Quote:
"..
Bukankah Aa dulu juga bukan seorang kiai? Bukankah pernikahan
Aa dengan Teh Ninihlah, yang merupakan anak kiai pondok, yang mengubah
hidup Aa? Saya hanya takjub pada kesaksian banyak pihak bahwa sudah sejak
awal Rini itu Aa istimewakan. Rini bebas di MQ, dengan status tidak jelas.
Bisa jadi marketing, sekretaris, atau kerja serabutan. Pengistimewaan Rini
oleh Aa dan adik Aa, Abdurrahman Yuri (Aa Deda) itu terbaca sesama
pengurus MQ, dan mereka mengira Aa dekat karena ingin mencarikan jodoh
untuk Rini. Mereka juga tidak merasa aneh, ketika Juli lalu, Aa pun
meminta Rini jadi "pejabat" saat membentuk unit pelayanan terpadu bank
syariah di ponpes Daarut Tauhiid. Tapi, sebagaimana terungkap di banyak
media, akhirnya semua kaget, ketika Aa memilihkan diri Aa sendiri sebagai
jodoh untuk Rini.
.."

Semoga kita tidak menjadi 'kacang yang lupa kulitnya'..
Btw, jurus ngelesnya (di bawah) norak.. :-p

Wassalam,

Irwan.K

On 12/11/06, Rye Woo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Duhhhhh...de'mei.... betapa indah sekali suratmu....
> Tersanjung and terharu banget daku dengan inimu............. tapi sayang
> kayaknya salah alamat..... coba namanya A'a rye....asyik bangettt...
>
> Mungkin ada yang bisa bantu, tau alamat/ emailnya A'a Gym?? kann bisa
> lebih bermanfaat and epective kalo langsung ke beliaumahh....
>
> Namaqu A'a rye... tolong dong buatin puisi/surat tuk ayeee.........
>
> Heheheheheheeee............Aye tunggu yeeee....
>
> judulnya boleh dehhh:
>
> Seribu jalan menghancurkan roma......(Bukan rhoma irama lhoo......)
>
>
> "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED] <wpamungk%40centrin.net.id>> wrote:
> ----- Original Message -----
> From: Edwin.BAMBANG-HARIADI-
>
> Semakin Kuat Cinta Saya Pada Teh Ninih (Surat buat Aa' Gym)
>
> Aa Gym yang baik, ketika mendapat kabar kalau Aa menikah lagi, saya
> tertawa. Geli sekali rasanya mendengar kabar itu. Setelah Dhani Dewa, kini
>
> Aa yang dikatakan beristri dua. Gosip memang makin aneh saja ya, Aa...
> Saya tidak percaya. Saya tahu, Aa begitu mencintai Teh Ninih. Di mata Aa,
> Teh Ninih begitu sempurna.
>
> Setiap melihat foto keluarga Aa, dengan tujuh anak dan Teh Ninih yang
> tersenyum bahagia, selalu ada airmata yang bergulir di sudut mata saya. Aa
>
> membuat saya begitu bangga. Teh Ninih memberikan saya ilham tentang
> bagaimana mencinta. Melahirkan tujuh anak di zaman ketika memiliki banyak
> anak telah menjadi semacam "aib", tak ada kata lain untuk menjelaskannya,
> kecuali pengabdian cinta. Maka, saya tidak percaya gosip itu. Tidak
> mungkin Aa akan begitu. Aa itu kiai saya, guru saya, kakak, ayah, dan
> teladan saya. Aa pasti tidak akan mengecewakan saya.
>
> Ketika Aa menggelar jumpa pers di kantor Daarut Tauhid, di Jakarta, Sabtu
> lalu, saya bersorak gembira. Akan terjawab semuanya, batin saya. Akan
> terang betapa bodohnya pembuat gosip itu. Saya bayangkan, Aa akan tertawa,
>
> Teh Ninih akan terkikik manja, dan memeluk Aa. Ketika melihat Aa dan Teh
> Ninih muncul, dengan busana satu warna, wajah yang bercahaya, hati saya
> makin bahagia. Sungguh Aa, tiap kali melihat Aa dan Teh Ninih tampil
> bersama, saling mengerling dan tersenyum, selalu ada haru dan tangis di
> mata saya. Aa membuat saya begitu bersyukur dan bahagia. Saya tidak
> percaya, kerling dan senyum itu akan Aa berikan juga untuk Teteh yang
> lain....
>
> Aa terlihat lebih muda. Apa karena tanpa sorban ya, Aa? Dan Teh Ninih,
> kenapa jadi tampak lebih tua. Mata Teh Ninih berkerjapan, tapi dia
> menyunggingkan senyuman. Aa tahu, saya mulai was-was saat itu. Melihat
> sorban yang lepas, hati saya cemas. Melihat banyaknya senyum Teh Ninih,
> dada saya berbuih. Saya mulai menduga, ya Tuhan... apakah kabar itu benar?
>
> Apakah benar Aa telah menduakan Teh Ninih, Mbak dan Ibu saya? Tolong
> Tuhan, tulikan aku sementara... Aku tak sanggup mendengarnya. ..
>
> Dan airmata saya berloncatan. Saya sesenggukan. Wajah Aa yang cerah di
> teve dikaburkan airmata saya. Sungguh Aa, saya tidak bisa menerima. Saya
> sakit, sakit... Setiap melihat Teh Ninih, airmata saya langsung
> berloncatan. Saya tajamkan pendengaran, saya ingin tahu, apa alasan Aa,
> apa kekurangan Teh Ninih? Tapi sampai akhir jumpa pers itu, tak ada satu
> pun dalih yang bisa mengeringkan airmata saya. Aa menyebutkan TTM, teman
> tapi mesum, dan seks bebas, yang kini jadi dianggap biasa. Aa, saya kaget.
>
> Dari Aa-lah saya tahu TTM itu teman tapi mesum. Sebelumnya saya kira hanya
>
> teman tapi mesra. Apakah Aa menilai kemesraan sama dengan kemesuman? Aa
> juga menyebut, keputusan itu lahir dari keprihatinan karena poligami
> dianggap sebagai perbuatan tidak benar, sering dicemooh, bahkan
> diperlakukan tidak sebagaimana mestinya. Istri kedua dianggap sebagai
> perebut suami orang. Aa tampaknya ingin mendudukkan posisi poligami, ingin
>
> menunjukkan bahwa istri kedua tidak selamanya buruk. Maaf Aa, saya tidak
> terharu dengan penjelasan itu.
>
> Aa yang baik, saya lalu mencari tahu siapa Rini, Alfarini Eridani itu.
> Maaf Aa, saya tidak bisa menyebut Rini dengan panggilan Teteh. Bagi saya,
> hanya ada satu Teteh untuk Aa, Teh Ninih. Saya lalu tercengang. Bukan Aa,
> bukan karena dia mantan model. Bagi saya, tidak penting latar belakang
> seseorang. Bukankah Aa dulu juga bukan seorang kiai? Bukankah pernikahan
> Aa dengan Teh Ninihlah, yang merupakan anak kiai pondok, yang mengubah
> hidup Aa? Saya hanya takjub pada kesaksian banyak pihak bahwa sudah sejak
> awal Rini itu Aa istimewakan. Rini bebas di MQ, dengan status tidak jelas.
>
> Bisa jadi marketing, sekretaris, atau kerja serabutan. Pengistimewaan Rini
>
> oleh Aa dan adik Aa, Abdurrahman Yuri (Aa Deda) itu terbaca sesama
> pengurus MQ, dan mereka mengira Aa dekat karena ingin mencarikan jodoh
> untuk Rini. Mereka juga tidak merasa aneh, ketika Juli lalu, Aa pun
> meminta Rini jadi "pejabat" saat membentuk unit pelayanan terpadu bank
> syariah di ponpes Daarut Tauhiid. Tapi, sebagaimana terungkap di banyak
> media, akhirnya semua kaget, ketika Aa memilihkan diri Aa sendiri sebagai
> jodoh untuk Rini.
>
> Aa yang baik, maaf jika saya berburuk sangka. Ketika Aa mengatakan telah
> lima tahun mempersiapkan dan mendiskusikan dengan Teh Ninih untuk
> berpoligamami, apakah Rini yang Aa persiapkan? Apakah masuknya Rini ke MQ
> beberapa tahun lalu bagian dari persiapan itu? KH Miftah Farid mengatakan,
>
> Aa menikahi Rini untuk menyelamatkannya dari rerebutan pengurus Daarut
> Tauhiid. Kenapa harus diselamatkan, Aa? Apakah kalau Rini dinikahi
> karyawan Aa, hidupnya berada dalam bahaya? Atau, apakah Aa merasa dapat
> berlaku lebih adil daripada mereka yang memperebutkan Rini?
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke