer nol. France Liberté, lembaga Danielle Mitterrand, istri presiden Mitterrand, justru diumumkan lahirnya di Koperasi Restoran Indonesia. Café dan restoran jadinya bukan hanya sekedar tempat makan, tapi tempat saling berkomunikasi dan tukar ide. Barangkali karena itu maka makan dan undangan makan bagi orang Perancis merupakan suatu upacara berfungsi sosial dan ideal. Entertainment [hiburan] melengkapi fungsi-fungsi demikian. Ciri-ciri ini mengingatkan aku akan watak warung di negeri kita. Karena itu sangat menarik yang dikatakan oleh seorang antropolog Yogya, dalam membahas buku "Membela Martabat Diri Dan Indonesia. Koperasi Restoran Indonesia" [Penerbit Ombak, Yogyakarta, Agustus 2005] di Universitas Atmajaya Yogyakarta bahwa Koperasi Restoran Indonesia pada intinya adalah pemindahan ciri warung Indonesia ke Paris. Barangkali yang berbeda bahwa warung Indonesia, tidak atau belum menjadi panggung pementasan kesenian. Rancaknya pementasan di café-café atau restoran, kemudian melahirkan yang disebut café theatre, café filsafat dan lain-lain... Kusebut tempat pementasan kesenian begini sebagai panggung pementasan non formal. Panggung-panggung non formal ini melengkapi panggung-panggung formal seperti Theatre de l'Odeon, Opera, Opera Bastille, Thêatre d'Abbesses, Cigale, Olympia, dan lain-lain yang tersebar di setiap kartir [quarter, quartier] Paris. Petunjuk bahwa sastra-seni merupakan bagian dari kehidupan penduduk Paris. Merupakan keperluan yang dihajatkan benar. Dua puluh kotapraja Paris sangat mendorong dan kongkret membantu pengembangan sastra-seni di daerah masing-masing. *** Paris, Juli 2006. ---------------------- JJ. Kusni Keterangan foto: Rizki, seorang mahasiswa S2 di Paris, juga seorang penari. Ia mendapat tambahan penghasilan dengan menari. Di sini Rizki sedang mengisi acara kebudayaan periodik di Koperasi Restoran Indonesia, 12 rue de Vaugirard, 75006 Paris. [Foto: Jelitheng. Dari Dok. JJK]
--------------------------------- The World Cup Is Now On Your Favorite Front Page - check out www.yahoo.com.sg [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Check out the new improvements in Yahoo! Groups email. http://us.click.yahoo.com/6pRQfA/fOaOAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas nama RETNO WULANDARI. Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa. ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/