Ada dialog yang ketinggalan: "Syukran, engkau lebih pantas menjadi khalifah ketimbang 'Umar," ujar ibu anak-anak itu mengunci ucapan terima kasihnya. Wassalam, HMNA **************************************************************************** *****
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 055. Kriteria dan Gaya Kepemimpinan serta Output yang didambakan Sesudah shalat Jum'at Drs H.Abdurrahman, yang dosen IAIN bertanya kepada saya, apa saya telah dapat undangan sarasehan tentang kriteria kepemimpinan daerah. Setelah saya menjawab tidak, ia berkata nama saya ada di antara yang akan diundang, artinya undangan belum sempat disampaikan. Sampai hari petang undangan belum samapai juga. Saya putuskan untuk tidak hadir, lebih-lebih saya belum menulis untuk FAJAR. Saya pikir lebih baik kalau saya tulis saja untuk FAJAR, dan saya tambahkan gaya di samping kriteria, karena kepribadian dan watak seseorang akan mewarnai gaya kepemimpinannya. Lagi pula yang penting adalah output yang diinginkan dari kepemimpinan itu bagi rakyat yang dipimpin. Lebih baik saya bercerita tentang Khalifah 'Umar ibn al Khattab radhiyaLlaahu 'anhu. Dan yang akan diceritakan tentu saja fragmen-fragmen yang relevan. Yang dari fragmen itu akan dapat disauk keluar tentang kriteria dan gaya kepemimpinan yang masih aktual, yang masih cocok sampai sekarang ini, dan tentang output yang dihasilkan oleh kepemimpinan itu. *** Kita mulai dari fragmen waktu 'Umar akan hijrah. Jadi tentu saja cerita ini jauh sebelum 'Umar menjadi khalifah. Sebelum meninggalkan Mekah, 'Umar lebih dahulu mendatangi orang-orang Quraisy yang sedang hadir di Ka'bah, yang waktu itu Ka'bah masih dikotori dengan patung-patung berhala. Dengan lantang 'Umar berpidato singkat di hadapan orang-orang Quraisy itu. Pidato singkat itu dibuka Umar dengan memuliakan Allah dan menghinakan berhala-berhala itu. Dan pidatonya ditutup dengan tantangan. "Barang siapa yang ingin isterinya menjadi janda, anaknya menjadi yatim, maka tunggulah 'Umar di luar Makkah, karena 'Umar akan hijrah sekarang ini." *** Pada waktu 'Umar terpilih menjadi khalifah yang kedua, maka isi pidato "pengukuhannya" antara lain seperti berikut. "Sekiranya saya ketahui ada yang lebih cakap dan lebih baik dari saya, maka demi Allah saya tidak akan memangku jabatan ini." Namun pidato pengukuhannya itu diinterupsi, disanggah oleh seorang asysyabab, pemuda dengan hunusan pedang. Yaitu pada waktu 'Umar berucap: "Apabila tindakan saya benar, ikutlah saya dan apabila saya menyimpang luruskanlah saya." Asysyabab itu menghunus pedangnya dan dengan suara lantang ia berkata: "Hai 'Umar, apabila engkau menyimpang, akan saya luruskan engkau dengan pedang saya ini." Lalu bagaimana reaksi 'Umar? Dengan senyum 'Umar berkata: "AlhamduliLlah, puji bagi Allah yang telah memberikan keberanian kepada seorang hambaNya, seorang asysyabab, yang bersedia meluruskan 'Umar dengan pedangnya." *** 'Umar tidak begitu senang dengan laporan bawahannya. Ia lebih senang mendapatkan data primer ketimbang data sekunder. Lalu apakah 'Umar punya cukup waktu, punya cukup kesempatan untuk meliput semua itu secara langsung? Kalau zaman sekarang ada ilmu statistik, tidak perlu populasi itu diliput secara keseluruhan, cukup dengan mengambil sample saja, biasanya dengan acakan, kalau perlu didahului dengan stratifikasi. Di zamannya 'Umar ilmu itu tentu belum ada. Lalu 'Umar pakai apa? 'Umar tidak pakai ilmu zhahir, melainkan ilmu kejernihan bathin dan intuisi yang tajam. Dia akan mendapatkan sample yang tepat-tepat. Di bawah ini ada dua fragmen tentang hasil liputan Umar secara langsung, data primer. *** Suatu malam di daerah pinggiran Umar mendapatkan dialog yang menarik. Suatu data primer tentang akhlaq rakyatnya, rakyat kalangan kecil, kalangan daerah pinggiran. "Yah, ibu mengapa engkau akan mencampur susu dagangan kita ini dengan air, keluh anak gadis sang ibu. Supaya jumlahnya banyak, kita akan dapatkan pula hasil dengan harga yang banyak." "Akan tetapi bukankah hai ibu itu suatu perbuatan yang melanggar hukum," menyanggah sang anak yang gadis itu. "Ah, mana Umar akan tahu pelanggaran ini." "Ibu, jangan lupa, 'Umar barangkali tidak akan tahu, akan tetapi Pencipta 'Umar niscaya tahu pelanggaran ini." Dialog terputus dan Umar kembali, mencari anaknya Abdullah, yang kebetulan sedang nyenyak tidur. 'Umar membangunkan Abdullah lalu berucap. "Hai Abdullah saya sudah dapatkan jodoh yang baik buat kamu, seorang gadis miskin yang mulia akhlaqnya." Abdullah menuruti pilihan ayahnya. Ia tentu tidak berpikir seperti pemuda kontemporer yang bersikap yang dinyatakan dengan untaian kata mengejek: Bayangkan, seorang anak kepala negara bersedia menikah dengan "gadis pinggiran". Dari perkawinan Abdullah ini dengan gadis itu menurunkan seorang anak yang terkenal pula dalam sejarah, Khalifah 'Umar ibn 'Abdul 'Aziz. *** Suatu hari 'Umar menemukan seorang anak yang sedang menggembalakan sekelompok biri-biri. 'Umar ingin menguji kejujuran anak itu. "Hai anak, saya ingin membeli biri-biri seekor. Sang gembala menjawab: "Saya ini hanya seorang budak penggembala. Biri-biri ini bukan milik saya, tetapi tanggung jawab saya. Kalau tuan ingin membeli barang seekor, temuilah tuan saya yang rumahnya di balik bukit itu." "Ya, anak, 'Umar berujar pula, terlalu jauh ke sana. Saya berikan saja uang, sebutkan harganya, lalu laporkan kepada tuanmu." "Hai tuan sudah kukatakan tadi, saya ini bukan pemilik, jadi saya tidak berhak mengambil keputusn untuk menjualnya. "Yah, katakan saja, kepada tuanmu itu bahwa biri-biri yang saya beli itu diterkam binatang buas, dan uangnya engkau ambil." "Tuan, saya ini bukan saudaranya Nabi Yusuf AS." Dan dengan mata yang membelalak budak gembala itu membentak 'Umar: "Fa ayna Llah? Maka di manakah Allah?" *** Dari fragmen-fragmen di atas kita dapat menimba sendiri kriteria dan gaya kepemimpinan, serta hasil pembangunan manusia sebagai output kepemimpinan itu. Nah pembaca, silakan menyauk sendiri kriteria kepemimpinan itu, gaya kepemimpinan itu dan output produk kepemimpinan itu. WaLlahu a'lamu bishshawab. *** Makassar, 15 November 1992 [H.Muh.Nur Abdurrahman] ----- Original Message ----- From: "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]> To: <Undisclosed-Recipient:;> Sent: Monday, September 25, 2006 05:51 Subject: [wanita-muslimah] Umar bin Khattab dan Rawan Pangan > http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/092006/25/0902.htm > > > Umar bin Khattab dan Rawan Pangan > Oleh H. USEP ROMLI H.M > LEBIH dari 40.000 orang di Kec. Pakenjeng, Kab. Garut, menderita rawan pangan. Tak lagi memiliki beras dan uang. Untuk bertahan hidup, mereka terpaksa memakan ketela pohon, gadung, bahkan pisang muda. Kondisi itu sudah berlangsung tiga mingguan ("PR", 22/9). > > Benar-benar gawat. Jika tidak cepat ditangani, mungkin mereka terpaksa melahap "bodogol cau". Suatu kenyataan yang pernah terjadi pada zaman penjajahan Jepang (1942-1945). Ketika itu, bahan pangan dari setiap perdesaan, banyak dikuras oleh "Saudara Tua" untuk membiayai perang "Asia Raya". Ya, namanya juga penjajah. Tak peduli akan nasib rakyat yang dijajahnya. > > Tapi situasi semacam itu, sekarang mungkin saja dapat muncul di mana-mana. Sebab krisis ekonomi masih terus berlangsung. Kendati Indonesia punya sepuluh orang terkaya di dunia, versi majalah "Forbes" edisi Agustus 2006, toh orang miskin berjumlah jutaan. Sementara perhatian pemerintah daerah (kabupaten/kota) untuk menanggulangi gejala kekurangan pangan sangat kurang. Tampak dari peristiwa rapat Dewan Ketahanan Pangan (DKP) Jawa Barat di Gedung Sate (21/9), yang hanya dihadiri dua kepala daerah yaitu Wali Kota Bekasi dan Bupati Kab. Bekasi, ditambah Wakil Bupati Kab.Tasikmalaya. Para bupati/wali kota selebihnya, hanya mengutus pejabat setingkat kepala dinas yang bukan penentu kebijakan di daerah masing-masing. Pantas Gubernur H. Danny Setiawan marah. Sebab masalah rawan pangan dan kemiskinan di Jawa Barat, bukan sepele. Terbukti dari peningkatan jumlah penduduk miskin dari 2,9 juta jiwa tahun 2005, menjadi 5,31 juta jiwa tahun 2006. Belum terhitung jumlah rumah tangga yang mengalami defisit kalori, dan defisit energi mencapai rata-rata 60 % hingga 80 % di setiap kota/kabupaten. Baik rawan pangan, maupun defisit kalori, dan energi, tak begitu jauh berbeda. Sama-sama menunjukkan gejala ketidakmampuan mengonsumsi makanan yang layak bagi kebutuhan tubuh yang wajar. > > Kenyataan di lapangan sudah jelas. Rawan pangan di Kec. Pakenjeng, Kab.Garut adalah fakta. Sementara di Bekasi, berdasarkan laporan Pj. Bupati Tenny Wishramwan, terdapat 11 kecamatan menderita rawan daya beli. Empat kecamatan di antaranya sudah masuk kategori rawan pangan. Itu di Bekasi, yang berdekatan dengan ibu kota negara. Dapat dibayangkan, bagaimana daerah-daerah nun jauh terpencil, seperti Pakenjeng, Garut. > > Suatu ironi besar. Ketika di berbagai tempat berdiri restoran-restoran baru yang menyita lahan-lahan pesawahan produktif -- termasuk di kawasan utara Garut -- di berbagai tempat lainnya, puluhan ribu penduduk kelabakan mencari "bodogol cau" sekadar mengganjal perut lapar. > > Di tengah suasana seperti itu, juga di tengah Ramadan penuh berkah kini, tak salah jika kita mendambakan figur pemimpin seideal Umar bin Khattab. Khalifah kedua dalam jajaran "Khulafaur Rasyidin" itu, walaupun hidup 1.500 tahun yang lalu telah meninggalkan jejak-jejak beradab, modern, dan dedikasi tinggi. Dr. Mustafa Mahmud, penulis "Abqariyah Umar" (1974) menuturkan kisah ketelatenan Umar dalam memerhatikan kehidupan rakyatnya. Suatu malam ia bersama sahabatnya menemukan ibu rumah tangga sedang merebus batu. Di dekatnya, empat orang anak merengek-rengek kelaparan. Setiap kali mereka menangis meminta makan, Si Ibu itu membujuk-bujuk agar sabar, karena makanan belum masak. > > Ya, mana mungkin batu akan masak. Hingga anak-anak terlelap tidur, membawa perut kosong, periuk berisi batu masih terus terpajang di atas tungku. Umar segera bertindak. Ia mengambil sekarung terigu dari gudang Baitul Maal. Dipanggulnya sendiri menuju gubuk keluarga miskin itu. Sahabatnya yang kasihan menyaksikan Umar terengah-engah, mencoba membantu. Tapi Umar menolak keras. Ia menyatakan, "Engkau di sini sekarang, mampu membantu memikulkan karung terigu ini. Tapi di sana nanti, pada hari perhitungan, mampukah engkau membantuku memberi pertanggung jawaban? Tidak! Ini dosaku pribadi sebagai pemimpin yang lalai mengurus rakyatnya, sehingga kelaparan dan harus menipu anak-anaknya dengan rebusan batu! Dosaku berlipat ganda! Membiarkan seorang rakyatku lapar dan menjadikan ia seorang penipu! Aku tak punya dalih apa pun jika Allah Azza wa Jalla mendakwaku kelak !" > > Setelah menyerahkan sekarung terigu, Umar sendiri yang membuat adonan makanan, memasaknya, dan menyuapkannya kepada anak-anak tadi, hingga merasa yakin bahwa perut mereka sudah kenyang. > > Sayang, jejak langkah dan watak kepemimpinan Umar bin Khattab hanya tinggal catatan di buku-buku sejarah. Sudah amat jarang yang mengikutinya lagi. Mungkin sudah dianggap kuno dan "tidak bergengsi" bagi pemimpin masa kini .*** > > Penulis, wartawan senior. > > > [Non-text portions of this message have been removed] __________________________________________________ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/