Hermeneutika epistemologis dengan parameter anggapan memperanakkan paradigma
tritunggal: sekularisme - liberalisme - pluralisme, yang di atas paradigma
ini, komunitas yang menamakan diri Islam Liberal ini mengadakan pendekatan
kontekstual bahkan mengkritisi ayat-ayat Al-Quran. Seperti disebutkan di
atas itu, tidak ada lagi ayat Qath'i, ayat-ayat itu dijadikannya relatif.
Jadi terjadi pergeseran nilai, yaitu ayat-ayat Al-Qur'an direlatifkan,
sedangkan paradigma berupa parameter epistemologis yang ukuran akal itu,
dijadikannya mutlak. Wahyu menjadi relatif, akal dimutlakkan. Penggunaan
hermeneutika terhadap Al-Quran sudah merusak aqidah, karena akal sudah
mengungguli wahyu.

Yang di atas itu dicopy paste dari paragraf terakhir dari Seri 729 yang
direposting di bawah.
Wassalam
HMNA
***********************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM

WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
729. Apa itu Binatang yang Disebut Hermeneutika

Sebermula, Seri 729 ini direncanakan masih lanjutan jihad intelektual yang
saya emban (execute) melawan serangan-serangan para orientalis terhadap
Al-Quran, yaitu jihad lanjutan melawan serangan seorang orientalis yang lain
lagi yang bernama samaran Luxenberg. Namun karena banyaknya deringan telepon
yang saya terima yang menanyakan, yang salah seorang di antaranya memakai
ungkapan: Apa itu "binatang" yang disebut hermeneutika," maka jihad melawan
Luxenberg ini insya-Allah nanti dalam Seri 730 yang akan datang.

Hermeneutika lagi bertrend terutama buat yang berpaham liberal. Istilah
hermeneutika berkaitan dengan mitos dewa Hermes yang memiliki kebiasaan
"memintal" (spin), yang dalam realistasnya menurut Sayyid Hussain Nasr
adalah Nabi Idris AS, karena konon dewa Hermes dalam mitologi Yunani
tersebut menyampaikan pula warta para dewa kepada manusia, bahkan bukan
hanya sekadar menyampaikan, namun juga memberikan tambahan berupa ulasan.
Mitos ini mengungkap dua hal, pertama: memastikan maksud, isi suatu kata,
kalimat, teks,  kedua: menemukan instruksi-instruksi dibalik simbol.

Secara harfiah, kata ini pernah digunakan oleh Aristoteles (384-322) SM,
dalam karyanya: Peri Hermeneias, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin dengan De Interpretatione; dan baru kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dengan On the Interpretation. Sebelumnya, al-Fârabi
(870?-950) M, telah menterjemahkannya ke dalam bahasa Arab: Fi al-'Ibârah,
dan memberi komentar karya Aristoteles tersebut. Hermeneias yang dikemukakan
Aristoteles, hanya untuk membahas fungsi ungkapan dalam memahami pemikiran,
serta pembahasan tentang satuan-satuan bahasa, seperti kata benda, kata
kerja, kalimat, ungkapan, dan lain-lain yang berkaitan dengan tata-bahasa.
Ketika membicarakan hermeneias, Aristoteles tidak mempersoalkan teks,
ataupun mengkritik teks. Yang menjadi topik pembahasan Aristoteles adalah
interpretasi itu sendiri, tanpa mempersoalkan teks yang diinterpretasikan.

Binatang hermeneutika ini ibarat ulat bermetamorphosis menjadi kupu-kupu,
dimulai sejak para theolog Yahudi dan Kristen berusaha mengembangkan metode
dan aturan yang dapat memandu penafsiran dan mengevaluasi kembali teks-teks
dalam Bible yang sudah hilang teks aslinya yang dalam bahasa Hebrew Kuno
(Al-'Ibriyyah Al-Qadimah) untuk Perjanjian Lama dan bahasa Aram
(Al-'Ibriyyah Al-Jadidah) untuk Injil(*). Kemudian selama tahun-tahun
pertama abad ke sembilan belas, metode itu ibarat kupu-kupu malam(**)
terbang melebar menjadi hermeneutika umum oleh filosof dan theolog
Protestan, Friedrich Schleiermacher (1768-1834). Perkembangan hermeneutika
sangat berkaitan dengan filologi, alegori yang juga sebagai sistem
penafsiran terhadap teks.

Demikianlah hermeneutika itu bermetamorphosis lebih lanjut dari konteks
theologi ke dalam konteks filsafat yang telah dibidani oleh Friedrich
Schleiermacher tersebut. Maka tatkala hermeneutika itu ibarat kupu-kupu
malam telah terbang melebar bermetamorphosis ke filsafat, menjamurlah
serba-neka aliran yang menciutkan posisi hermeneutikanya Schleiermacher
menjadi hanya sebagai salah satu aliran hermeneutika yang ada. Selain
hermeneutikanya Schleiermacher, ada hermeneutikanya Emilio Betti
(1890-1968), seorang sarjana hukum Romawi berbangsa Itali; ada
hermeneutikanya Eric D. Hirsch (1928- ?) seorang kritikus sastra berbangsa
Amerika; ada hermeneutikanya Hans-Georg Gadamer (1900- ?) seorang filosof
dan ahli bahasa, dan lain-lain aliran-aliran, dsb.

Arkian, perkembangan hermeneutika mencapai puncaknya yang ekstrem keliwat
batas, yaitu menerobos masuk wilayah epistemologis. yaitu penafsiran
terhadap teks yang dibangun berdasarkan teori epistema (dari bhs Yunani Kuno
episteme), yang menyangkut tentang parameter pengetahuan berupa:
-- asal-usul,
-- anggapan,
-- karakter,
-- cakupan,
-- kecermatan,
-- keabsahan.

Hermeneutika epistemologis yang ekstrem ini digunakan oleh pengecer Mohammad
Arkoun dalam Rethinking Islam, (Kayfa na'qilu l-Islama, Bagaimana kita
mengakali Islam). Saya dapat menimba dalam debat saya vs Ulil Absar Abdalla
di cyber space, yang panglimanya komunitas yang menamakan diri Islam
Liberal, bahwa komunitas ini memakai hermeneutika epistemologis, yaitu
menurut mereka ayat-ayat Makkiyah bermuatan nilai universal, namun ayat-ayat
Madaniyah diciutkan posisinya oleh parameter cakupan menjadi hanya bermuatan
local, dan inilah yang menjadi paradigma yang dipakai oleh meraka dalam
pendekatan kontekstual. Seperti contohnya khimar (telekung) panjang menutupi
dada, itu bermuatan lokal, hanya wajib untuk daerah Arab yang
berpadang-pasir dan berdebu, yang secara kontekstual tidak cocok bagi negeri
seperti Indonesia ini. Karena hermeneutika epistemologis cakupan muatan
lokal tersebut, mereka tidak lagi mengenal ayat-ayat Qath'i. Ayat tentang
wajibnya khimar panjang yang qath'i sudah menjadi relatif.

-- WLYDHRBN  BKHMRHN  'ALY  JYWBHN  (S. ALNWR, 24:31), dibaca:
-- walyadhribna bikhumurihinna 'ala- juyu-bihinna (s. annu-r).
WLYDHRBN - walyadhribna dalam ayat (24:31) terdapat Lam Al Amr (Lam yang
menyatakan perintah), maka kata tersebut berarti: Diperintahkan kepada
mereka menutupkan, sehingga ayat (24:31) terjemahannya adalah:
-- Diperintahkan kepada mereka menutupkan khumur mereka ke atas dada mereka.
(Khumur adalah bentuk jama' = plural dari khimar, artinya tutup kepala, yang
di Indonesia ini tutup kepala yang dipanjangkan menutup dada itu disebut
"jilbab", padahal dalam bahasa Al-Qur'an: jalabib, bentuk jama' dari jilbab
adalah baju longgar yang panjang sampai mata-kaki yang menutupi lekuk-lekuk
tubuh).

Hermeneutika epistemologis dengan parameter anggapan memperanakkan paradigma
tritunggal: sekularisme - liberalisme - pluralisme, yang di atas paradigma
ini, komunitas yang menamakan diri Islam Liberal ini mengadakan pendekatan
kontekstual bahkan mengkritisi ayat-ayat Al-Quran. Seperti disebutkan di
atas itu, tidak ada lagi ayat Qath'i, ayat-ayat itu dijadikannya relatif.
Jadi terjadi pergeseran nilai, yaitu ayat-ayat Al-Qur'an direlatifkan,
sedangkan paradigma berupa parameter epistemologis yang ukuran akal itu,
dijadikannya mutlak. Wahyu menjadi relatif, akal dimutlakkan. Penggunaan
hermeneutika terhadap Al-Quran sudah merusak aqidah, karena akal sudah
mengungguli wahyu. WaLlahu a'lamu bisshawab.

*** Makassar, 28 Mei 2006
   [H.Muh.Nur Abdurrahman]
-------------------
(*)
Injil = Perjanjian Baru minus Surat-surat Paulus
(**)
Kupu-kupu malam sayapnya senantiasa melebar, berbeda dengan kupu-kupu siang
yang kalau hinggap sayapnya menguncup.

----- Original Message -----
From: "Ikut Diskusi" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Tuesday, August 22, 2006 00:36
Subject: [wanita-muslimah] Metode Pendekatan Apa ?


Deal All

saya anak baru nih, pengen ikutan diskusi sama sodara2 semua. jadi gini,
saya pernah baca Tafsir Al-Mishbah (dan 3). Dalam volume III (surah
al-Maidah) Quraih Shihab menafsirkan ayat 54 tentang kata:

Man Yartadda Minkum `An Dînihi ..........

Beliau menafsirkannya kata Yartadda sebagai arti kembali
kebelakang,maksudnya murtad itu adalah sebenanarnya dipakai oleh Qur'an
sebagai istilah untuk orang yang kembali kepada kemusyrikan karna mitra baca
alqur'an pada saat itu adalah orang pagan. namun kesalahan
kita adalah mengartikannya  keluar dari agama islam, padahal sebenanrnya
keluar dari Islam.

Nah, berhubung saya masih awam jadi saya pengen tanya. Untuk meneliti hal
itu (teks qur'ani tentang yartadda) kira-kira pendekatan apa yang tepat
untuk digunakan, apakah hermeneutik
atau apa ?

tolong kasih tau yah

Cheers


[Non-text portions of this message have been removed]



=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....
Yahoo! Groups Links







__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 


=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke