Saya punya artikel dari NYT Magazine, intinya bilang bahwa internet 
itu menjadi milestone dalam komunikasi di dunia gay dan trans.  Kita 
semua menjelang dunia maya, namun komunikasi gay mengalami lompatan 
jauh dengan internet ini.  Khususnya diantara anak-anak muda belia 
yang sedang mencari orientasi seksualnya (fokus riset artikel itu 
kelompok anak-anak muda belasan tahun di Amerika).

Karena, menurut NYT, komunikasi alternative sex ini nggak selancar 
seperti dalam mayoritas di dunia nyata. Mo ketemu siapa mo curhat 
dengan siapa? Solusi banyak ditawarkan oleh gereja2 yang emang punya 
program khusus untuk gay, tapi solusi-solusi mereka itu kan dah mudah 
ditebak.

Solusi gereja yang ditolak oleh gay (dan mainstream psikologi) 
misalnya berdasarkan asumsi kelainan seksual/jiwa seperti yang mba 
Nawiro bilang. 

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Nawiro Aisyataini 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Nggak usah minta maaf lah...namanya juga diskusi. Nah saya kok baru 
lihat cara pandang mbak Chae, yaitu cari solusi dengan cara googling 
(he..he..he). Sedikit pendapat dari saya, googling sih oke-oke saja 
tapi perlu diingat bahwa internet bukan segalanya. Bertemu secara 
interpersonal saya pikir lebih bisa mendapatkan pencerahan. Artinya 
beda lho tanya jawab via internet dengan langsung bertemu atau 
mencari...Kalo di internet cara menjawabnya lebih banyak ke pemberian 
punishment bukan solusi bisa jadi benar, tetapi menyebutkan itu 
sebagai jawaban yang pasti akan dimunculkan oleh para ulama jika kita 
berkonsultasi langsung saya pikir akan menjadi sebuah hal yang tidak 
benar.
> 
> salam
> 
> 
> ----- Original Message ----
> From: Chae <[EMAIL PROTECTED]>
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Sent: Friday, November 17, 2006 6:17:15 PM
> Subject: [wanita-muslimah] Re: Poligami Dalam Sistim Hukum di 
Indonesia
> 



Reply via email to