Nimbrung :
Islam itu tumbuh dari tradisi dan peradaban setempat, jadi kalo ada orang islam 
tapi 
arabminded itu ya gak bener. Di indonesia [jawa] islam berkembang karena para 
sunan yg mengajarkan islam dengan tradisi setempat misal dengan wayang, 
permisif- pembiaran terhadap ajaran sebelumnya [ hindu] 
Itulah jatidiri kita sebagai umat islam Indonesia :-)
[duluuuu waktu saya kecil masih masa jahiliyah tinggal di jateng; kalo bulan 
syaban/ruwah selalu ada tradisi 
slamatan dan dikirimi oleh bu Haji ; ketan+ plus kolak ubi-singkong-pisang+kue 
surabi]

Qur'an itu sebuah konsep Islam yg sempurna final. 
Hadits - Sunnah adalah penjabarannya berdasarkan tradisi di masa itu.
Tradisi intelektual islam adalah penjabaran hadits- sunnah yang perlu dikaji 
terus menerus.
Peristiwa pada saat itu yang mungkin tidak sesuai dimasa sekarang yg kemudian 
melibatkan ulama dalam bentuk 
fatwa atau ijtihad lainnya.
[ masalahnya sekarang yg mana ulama yg bisa dipercaya; yg hebat mumpuni; apakah 
ia syiah apakah ia sunni, apakah 
ia membawa kepentingan lain?]

Tetap : Qur'an merupakan sumber ilmu tentang realitas dan kebenaran dan harus 
dijadikan sandaran. 
Sunnah dikuatkan hadits ada yg mengatakan; madu adalah obat segala penyakit.
Kalo mau meneliti, dikaji madu model mana dulu; berasal dari nektar tumbuhan 
apa dulu yg bersifat menyembuhkan. 
Madu peternakan pramuka di Pasarminggu dan madu Sumbawa dan madu Arab sudah 
pasti lain kemanjurannya :-))

:-))

salam 
l.meilany
[ dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi madu :-) ]

  ----- Original Message ----- 
  From: Ary Setijadi Prihatmanto 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, August 08, 2006 3:24 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dari Sunnah ke Hadits atau Sebaliknya


  Saya kira yang dimaksud mbak Chae itu,
  bahwa dari potret saja bisa jadi kita mengambil kesimpulan yang salah.
  Karena potret itu hanyalah fragmen dari apa yang sebetulnya terjadi.

  Tapi semangat, inti pesannya malah bisa jadi tidak tersampaikan.

  Hadits itu sekadar potret.Sunnah itu harus kita gali dari potret itu.
  Bisa saja penggalian dari potret memberi kesimpulan yang bertolak belakang.
  Itu hal yang wajar.

  Hakim yang paling pas adalah dengan berdiskusi dalam hal kemaslahatan.
  Di sini kita bicara realita dan bagaimana menghadapi realita.
  Pendapat-pendapat tadi dibenturkan dengan realita, apakah sesuai dengan
  realita.
  Yang tidak sesuai dengan realita, besar kemungkinan bukan Sunnah.
  Bisa jadi hanya sekedar kebiasaan yang sifatnya temporal saat itu.



  ----- Original Message ----- 
  From: <[EMAIL PROTECTED]>
  To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
  Sent: Tuesday, August 08, 2006 8:35 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dari Sunnah ke Hadits atau Sebaliknya


  > Mengenai jilbab, bagaimana misalnya multi tafsir itu dengan tidak merubah
  > prinsip dasar yaitu menutup aurat? Bagi saya mode-mode jilbab itu tidak
  > mengapa. Sekalipun saya mempunyai pendapat bagaimana berjilbab itu yang
  > benar.
  >
  > Saya rasa upaya untuk memotret sedekat mungkin keseharian atau gambaran
  > kehidupan nabi dan para sahabat itu adalah dalam rangka menjaga SUNNAH
  > nabi. Karena nabi sudah mengatakan meninggalkan dua hal yang jika kita
  > berpegang kepadanya maka kita tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu
  > Qur'an dan Sunnah. Saya rasa ijtihad para ulama pengumpul hadits yang
  > pertama adalah untuk ini, menjaga Sunnah.
  >
  > Maksud mbak Chae hadits direkontruksi untuk menyesuaikan diri dengan
  > realitas? Hadits adalah potret atau gambaran kehidupan nabi dan para
  > sahabat 14 abad yang lalu. Darinya kita mengambil sunnah, tata cara
  > ibadah, sejarah penyebaran Islam, akhlaq nabi, dlsb. Bagaimana kita hendak
  > menggunakan potret itu? Sekarang apa maksudnya dari menyesuaikan dengan
  > realitas itu? Jika hal itu berarti merubah tata cara ibadah, maka saya
  > tidak setuju. Karena tata cara ibadah itu tidak bisa dirubah. Siapa yang
  > menentukan untuk pertama kalinya bahwa shalat maghrib itu 3 rakaat? Shubuh
  > 2 rakaat? Dzuhur, Ashar, Isya 4 rakaat? Lalu apa landasan kita untuk
  > merubah jumlah rakaat sebuah shalat? Atau apa landasan kita untuk merubah
  > rukun shalat dengan menghilangkan ruku misalnya? Dalam hal bentuk shalat
  > dan ketentuan shalat, juga dalam ibadah-ibadah lain, hal ini tidak bisa
  > dirubah. Apakah hal ini akan bertolak belakang dengan realitas suatu hari?
  > Jika hal itu mungkin terjadi, tetap saja tata cara shalat tidak bisa
  > dirubah. Rukun-rukunnya, waktunya, jumlah rakaatnya, dst. Juga dengan tata
  > cara ibadah yang lain. Karena ibadah itu dengan bentuknya sesuai sunnah
  > nabi, mengandung obat bagi ruhani bagi manusia. Kita tidak bisa merubahnya
  > tanpa resiko bahwa khasiatnya akan berkurang atau hilang. Itulah sebabnya
  > nabi mengatakan, jauhilah Bid'ah (merubah tata cara ibadah atau menambah
  > atau membuat baru), karena bi'dah itu sesat.
  >
  > Atau bagaimana itu maksudnya hadits yang bertolak belakang dengan
  > realitas?
  >
  >
  >
  >
  >
  > "Chae" <[EMAIL PROTECTED]>
  > Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > 08/08/2006 01:10 PM
  > Please respond to
  > wanita-muslimah@yahoogroups.com
  >
  >
  > To
  > wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > cc
  >
  > Subject
  > [wanita-muslimah] Re: Dari Sunnah ke Hadits atau Sebaliknya
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  > Pak Wida,
  >
  > Secara garis besar saya sependapat dengan Pak Wida hanya saja saya
  > ingin melihat bagaimana kita memposisi hadis itu sendiri.
  >
  > Sepertinya Pak Wida bisa menerima adanya multi tafsir terhadap hadis
  > itu sendiri asal tidak merubah prinsip dasar dari hadis tsb....benar
  > demikian??
  >
  > Bagaimana dengan hadis masalah jilbab?? apakah sama prinsipnya
  > demikian bahwa multi tafsir bisa saja benar adanya dengan tidak
  > merubah prinsip dasar yaitu menutup aurat??
  >
  > Sorry geser dikit:)
  >
  > Pak Wida mengatakan bahwa hadis diumpakan sebagai sarana memotret
  > sedekat mungkin keseharian Nabi, kalau memang demikian konteks
  > memotret sepertinya tidak bisa memberikan sesuatu secara utuh atau
  > hanya sebagian saja. Jika demikian tidak bisa sesuatu yang dipotret
  > menjadi sandaran pada realitas yang ada.
  >
  > Misalnya begini, seorang petani di jawa tengah dipotret sedang memanen
  > padi disawah, kemudian dari photo tersebut di simpulkan bahwa semua
  > petani dijawa tengah sedang memanen padi karena padi di sana tidak
  > mengalami gagal panen akibat kekeringan padahal mungkin saja petani
  > yang dipotret justru sedang memanen padinya yang hanya sebagian kecil
  > terselamatkan dari bencana kekeringan.
  >
  > Untuk itu Pak Wida, manakah yang anda posisikan terlebih dahulu jika
  > pada kenyataanya realitas bertolak belakang dengan hadis...apakah
  > realitas harus disesuaikan dengan hadis atasu hadis yang harus di
  > re-konstruksi untuk disamakan dengan realitas??
  >
  > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
  > >
  > > Kepastian dalam kesahihan hadits memang tidak ada, karena hadits memang
  > > tidak dijamin sebagaimana al-Qur'an. Tetapi keberadaan hadits yang
  > dicatat
  > > oleh ulama ahli Hadits adalah mencoba "memotret" kehidupan nabi dan
  > para
  > > sahabat dari berbagai seginya. Perilaku sehari-hari, sejarah perjuangan
  > > Islam, sampai tata cara ibadahnya. Itulah yang coba dipotret sedekat
  > > mungkin oleh Hadits, terutama oleh ulama ahli Hadits yang benar-benar
  > > bersungguh-sungguh mencatat dan mengumpulkan hadits seasli mungkin
  > > (shahih).
  > >
  > > Memang betul bahwa dalam permasalahan ibadah itu banyak selisihnya.
  > Kalau
  > > kita haji kita akan melihat banyak variasi dalam melaksanakan
  > shalat. Ada
  > > yang tangannya di dada ketika berdiri, ada yang diperut, ada yang
  > bebas di
  > > bawah. Dari mana mereka mendapatkan cara seperti itu? Itu mungkin
  > > penafsiran hadits. Tetapi alhamdulilLaah, rukun shalat kita sama :
  > berdiri
  > > - ruku - i'tidal - sujud - duduk - sujud - berdiri, itu satu rakaat.
  > Juga
  > > bilangan rakaat dalam masing-masing shalat juga sama. Dalam hal yang
  > > general seperti ini kita terjaga oleh hadits. Adapun perbedaan yang
  > > kecil-kecil kita toleransi saja. Juga masalah Qunut, shalat jama
  > qashar,
  > > rakaat shalat tarawih, dll yang mbak Chae sebutkan. Itu perselisihan
  > dari
  > > pemahaman hadits menyangkut yang detail, kita toleransi saja.
  > >
  > > Apakah bisa diaplikasikan sepanjang zaman? Menurut saya seharusnya
  > begitu.
  > > Dalam arti, kita shalat sebagaimana kita shalat sekarang dan itu
  > berlaku
  > > sepanjang zaman. Karena nabi memerintahkan : ambillah cara shalat
  > kalian
  > > dariku. Juga kita puasa sebagaimana kita puasa hari ini dan itu berlaku
  > > sampai akhir zaman. Kita berhaji sebagaimana kita berhaji hari ini
  > dan itu
  > > berlaku sepanjang zaman. Itu semua adalah sunnah nabi, tuntunan nabi,
  > > syariat (jalan) yang turun kepada nabi Muhammad, nabi akhir zaman, jadi
  > > akan berlaku sampai akhir zaman. Secara general tidak berubah, dalam
  > hal
  > > detail yang bisa terpengaruh perkembangan zaman (teknologi) bisa
  > saja ada
  > > ijtihad-ijtihad baru. Apakah mbak Chae melihat kemungkinan bahwa
  > tata cara
  > > shalat, puasa, haji dan ibadah lainnya itu akan berubah dan tidak
  > > mengikuti cara nabi lagi?
  > >
  > >
  > >
  > >
  > > "Chae" <[EMAIL PROTECTED]>
  > > Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > > 08/07/2006 05:39 PM
  > > Please respond to
  > > wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > >
  > >
  > > To
  > > wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > > cc
  > >
  > > Subject
  > > [wanita-muslimah] Re: Dari Sunnah ke Hadits atau Sebaliknya
  > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  > > Pak Wida,
  > >
  > > Adakah sekarang ini orang-orang yang benar-benar menjadi saksi
  > > sholatnya Nabi? tentu tidak ada bahkan yang mendengar secara langsung
  > > dari orang yang secara langsung melihat pun pasti tidak
  > > ada...he..he..he.. sorri bikin bingung:)
  > >
  > > Kalau memang dalam soal ibadah peranan hadis begitu "pasti" tentu
  > > tidak ada perselisihan dalam hal ibadah karena toh sudah ada hadist
  > > yang menjelaskan secara detail dan gamplang soal ibadah..nyatanya Pak
  > > Wida masih banyak perselisihan soal ibadah sampai sekarang ini...
  > >
  > > Misalnya masalah doa Qunut dalam sholat subuh, jumlah raka'at sholat
  > > tarawih,qodho puasa dll.
  > >
  > > Tentu saja perbedaan pendapat ini mempunyai dasar argumentasi
  > > masing-masing dan hadis yang masing-masing pula padahal sumber
  > > hadisnya satu yaitu Rasulullah...
  > >
  > > Pak Wida, apakah menurut Pak Wida ada kepastian terhadap ke-utuhan,
  > > keaslian dan keshahihan suatu hadis?? walaupun hadis itu bisa di
  > > katakan shahih tapi apakah hadis dipastikan bisa diaplikasikan
  > > sepanjang zaman???
  > >
  > > Kalau pendapat saya pak Wida, akan ada terus perubahan dalam hal
  > > ibadah maupun non ibadah karena memang ada perubahan zaman dan
  > > peradaban manusia.
  > >
  > >
  > >
  > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wida.Kusuma@ wrote:
  > > >
  > > > Kalau masalah ibadah tentunya tidak mbak Chae. Kita mengetahui
  > > bagaimana
  > > > nabi shalat kan dari deskripsi di dalam hadits. Shalatlah kalian
  > > > sebagaimana kalian melihat aku shalat. Bagaimana nabi shalat kan
  > > bisa kita
  > > > ketahui dari hadits. Apakah lalu kita akan tinggalkan deskripsi tata
  > > cara
  > > > shalat nabi sebagaimana deskripsi di dalam hadits lalu membuat tata
  > > cara
  > > > yang baru? Juga perihal ibadah-ibadah yang lain?
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > > "Chae" <chairunisa_mahadewi@>
  > > > Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > > > 08/04/2006 01:44 PM
  > > > Please respond to
  > > > wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > > >
  > > >
  > > > To
  > > > wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > > > cc
  > > >
  > > > Subject
  > > > [wanita-muslimah] Re: Dari Sunnah ke Hadits atau Sebaliknya
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > > Terlepas dari status hadis itu shahih atau dhaif, kalau menurut saya
  > > > tetap sebuah hadist itu adalah produk manusia. Jangan dikultiskan
  > > > sebagai suatu dasar sumber hukum tapi lebih kepada contoh yang bisa
  > > > dijadikan sumber acuan.
  > > >
  > > > Karena namanya produk manusia itu kan lekang oleh waktu dan luntur
  > > > oleh zaman, walaupun masalah ibadah sekalipun.
  > > >
  > > > Jadikan hadis sebagai contoh soal, dimana kita bisa tetap menangkap
  > > > semangat didalamnya lalu diaplikasikan dengan bentuk-bentuk yang baru.
  > > >
  > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wida.Kusuma@ wrote:
  > > > >
  > > > > Dari segi ilmu hadits saya setuju mas Aman untuk ikut menguraikan,
  > > > supaya
  > > > > lebih lengkap diskusi ini. Terutama metoda yang digunakan oleh para
  > > > Imam
  > > > > ahli hadits. Saya melihat metoda yang sama masih digunakan oleh
  > > > al-Bani.
  > > > > Jika dari jalur sanadnya ada si A, di mana si A diragukan kekuatan
  > > > > ingatannya, atau kejujurannya, maka hadits itu lalu di dloifkan.
  > > > Bagaimana
  > > > > mas Aman?
  > > > >
  > > > > Memang para ulama bukan kata akhir, kita masih boleh mempertanyakan
  > > > matan
  > > > > suatu hadits berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan. Tetapi
  > > > pandangan
  > > > > mereka perlu juga dipertimbangkan, karena mereka mempunyai ilmu yang
  > > > tidak
  > > > > dimiliki oleh orang-orang yang mendalami ilmu pengetahuan umum.
  > > > Perpaduan
  > > > > ini akan memberikan tafsiran yang bagus tentang sebuah hadits. Bagi
  > > > saya
  > > > > sendiri, tidak ada salahnya bagi saya untuk bersandar kepada
  > > > orang-orang
  > > > > yang mempunyai ilmu khusus, seperti ilmu hadits para ulama. Karena
  > > saya
  > > > > sendiri tidak bisa menguasainya secara utuh sebagaimana mereka. Jika
  > > > saya
  > > > > bingung dalam membaca suatu hadits, biasanya saya bersikap "tawaquf"
  > > > atau
  > > > > mendiamkan dulu hadits itu tapi tidak langsung mendlaifkan
  > hadits itu
  > > > > karena Imam Bukhari -misalnya- telah memasukkannya ke dalam kitab
  > > > > Shahihnya. Paling tidak hadits itu tidak akan saya pakai dalam
  > > diskusi
  > > > > agama. Barangkali ada maksud lain yang tersembunyi yang saya belum
  > > > > ketahui. Tetapi mas Ary betul, ada hadits yang berbunyi : "istafti
  > > > > qolbaka! mintalah fatwa kepada hatimu, karena dosa adalah perbuatan
  > > > yang
  > > > > meresahkan hatimu dan engkau tidak ingin dilihat orang lain ketika
  > > > > melakukannya. Mintalah fatwa kepada hatimu, sekalipun orang-orang
  > > > > memberikan fatwa mereka kepadamu". Ya, kita bertanggung jawab atas
  > > diri
  > > > > kita masing-masing. Kita ambil mana yang lebih kita merasa tentram
  > > > > kepadanya dan kita yakini kebenarannya. 8-)
  > > > >
  > > > > Salam,
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > > "Ary Setijadi Prihatmanto" <asetijadi@>
  > > > > Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > > > > 08/04/2006 01:32 AM
  > > > > Please respond to
  > > > > wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > > > >
  > > > >
  > > > > To
  > > > > <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
  > > > > cc
  > > > >
  > > > > Subject
  > > > > Re: [wanita-muslimah] Re: Dari Sunnah ke Hadits atau Sebaliknya
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > > ----- Original Message ----- 
  > > > > From: <Wida.Kusuma@>
  > > > > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
  > > > > Sent: Thursday, August 03, 2006 10:34 AM
  > > > > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dari Sunnah ke Hadits atau
  > > Sebaliknya
  > > > >
  > > > >
  > > > > > Ya, semuanya kita pakai untuk membumikan Sunnah : al-Qur'an,
  > > > al-Hadits,
  > > > > > akal sehat, hati nurani, dlsb.
  > > > > >
  > > > > > Jika kita hendak meneruskan pekerjaan para Imam ahli Hadits,
  > > pengumpul
  > > > > > hadits-hadits yang pertama, kita perlu untuk memiliki ilmunya
  > > dahulu.
  > > > > > Paling tidak mengetahui metoda dan cara yang dipakai oleh Imam
  > ahli
  > > > > Hadits
  > > > > > itu. Kemudian kita kombinasikan dengan analisa yang kita miliki
  > > > > sekarang.
  > > > > > Kita harus sangat hati-hati. Belum tentu metoda para Imam ahli
  > > Hadits
  > > > > itu
  > > > > > lebih rendah dari metoda yang kita miliki zaman ini. Penggabungan
  > > > > keduanya
  > > > > > adalah yang paling baik menurut saya. Para Imam ahli Hadits
  > > zaman dulu
  > > > > > sepertinya lebih mengandalkan metoda kejujuran dari para sanad,
  > > > karena
  > > > > ini
  > > > > > adalah upaya pelaporan apa yang nabi katakan. Kejujuran adalah
  > > sangat
  > > > > > penting. Seorang sanad yang ketahuan membohongi untanya bisa tidak
  > > > > > diterima hadits yang dia riwayatkan. Sampai seperti itu
  > > kejujuran yang
  > > > > > diminta. Hari ini kita punya metoda apa? Perkembangan ilmu
  > > pengetahuan
  > > > > > juga boleh kita pakai. Tapi tetap kita harus hati-hati.
  > > > > >
  > > > >
  > > > > Bang Wida,
  > > > > Saya tidak pernah bilang lebih rendah lho. Tapi berbeda.
  > > > > Terlihat bukan, bahwa para ahli hadits bergantung pada kejujuran
  > > > dari para
  > > > > sanad.
  > > > > Lebih jauh lagi, metodanya juga bergantung pada kejujuran
  > > > orang-orang yang
  > > > > memberi kabar ttg kejujuran para sanad. Bagaimana kita bertanya
  > pada
  > > > > Freedom
  > > > > Institute ttg Presiden SBY dibanding ke grup PDIP Mega, misalnya.
  > > Atau
  > > > > kita
  > > > > bertanya ttg JK ke Mega dibanding ke Eyang HMNA misalnya ...just
  > > > kidding
  > > > > lho
  > > > > Eyang...
  > > > > Mas Aman mungkin bisa cerita ttg kitab yang berisi ttg proses itu.
  > > > >
  > > > > Metoda yang kita gunakan, karena terlalu jauh secara rentang
  > > waktu, ya
  > > > > tidak
  > > > > bisa yang bergantung pada kejujuran. Tapi sesuatu bukti langsung,
  > > fisik
  > > > > yang
  > > > > harus tidak terbantahkan, atau probabilitas kesalahannya rendah. DNA
  > > > nggak
  > > > > bisa berbohong. Ilmu material nggak bisa dibohongi.
  > > > >
  > > > > Saya sangat menghormati para imam ahli hadits. Tapi saya tidak
  > > > merasa kita
  > > > > lebih rendah dari mereka.
  > > > > Sama saja dengan saya melihat Newton, Einstein, mereka orang yang
  > > > berjasa
  > > > > besar.
  > > > > Tapi ketika hasil kerja mereka harus kita perbaharui, itu menjadi
  > > > > kewajiban
  > > > > kita.
  > > > >
  > > > > Kehati-hatian itu memang harus.
  > > > > Tapi tidak perlu menghilangkan fakta bahwa kita (individu) juga
  > punya
  > > > > wajib
  > > > > berfikir.
  > > > > Apa kita bisa berlindung nanti di hari akhir dengan bilang:
  > > > > "Ya Allah, saya sudah mengikuti apa-apa yang ditulis oleh imam
  > > Bukhari,
  > > > > jika
  > > > > salah ya salahkan beliau"
  > > > > Imam Bukhari akan bilang:
  > > > > "Siapa suruh ente makan mentah-mentah, itu kan hanya pendapat saya
  > > > > berdasarkan bukti-bukti yang saya punya. Ente punya ilmu dan
  > > bukti-bukti
  > > > > tambahan tapi ente mau enaknya saja"
  > > > >
  > > > > >
  > > > > > Tentang contoh tinggi Adam yang mas Ary uraikan. Mungkin bukan 30
  > > > meter
  > > > > > maksudnya. Karena satuan meter rasanya belum dikenal di zaman
  > nabi.
  > > > > > Mungkin maksudnya bisa kaki, atau hasta, atau depa, atau
  > > satuan-satuan
  > > > > > panjang lain di zaman nabi. Jadi mungkin tingginya tidak
  > sampai 30
  > > > > meter.
  > > > > > Lagi pula, jika memang tinggi fisik Adam adalah sekian meter, maka
  > > > tentu
  > > > > > saja organ fisiknya akan mampu untuk menopang tinggi itu.
  > > Tinggal saja
  > > > > > kita harus berhadapan dengan penemuan arkeologi tentang
  > > tinggi-tinggi
  > > > > > manusia zaman dahulu. Hadits itu pernah saya baca. Pada intinya
  > > nabi
  > > > > ingin
  > > > > > menunjukkan bahwa ukuran manusia secara general bertambah kecil.
  > > > > Benarkah
  > > > > > ini? Ini perlu dibantu dengan ilmu pengetahuan untuk
  > > menelitinya. Saya
  > > > > > setuju, saya tidak ingin mempertentangkan - bahkan ayat
  > al-Qur'an -
  > > > > dengan
  > > > > > penemuan ilmu pengetahuan.
  > > > > >
  > > > >
  > > > > Memang bukan 30 meter, tapi leterlijknya 60 hasta.
  > > > > Kira-kira ya 30 meter kata orang-orang yang tahu bahasa Arab.
  > > > > Dari sisi fosil-fosil yang tersedia malah sebetulnya semakin kini
  > > > semakin
  > > > > besar lho.
  > > > >
  > > > > Al-Quran pasti tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan.
  > > > > Keduanya pasti sejalan. Itu kan premisnya.
  > > > > Yang mungkin salah itu tafsiran Al-Quran.
  > > > > Dan memang nggak ada jaminan itu tafsiran pasti bener.
  > > > >
  > > > > > Isi dari kitab hadits itu bermacam-macam. Ada kabar seperti yang
  > > > mas Ary
  > > > > > sampaikan, ada petunjuk pelaksanaan ibadah, kehidupan sosial,
  > > sejarah
  > > > > > penyebaran Islam, kehidupan rumah tangga, sampai nubuwat akhir
  > > zaman,
  > > > > > banyak macamnya. Sebaiknya kita sangat berhati-hati, di mana
  > > kita akan
  > > > > > meletakkan pisau analitis kita dalam hadits-hadits nabi. Dan
  > > sebaiknya
  > > > > > kita menyertakan para ulama agar pisau analitis kita semakin
  > > lengkap.
  > > > > >
  > > > >
  > > > > Tentu saja ulama itu penting. Namanya bertanya ya sama orang yang
  > > punya
  > > > > ilmu.
  > > > > Tapi tetap jawaban ulama itu bukan kata akhir.
  > > > > Adalah sangat boleh untuk mempertanyakannya, mendiskusikannya,
  > bahkan
  > > > > membantahnya.
  > > > > Itu hak setiap kita....
  > > > > IMHO, yang paling penting kita harus tidak mengingkari hati nurani.
  > > > > Kata hadits imam muslim, ciri dosa itu ketika hati kita merasa nggak
  > > > enak
  > > > > ketika melakukannya.
  > > > >
  > > > > Salam
  > > > > Ary
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > > =======================
  > > > > Milis Wanita Muslimah
  > > > > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun
  > > masyarakat.
  > > > > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
  > > > > ARSIP DISKUSI :
  > http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
  > > > > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > > > > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
  > > > > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
  > > > > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
  > > > >
  > > > > This mailing list has a special spell casted to reject any
  > > > attachment ....
  > > > >
  > > > > Yahoo! Groups Links
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > > [Non-text portions of this message have been removed]
  > > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > > =======================
  > > > Milis Wanita Muslimah
  > > > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun
  > masyarakat.
  > > > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
  > > > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
  > > > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > > > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
  > > > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
  > > > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
  > > >
  > > > This mailing list has a special spell casted to reject any
  > > attachment ....
  > > >
  > > > Yahoo! Groups Links
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > > [Non-text portions of this message have been removed]
  > > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  > > =======================
  > > Milis Wanita Muslimah
  > > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
  > > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
  > > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
  > > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
  > > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
  > > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
  > >
  > > This mailing list has a special spell casted to reject any
  > attachment ....
  > >
  > > Yahoo! Groups Links
  > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  > >
  > > [Non-text portions of this message have been removed]
  > >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  > =======================
  > Milis Wanita Muslimah
  > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
  > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
  > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
  > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
  > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
  > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
  >
  > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....
  >
  > Yahoo! Groups Links
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >
  >



  =======================
  Milis Wanita Muslimah
  Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
  Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
  ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
  Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
  Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

  This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
  Yahoo! Groups Links







[Non-text portions of this message have been removed]



=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke