Saya terkesan banget dengan apa yang ditulis oleh Mas
Dwi. Seandainya saya punya suami, orang seperti Mas
Dwi-lah yang saya dambakan. Tidak menampar atau
meninju isteri, tidak akan tega menampar anak kandung
umur sepuluh tahun hanya karena tidak solat. Saya dan
teman-teman disini (Dewi, Cornelia, Yati, Pudin, Ayah,
Erik, Haris dan Mas Sato) memberikan tepukan tangan
panjang sambil bangkit berdiri dari kursi buat Mas Dwi
... Plok plok plok plok plok plok plok plok plok plok
plok ...... plok plok plok plok plok plok plok plok
plok plok plok plok plok plok plok .... plok plok plok
plok plok ... (standing ovation). 

--- "Dwi W. Soegardi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Mbak Ning,
> 
> hadis dan ayat 4:34 itu memang "seakan-akan"
> memberikan hak orang tua memukul anak,
> dan hak suami memukul istri.
> Para ahli tafsir dari dulu sampai sekarang
> "berjuang" keras mengartikan ayat ini,
> misalnya dengan memberi batasan pukulan yang tidak
> meninggalkan bekas.
> Dalam prakteknya, pukulan model apa itu?
> Ayat 4:34 itu boleh dikata ayat yang "problematik."
> Kata "zharaba" bisa mempunyai banyak arti (ada yang
> bilang 16, 25),
> termasuk berarti memukul, menasehati, meninggalkan,
> dan juga bisa pula
> artinya melakukan hubungan suami istri.
> Jangankan ahli tafsir, Nabi sendiri merasa
> "kesulitan" dengan ayat ini,
> meskipun Nabi tidak pernah "mendidik" istri-istrinya
> dengan tangannya.
> Yang beliau pernah lakukan adalah "meninggalkan"
> istri-istrinya.
> Saya tidak bisa menerima al-Quran memberikan hak
> suami memukul istrinya,
> dan saya akan ajarkan anak-anak perempuan saya untuk
> menolak suami yang main tangan
> dengan alasan apapun!
> 
> Demikian pula saya tidak pernah memukul anak-anak
> dengan alasan apapun termasuk menyuruh salat.
> Banyak cara untuk menyuruh mereka salat tanpa
> memukul.
> Seorang ustadz di Amerika dulu bilang dia tidak bisa
> memukul anaknya untuk
> salat, karena dilarang oleh hukum di Amerika. Dia
> lalu "memukul" dengan cara
> lain yaitu misalnya tidak memberi hadiah, tidak
> mengajak jalan-jalan.
> Tapi kurang jelas apa dia tetap berpendapat orang
> tua boleh memukul,
> dan apakah kalo dia pulang ke Indonesia hukuman
> pukulannya berubah menjadi pukulan tangan?
> 
> Karena itu, dalam sosialisasi UU PKDRT, peran
> ustadz/ustadzah sangat penting
> dalam rangka meluruskan pengertian An-Nisa' 4:34,
> bukannya ustadz/ustadzah
> malah di garis terdepan menentang UU yang bertujuan
> melindungi anggota keluarga tersebut.
> 
> salam,
> DWS
> 
> 
> On 12/28/06, Tri Budi Lestyaningsih (Ning)
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >
> >
> > Betul, mas Dwi. Terimakasih penjelasannya... Baru
> aja saya mau berusaha
> > menjelaskan lagi, tapi alhamdulillah mas Dwi sudah
> menjelaskan.
> > Lha, kalau ambil definisi PKDRT kan suami yang
> "mendidik" isteri
> > (ta'dib) bisa dikatakan "melakukan kekerasan",
> mas. Makanya, saya
> > bilang, luruskan dulu definisi kekerasan yang ada
> di PKDRT itu..
> >
> > Mas Wikan, saya juga anti kekerasan lho.. Tapi
> kekerasan yang merupakan
> > kejahatan saja ya.. Soalnya saya juga suka "keras"
> sama anak, suka
> > memarahi dan kadang-kadang nyentil atau nyubit
> juga.
> >
> > Wassalaam,
> > -Ning
> >
> > -----Original Message-----
> > From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>
> >
>
[mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com>]
> > On Behalf Of Dwi W. Soegardi
> > Sent: Friday, December 29, 2006 9:52 AM
> > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>
> > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: ISU KDRT:
> >
> > Barangkali yang dimaksud "kekerasan" untuk
> "pendidikan" adalah sbb:
> >
> > "Perintahlah anak-anakmu shalat pada umur ketujuh,
> dan pukul mereka
> > (jika tidak mengerjakannya) pada umur kesepuluh
> dan pisahkanlah tempat
> > tidur mereka." (HR. Abu Daud dengan sanad hasan).
> >
> > " ..... Wanita yang kamu khuatirkan nushuz maka
> nasihatilah mereka
> > (pertama), pisahlah mereka dari tempat tidur, (dan
> akhirnya) pukullah
> > mereka....." (An-Nisa' 4:34)
> >
> > apa iya?
> >
> > salam,
> > DWS
> >
> > On 12/28/06, Wikan Danar Sunindyo
> <[EMAIL PROTECTED]<wikan.danar%40gmail.com>>
> > wrote:
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > wa'alaikumussalam wr wb
> > >
> > > Jadi pengin nanya nih sama Mbak Ning ...
> > > kira2 pendidikan apa yang ditawarkan oleh
> kekerasan?
> > > karena argumen yang sama bisa juga dilontarkan
> oleh stasiun televisi
> > > yang menanyangkan acara "smack down" yang
> bernuansa kekerasan sebagai
> >
> > > acara pendidikan (bela diri?) ...
> > > demikian juga dengan kasus2 kekerasan di STPDN
> dan Akademi
> > > kemiliteran oleh senior kepada yuniornya yang
> ujung2-nya membawa
> > > banyak korban, juga menggunakan dalih
> pendidikan.
> > > apakah pendidikan harus menggunakan kekerasan?
> > >
> > > salam anti-kekerasan,
> > > --
> > > wikan
> > > http://wikan.multiply.com
> > >
> > >
> > > On 12/29/06, Tri Budi Lestyaningsih (Ning)
> <[EMAIL PROTECTED]<ninghdw%40chevron.com>
> > >
> > wrote:
> > > >
> > > >
> > > > Ass wR. wB.
> > > >
> > > > Mungkin kita harus luruskan dulu, KDRT itu apa
> sih ? Dan bagaimana
> > > Islam > memandangnya.
> > > >
> > > > Kalau kita menggunakan KDRT sebagaimana
> definisi di UU PKDRT (UU
> > > No.23 > tahun 2004 tentang penghapusan KDRT),
> memang ada
> > > pertentangannya dengan > Islam. Islam melarang
> atau tidak menyukai
> > > adanya kekerasan dalam rumah > tangga, tetapi
> kekerasan yang
> > > bagaimana dulu ? Islam hanya melarang >
> kekerasan yang terkategori
> > sebagai kejahatan.
> > > >
> > > > Dalam Islam "kekerasan" bisa dikategorikan
> sebagai ta'dib
> > > (pendidikan) > dan jarimah (ini yang termasuk
> kejahatan, harus
> > > dilarang). Kekerasan > yang terkategori ta'dib
> (pendidikan),
> > > seharusnya tidak dimasukkan > kedalam kategori
> KDRT. Hanya kekerasan
> > > kategori jarimah-lah yang boleh > dimasukkan ke
> dalam KDRT.
> > > >
> > > > Suami diberi kewajiban oleh Allah untuk
> mendidik isterinya. Dan
> > > tentu - > sebagaimana kita semua ketahui -
> kewajiban akan selalu
> > > diikuti dengan > hak (Responsibility comes with
> athority). Karenanya,
> >
> > > bisa saja pada saat > dia menjalankan
> kewajibannya mendidik isteri
> > > itu melakukan ta'dib, dan > itu tidak boleh
> semerta-merta dianggap
> > KDRT begitu saja.
> > > >
> > > > Pencampur adukkan antara ta'dib dan jarimah
> ini adalah salah satu
> 
=== message truncated ===


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke