Surat Jembatan Sembilan:

KETIKA HENING HANYA MEMPERDENGARKAN  SATU SUARA

[ Mengenang Pierre Vidal-Naquet, Sejarawan dan Cendekiawan Engagé ]


2.


Sehari  kemudian, setelah turut menandatangani Pernyataan  kolektif  "Trop 
c'est trop", pada hari  Jumat malam  29 Juli 2006,  Pierre Vidal-Naquet menutup 
mata untuk selama-lamanya di Rumah Sakit Nice dalam usia 76 tahun.  Jenazah 
sejarawan yang dilahirkan di Paris 23 Juli 1930 dalam keluarha Yahudi ini, akan 
dikebumikan di Fayence, Komune Var  di mana ia bertempat tinggal.  Lucien, ayah 
Pierre Vidal adalah seorang pengacara laïc. Sang ayah sangat berpengaruh besar 
dalam pembentukan diri Pierre. 


Ketika nazi Hitler menduduki Perancis,  tanpa ayal, Lucien Naquet bergabung 
dengan barisan perlawanan [ La Résistance] yang membuatnya mengelana ke sana ke 
mari. Akhirnya kedua orangtua Pierre tertangkap dan dikirim ke kamp konsentrasi 
Nazi.   Kemudian meninggal di kamp Auschwitz. Waktu itu, Pierre yang masih 
berusia 15 tahun bisa selamat. Latarbelakang ini mempunyai pengaruh besar bagi 
engagement Pierre sebagai cendekiawian. 


Setelah  keluar dari kamp maut Nazi Hitler,  Pierre yang yatim piatu, ditampung 
oleh salah satu komunitas Protestan di Perancis Selatan. Ia tidak lama tinggal 
di tempat penampungan komunitas Protestan ini karena kemudian ia kembali ke 
Paris, kota kelahirannya.  Di sinilah ia berkenalan dengan tragedi Yunani Kuno 
dan karya-karya klasik serta surealisme. Berbekal pengenalan-pengenalan ini, 
Pierre pada usia 18 tahun mendirikan sebuah majalah bernama "Imprudence" 
["Ceroboh"]. melalui mana ia menangani masalah sejarah berdasarkan 
konsep-konsep Platonien.


Barangkali! Sekali lagi barangkali,  bagi kita di Indonesia,  ada yang 
meragukan tentang kemampuan anak berusia 17 atau 18 tahun,  dan boleh dikatakan 
baru selesai SMU, bisa menangani soal-soal serius begini.  Tapi jika kita 
berbicara dengan anak-anak di Perancis, apalagi yang selesai dengan SMU 
Internasional [lebih berat dari SMU biasa], secara konsepsional mereka cukup 
jelas dan tahu benar apa yang mereka ingin lakukan.  Mereka mempunyai 
tahapan-tahapan rencana tentang apa yang ingin mereka lakukan. Berdasarkan 
pelajaran filsafat yang mereka dapatkan di "terminales", ["kelas akhir SMU"], 
mereka sudah mempunyai prinsip-prinsip pegangan dalam melangkah dan berpikir. 
Prinsip-prinsip yang juga mereka terapkan dalam memilih pacar. Saban mendengar 
mereka , anak-anak seusia Pierre pada waktu itu, berdiskusi sesama mereka,  aku 
sering tercengang membaca kematangan berpikir dan bersikap mereka. Termasuk 
dalam menghadapi konflik dalam keluarga, antara ayah ibu mereka, sampai 
bagaimana bersikap jika orangtua mereka bercerai. Usia 18 tahun memang secara 
hukum di sini sudah dianggap dewasa. Dan senyatanya secara pemikiran, anak-anak 
ini pun memang sudah dewasa. Bahkan ada yang sudah meminta izin kepada 
orangtuanya untuk hidup bersama dengan tanggungjawab sendiri akan segala 
akibatnya. Perlu diketahui bahwa hidup bersama di Perancis, sah secara hukum, 
dan dipandang hukum sebagai suami-istri legal. Keduanya  mengisi satu formulir 
pajak yang saban tahun tiba.  Anak-anak yang lahir dari pasangan "hidup 
bersama" ini adalah sah secara huku. Mereka bebas memilih nama keluarga [nom] 
dari ibu atau ayah.  François Holland, orang pertama Partai Sosialis, partai 
terbesar di Perancis dan Segolène Royale, salah seorang  gubernur dan kandidat 
presiden untuk pemilu 2007, sampai sekarang masih berstatus hidup bersama 
sekali pun keduanya sudah mempunyai beberapa orang anak.  Holland dan Segolène, 
sengaja menjaga status "hidup bersama" berdasarkan suatu pandangan filosofi 
tertentu.


Karena itu jika pada usia 18 tahun, Pierre Vidal-Naquet sudah berani mendirikan 
sebuah majalah serius, bukanlah sesuatu yang mengherankan.  Barangkali dari 
sini, tercermin sekaligus keadaan mutu pendidikan di Perancis yang tidak 
"jelek-jelek amat". Barangkali pengenalan Indonesia saja yang kurang terhadap 
Perancis.  Apalagi dalam ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, filsafat, 
linguistik,  dan  politik yang mempunyai latarbelakang sangat jauh di dalam 
sejarah. Tentu saja dalam bidang tekhnologi, Perancis pun tidak bisa 
diremehkan. Karena itu, aku bisa mengatakan bahwa Amerika Serikat yang jadi 
idola dan orientasi di negeri kita, sebenarnya bukanlah segalanya. "Les 
Etats-Unis, ce n'est pas tout", ujar orang di sini. Bertolak dari keadaan 
begini, mengorientasi ke satu  arah, barangkali merupakan kebijakan pendidikan 
yang kurang arif.  


Sambil melakukan kegiatan kemasayarakatan, Pierre Vidal-Naquet, melanjutkan 
studinya hingga mencapai jenjang "doktor negara" dalam ilmu sejarah dengan 
spesialisiasi Yunani Kuno [Hellénist]. Doktor negara adalah sebuah gelar di 
atas gelar doktor atau Ph.D. Umumnya pengajar di universitas mempunyai gelar 
"doktor negara"   dan bukan sebatas doktor atau Ph.D. Yang Ph. D. tidak sedikit 
yang hanya mengajar di SMU.  Sedangkan pemimpin redaksi dan para wartawan 
harian, majalah atau tivi, tidak sedikit yang mengantongi gelar doktor.  


Proses ini jugalah yang dilalui oleh Pierre Vidal-Naquet, yang memulai karirnya 
pada 1955 sebagai guru di SMU d'Orléans, kampunghalaman Jeanne d'Arc [Joan of 
Arc] -- pahlawan perempuan dalam melawan Inggris dan menghalau agresi Inggris, 
tapi kemudian dihukum mati dengan dibakar hidup-hidup, karena dituduh sebagai 
"tukang sihir" [sorcière]  pada masa dominasi nilai relijius.  Nasib begini 
jugalaj yang juga dialami oleh Galileo. Baru kemudian setelah lewat sekian 
abad, Paus Jean-Paul II meminta maaf atas pembunuhan Galileo, membenarkan apa 
yang dikatakan oleh Agatha Christie bahwa "kebenaran akan menyatakan dirinya 
sendiri" walau pun memakan waktu terkadang sangat panjang.  Tentang kebenaran 
ini agaknya di Indonesia masih jauh dari dihormati. Sampai-sampai Asvi Warman, 
peneliti senior LIPI, lulusan l'Ecole des Hautes Etudes en Science Sociales 
[l'EHESS] Paris melantangkan perlunya "pelurusan sejarah", sekali pun perumusan 
"pelurusan sejarah" ini membuka perdebatan tentang keakuratannya. Tapi paling 
tidak dengan perumusan Asvi ini, kita melihat "there is something wrong in the 
state of Denmark" sejarah Indonesia kekinian, jika meminjam kata-kata 
Shakespeare dalam drama Hamlet-nya.


Setelah mengajar di SMU untuk sekian lama, baru kemudian Pierre Vidal-Naquet 
melangkah lebih lanjut dan memasuki pintu  perguruan tinggi sebagai pengajar di 
Fakultas Sastra. Bekerjasama dengan Jean-Pierre Vernant,  ahli Hellénist 
tersohor lainnya,  kemudian Pierre Vidal-Naquet  membentuk dan memimpin Centre 
Louis-Gernet di l'EHESS, Paris, dari tahun1989-1997. Melalui pusat pengkajian 
[centre] ini, Pierrre Vidal-Naquet,  mencoba melakukan memperbaharui pendekatan 
terhadap periode Antikitas [l'Antiquité]. 


Mengacu pada pengalaman  Pierre Vidal-Naquet dalam bidang "Antikitas" ini, aku 
jadi teringat akan adanya beberapa lembaga atau pusat pengkajian yang ada di 
Indonesia, seperti misalnya Institut Dayakologi [ID], Pontianak,  yang masih 
bertahan dengan kegiatan-kegiatannya sampai sekarang dalam mengaji soal Dayak. 
Sementara Lembaga Studi Dayak-21, nampaknya belum sampai berselang beberapa 
tahun, sudah mengalami kemacetan karena tidak bisa mengelola dengan tanggap 
persoalan internnya.  Dengan acuan pengalaman Pierre Vidal-Naquet melalui 
Centre Louis-Gernet,   aku hanya bertanya, pendekatan bagaimanakah yang 
dilakukan oleh ID dalam mengaji soal Dayak? Barangkali, pendekatan akan 
menentukan corak dan taraf capaian. Menanyakan hal ini, tidak berarti aku tidak 
menghargai apa yang sudah dilakukan oleh ID melalui proses jatuh bangun, "trial 
and error". Justru sebaliknya dengan penghargaan dan hormat, aku inginkan 
didapatkannya hasil dan taraf  yang lebih besar lagi. Syukur-syukur, jika bisa  
menjurus ke arah universalitas berdasarkan  kajian atas soal-soal spesifik, 
seperti yang diinginkan Prof. Dr.  Denys Lombard dengan membandingkan palung 
Mediterania dengan palung Asia Tenggara.  Universalitas adalah taraf capaian 
kajian yang melampaui makna lokal dan khusus, sehingga bisa dikelompokkan 
sebagai sumbangan manusiawi untuk memanusiawikan manusia, kehidupan dan 
masyarakat. Kasus-kasus lokal, dalam hal ini, berfungsi  sebagai kasus-kasus 
sarana untuk menjabarkan suatu rumus umum yang bersifat hakiki. Dari studi 
kasus dalam ilmu sosial, sesudah sampai pada jabaran universalis, barangkali 
kita akhirnya sampai kepada yang dikatakan olehg Paul Ricoeur bahwa "kebudayaan 
itu majemuik, tapi kemanusiaan itu tunggal". 


Dalam  usaha ini, emosi, niscaya, berada di sisi atau di belakang atau 
disisihkan , seperti yang dikatakan oleh Pierre Vidal Naquet: "Jangan pernah 
puas dengan hasil penelitian Anda.  Dalam penelitian dituntut tanggungjawab" 
dan "Kita tidak boleh menggunting teks untuk mengatakan sesuatu seenak perut 
kita, demi alasan-alasan partisan" [lihat:Harian La Croix, Paris,  31 Juli 
2006].


Dari ucapan demikian, aku melihat kerendahan hati, kejujuran dan kesanggupan 
untuk mengoreksi dan mengakui kekeliruan serta menerima kebenaran-kebenaran 
orang lain, sebagai ciri ilmuwan yang tak henti bertanya dan selalu berada di 
tanda koma.  Kepongahan bukanlah ciri ilmuwan. Dunia ilmu tidak mengenal 
gertak. Bahkan sangat asing. Tapi juga atas dasar pengetahuan yang didapat  
melalui penelitian , ilmuwan akhirnya bersikap. Engagé! Engagement 
[keberpihakan] dari ilmuwan sosial, merupakan penolakan para ilmuwan sosial 
tipe Pierre Vidal-Naquet,  mensterilkan ilmu. Sikap inilah yang kupelajari dari 
Pierre Vidal-Naquet  alm. 


Paris, Agustus 2006.
---------------------------
JJ. Kusni


[Bersambung....]

[Non-text portions of this message have been removed]



=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke