BISNIS INDONESIA
Sabtu, 29/07/2006 11:03 WIB

Perempuan-perempuan di bank sentral 
oleh : Nana Oktavia Musliana 

      Sungguh ironis apa yang terjadi di Spanyol dibandingkan dengan Indonesia 
dalam kiprah perempuan di bank sentral. Jika Indonesia memiliki Miranda S. 
Goeltom yang sejak 1997 telah duduk bersanding dengan kaum pria di kursi dewan 
gubernur Bank Indonesia, peluang bagi perempuan untuk bisa menduduki salah satu 
kursi dewan gubernur bank sentral Spanyol selama ini hanya mimpi. 

      Namun, mimpi itu kini menjelma menjadi kenyataan setelah pekan lalu 
Gubernur Bank Sentral Spanyol Miguel Angel Fernandez Ordonez menunjuk Ana 
Sanchez Trujillo duduk di salah satu kursi di dewan gubernur bank tersebut. 

      Trujillo tentunya menjadi wanita pertama yang memenangkan 'pertarungan' 
yang telah berlangsung sekitar seperempat abad di Pamplona untuk meruntuhkan 
dominasi pria di ruang direksi lembaga keuangan atau perusahaan di negara itu. 

      Kemenangan Trujillo itu bukan tanpa dukungan hukum. Pemerintah Spanyol 
pada Juni lalu mengeluarkan rancangan peraturan perundangan yang mensyaratkan 
perusahaan-perusahaan di negara itu untuk memberikan hak suara sebesar 40% di 
ruang direksi kepada wanita dalam delapan tahun ke depan. Saat ini wanita 
Spanyol hanya memiliki hak suara sebesar 4% pada dewan direksi di 
perusahaan-perusahaan besar Spanyol. 

      "Bank sentral dalam hal ini berusaha selangkah lebih maju dari institusi 
lain dalam merespon kebijakan untuk mengurangi dominasi pria yang telah berakar 
kuat di Spanyol," tutur Ordonez. 

      Rancangan undang-undang yang diajukan pemerintah memang sejalan dengan 
ide sang perdana menteri, Jose Luis Rodriguez Zapatero, yang tengah mendorong 
kesetaraan hak bagi perempuan di seluruh lapisan masyarakat Spanyol. 

      Sebuah studi yang baru-baru ini dilaksanakan terhadap tingkah laku 
masyarakat menunjukkan hanya 13% pria Spanyol mau berbagi pekerjaan mencuci 
pakaian dengan istrinya. 

      Tertinggal 

      Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Sosial Spanyol Jesus Caldera, 
peningkatan jumlah suara wanita pada dewan direksi suatu perusahaan diprediksi 
akan membuat perusahaan Spanyol lebih kompetitif. 

      Spanyol dalam hal ini memang sangat jauh tertinggal dari negara-negara 
Eropa lainnya dalam hal perundangan tentangan kesetaraan wanita di dewan 
gubernur bank sentral. 

      Denmark, misalnya, bisa dijadikan panutan. Setelah meluncurkan peraturan 
perundangan mengenai pemberian kesempatan yang sama bagi wanita pada 1988, bank 
sentral Denmark pernah dipimpin seorang gubernur wanita, Bodil Nyboe Andersen 
yang memimpin Damarks National Bank. 

      Lalu Belgia juga pernah menempatkan wanita sebagai deputi gubernur bank 
sentral. Di Polandia, Hanna Gronkiewicz-Waltz pernah menjabat Presiden National 
Bank of Poland. 

      Namun di sejumlah negara Eropa lain seperti Italia, Jerman, Finlandia dan 
Portugal yang meski telah memiliki peraturan mengenai kesetaraan wanita dalam 
dunia kerja jauh sebelum Denmark, belum menempatkan perempuan dalam jajaran 
deputi gubernur bank sentralnya. 

      Negara di luar Eropa nampaknya lebih maju dalam kepemimpinan perempuan di 
bank sentral. Zeti Akhtar Aziz misalnya, memegang pucuk pimpinan Bank Negara 
Malaysia. Sementara berdasarkan Keppres RI No. 98/M tahun 2004, Miranda pada 26 
Juni 2004 ditetapkan sebagai deputi gubernur senior Bank Indonesia. 

      Kiprah perempuan ini dilengkapi dengan masuknya Siti Ch. Fadjrijah 
sebagai deputi gubernur setahun kemudian. 

      Di kawasan Karibia pun sejumlah perempuan ada di pucuk bank sentral. Di 
Barbados, Marion Williams pernah menjabat Gubernur Central Bank of Barbados 
serta Dolly Singh yang memimpin Bank of Guyana dan Cheryl-Ann Lister yang 
memimpin Bermuda Monetary Authority. 

      Afrika tidak ketinggalan. Linah Mohohlo memimpin Bank of Botswana 
sementara Maria do Carmo Carvalho menjabat gubernur Central Bank of Sao Tome e 
Principe. Selain itu juga ada Tonga yang pada 2003 mengangkat Siosi Cocker Mafi 
sebagai gubernur bank sentral. 

      Dalam korporasi, Norwegia yang sejak tahun lalu mengeluarkan peraturan 
mengenai kesetaraan mengizinkan wanita untuk menguasai hak suara dalam dewan 
direksi perusahaan hingga 40% pada 2008. 

      Padahal persentase hak suara wanita dalam dewan direksi perusahaan di 
Norwegia saat ini sudah melampaui persentase yang disyaratkan oleh negara Eropa 
lainnya. 

      Berdasarkan survei terhadap 300 perusahaan besar yang dirilis Jaringan 
Wanita Profesional Eropa bulan lalu, saat ini wanita Norwegia menguasai 29% hak 
suara dalam kursi dewan direksi perusahaan di negara itu sementara rata-rata 
negara Eropa lainnya hanya membolehkan wanita menguasai 8,5% hak suara dalam 
dewan direksi korporat. 

      Survei itu juga mencatat Portugal sebagai negara di mana tidak terdapat 
satupun wanita duduk di dalam dewan direksi korporat sementara wanita Italia 
hanya mampu menguasai 1,9% hak suara. 

      Di lain pihak, wanita AS menguasai 15% kursi dewan direksi pada 
perusahaan-perusahaan yang termasuk Fortune 500. Survei oleh Cranfield 
University School of Management menunjukkan wanita juga tercatat menguasai 10% 
kursi dewan direksi korporat yang termasuk dalam daftar FTSE 100 pada 2005. 

      "Peraturan perundangan dan para pemegang saham harus memimpin perubahan 
tersebut. Di Spanyol, mereka masih merasa tidak perlu memulai sesuatu melalui 
perubahan dalam peraturan perundangan," komentar Direktur Pusat Pemimpin Bisnis 
Cranfield Susan Vinnicombe. 

      Di lain kesempatan, Wakil Sekretaris Dewan Banco Popular Espanol SA 
Francisco Javier Zapata mengaku kurangnya karyawan wanita yang memiliki 
kualifikasi yang sesuai untuk dipromosikan sebagai salah satu direksi 
perusahaan. Itulah mengapa tak satupun wanita ada dalam jajaran 18 direksi bank 
terbesar ketiga di Spanyol itu. 

      "Isu itu tidak seharusnya diselesaikan melalui perubahan peraturan 
perundangan," ujar Zapata, dan hal itu dibantah pemerintah. 

      Caldera meyakinkan bahwa sesungguhnya ada cukup banyak wanita Spanyol 
yang memiliki kemampuan dan poin lebih untuk bisa berpartisipasi dalam dunia 
kerja yang masih menjadi dominasi pria tersebut. 

      Memang, tidak hanya di Spanyol, di negara manapun di muka bumi ini, 
kemampuan wanita untuk ambil bagian dalam lapangan kerja setara dengan kaum 
pria sebenarnya tidak diragukan lagi. 

      Masalahnya, ada tidak kemauan untuk memberikan kesempatan tersebut? 


     


[Non-text portions of this message have been removed]



=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke