Mba Astin, saya pernah komen di salah satu postingan saya, perempuan itu pada umumnya 'makhluk cerdas' dalam menyikapi kehidupan. Ini menyiratkan harapan saya, bahwa dalam ketidakberdayaannya/ketidakikhlasannya teh Nini yang sejauh ini memilih di-poligamiin, insha Allah dia memahami keterbatasan dan kemampuannya. Poligami itu pilihan seperti juga cerai.
(Kita sudah setuju ttg UU poligami dan cerai yang diatur sehingga melindungi hak-kewajiban anggota keluarga. Dalam hal ini, saya seneng dengan reaksi bu M. Hatta dll yang tanggap untuk memperbaiki UU poligami, sekalian juklak dan law enforcementnya. Sementara itu Pemerintah bisa bekerjasama dengan NGO utk menyediakan konsultasi keluarga bidang poligami/selingkuhan) Tapi apakah poligami itu solusi untuk masyarakat yang nggak berdaya? Kalau di kalangan masyarakat miskin pas-pas an, saya ragu apakah poligami merupakan solusi? Apakah dengan berpoligami posisi isteri/anak secara ekonomis akan terangkat, ketimbang bercerai? Demikian juga dengan ongkos psikologisnya bagi isteri/anak: - keluarga miskin yang berpoligami berarti berbagi ekonomi yang sudah kepepet. - kemiskinan sering jadi sumber pertengkaran utama keluarga monogami, bayangkan dengan keluarga-keluarga...:-) - bercerai bagi isteri/anak membuka kemungkinan untuk sumber nafkah lain (i.e keluarga, bantuan pemerintah/sosial,bekerja sendiri dan nggak perlu berbagi dengan suami/madu, atau suami/pacar baru). emangnya ada bantuan sosial kepada keluarga poligami?...:-) - Kemiskinan itu sendiri kan banyak variablenya. Pertanyaannya apakah poligami bisa jadi solusi mengurangi kemiskinan keluarga? Well, kalau ditanya apakah poligami itu salah satu solusi - saya bilang bukan, karena yang jadi solusi justru poliandri. Lha, ini cuma perumpamaan saja. Karena jawabannya cukup obvious, masyarakat Indonesia kurang menerima lembaga poligami, apalagi poliandri. Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "astin" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > mba Aisha, > > gak ada yang saya tolak semua dari penjelasan mbak aisha ini. bener2 > saya sepakat kok.. :) > > selain, concern: thd fakta dimana perempuan2 menderita akibat pria2 > yg kurang mampu menahan hawa nafsunya. dan itu, bisa kita lihat di > data LBH apik. perempuan menderita akibat cerai & poligami. > saya cuma mikir2 sendiri: solusinya apa? jangan2 poligami lebih baik > dari bercerai buat mereka [buat mereka, lho..]? Jadi, saya tidak > membicarakan soal mana yg paling elegan. saya tahu, buat saya > pribadi, lebih elegan bercerai. tapi apakah buat mereka itu, elegan > yg saya pegang ini, ada manfaatnya? > > gitu mbak.. > > salam, > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aisha" > <aishayasmina2002@> wrote: > > > > Mba Astin, > > Poligami dan perceraian sih saya suka pendapat pak Quraish Shihab, > rasanya gampang dimengerti. > > > > Poligami menurut pak QS adalah jalan darurat pesawat, tidak semua > orang bisa melalui pintu darurat jika masuk atau keluar pesawat > bukan? Hanya dalam kondisi darurat saja, pintu darurat itu dibuka, > seijin pilot yang bertanggung jawab terhadap keselamatan semua > > salam > > Aisha > > ---------- > > From : Astin > > kalau kita bicara poligami vs perceraian, bukankah masih lebih > baik > > poligami? bukankah dampak perceraian lebih mengerikan bagi > perempuan > > dan anak2 secara general? > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > >