Pak Jano-ko, Kita pikirkan yuk, bahwa pemikiran kritis seperti yang disampaikan pak Kartono itu mungkin relevan untuk masyarakat Indonesia - yang mayoritas muslim itu - saat ini. Bahkan, bukan "mungkin" lagi, tapi memang relevan untuk saat ini. Masjid tumbuh dimana-mana, bak cendawan di musim hujan, namun ternyata tidak banyak mengubah moralitas bangsa ini. Benar, bahwa moralitas bangsa ini tidak hanya kontribusi umat Islam Indonesia. Namun, bagaimanapun, katanya, umat Islam Indonesia itu terbesar alias mayoritas.
Ambil contoh sederhana, di Bali. Masyarakat Bali, sepenglihatan saya selama beberapa kali pergi ke Bali, belum pernah saya melihat ada orang Bali meminta-minta uang di jalanan atas nama pembangunan tempat ibadah mereka (pura). Dari Kintamani sampai Denpasar, bahkan di Singaraja - Bali Utara yang banyak pemeluk Islamnya - tidak saya amati perilaku minta-minta seperti yang banyak dijumpai di P. Jawa. Namun, begitu kendaraan kita (pake mobil nih jalan-jalan tour de Bali-nya) masuk P. Jawa setelah menyebrang Selat Bali, segera akan tampak muslim yang menjaring uang di tengah jalan. Dari ujung Jawa Timur sampai ujung Jawa Barat, yang meminta sumbangan di tengah jalan - atas nama pembangunan rumah ibadah - itu tak terhitung. Perilaku sperti itu kalau memakai ukuran tekstual agamanya, mungkin sah-saja. Tapi, apabila memaki ukuran moral? Apalagi jika memakai ukuran dimensi yang paling penting dalam agama Islam? Perlu kelapangan dada untuk mengkoreksi semua itu. Kita naikan contoh "moralitas" ini ke tataran yang lebih tinggi dan lebih nyata dampaknya. Ambil kasus 'jamaah haji kita tahun ini yang kelaparan selama 36 jam di Tanah Suci'. Ibadah haji yang di jaman pra Islam menjadi ajang keluhuran moral para pemimpin Quraisy dengan adanya jabatan penjamu tamu Alloh saat ini sudah tinggal kenangan. Bahkan kenangan yang dinodai dengan moralitas bisnis (catering,dsb) dan tanggungjawab pelayanan kepada jamaah yang amburadul (ketepatan memenuhi komitmen,dsb). Dari tahun ke tahun pelayanan jemaah haji Indonesia tidak menunjukkan perbaikan. Kita berpikir, ada sesuatu yang salah dalam cara beragama kita. Apakah itu? Mengapa mesjid berdiri hampir ke setiap pelosok kampung, namun moralitenas bangsa tak kunjung membaik? Salah satu jawabannya, saya kira karena kita, masih terlalu mengagungkan ritual sebagai bukti keberagamaan kita, bukannya berlomba-lomba dalam moralitas yang baik. Penyebab lainnya : keberagamaan yang terlalu mengandalkan teks alias tekstual. Kita masih asyik dalam urusan tetek bengek ritual seperti hukum alis mata, cutek kuku, dan sebagaianya - yang bukannya tidak perlu - namun bukan prioritas bangsa kita saat ini. Kita juga asyik berdebat kepanjangan tentang teks berdasarkan keyakinan bahwa madzhab kita yang paling benar tanpa memikirkan kemungkinan ada madzhab lain yang lebih benar, atau tanpa menyisakan pemikiran bahwa madzhab lain juga punya kemungkinan untuk benar. Agama menjadi begitu inklusif dan tidak merangkul kenyataan bahwa masyarakat itu plural, bahwa pluralitas itu sudah menjadi fitrah alam. Kita perlu mengkritisi dan merevitalisasi keberagamaan kita. Dan hal itu tidak berarti menampik Islam sebagai agama yang paling benar (menurut pemeluknya, tentu saja; saya pun yakin akan hal itu). Namun, tafsiran kita untuk pelaksanaan Islam yang paling benar itu yang harus senantiasa kita koreksi setiap saat. Jangan-jangan kita belum dengan secara benar melaksanakan Islam yang paling benar itu. Salam, manAR On 1/7/07, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak Kartono berkata : > Di dalam gang-gang di daerah Kampung Bali banyak dijumpai masjid, tapi > anak > muda di sekitarnya pecandu narkoba dan 80% dari mereka pengguna narkoba > itu > sudah terkena HIV. Masjidnya berhasil membuat penduduk di sekitarnya > mengamalkan ilmu dunia akhirat? > ======================= > Jano-ko : > --- > Al Qur'an : > [6.162] Katakanlah: "Sesungguhnya salat, Ibadah,hidup dan matiku hanyalah > untuk Allah, Tuhan semestaalam, > [9.112] Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat,yang berIbadah, yang > memuji (Allah), yang melawat,yang rukuk, yang sujud, yang menyuruh berbuat > makruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. > Dan gembirakanlah orang-orangmukmin itu. > [3.96] Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat berIbadah) > manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjad > ipetunjuk bagi semua manusia > [19.65] Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di > antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam berIbadah > kepada-Nya.Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang > patut disembah)? > [29.45] Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,yaitu Al Kitab (Al > Qur'an) dan dirikanlah salat.Sesungguhnya salat itu mencegah > dari(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah > (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari Ibadah-Ibadah yang lain).Dan > Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan > [40.14] Maka sembahlah Allah dengan memurnikanIbadah kepada-Nya, meskipun > orang-orang kafir tidak menyukai (nya). > [40.65] Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) > melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan Ibadah kepada-Nya. > Segala puji bagiAllah Tuhan semesta alam. > --- > Hadis > Daripada Uthman bin`Affan katanya sesungguhnya saya mendengar Rasulullah > s.a.w. bersabda: "Sesiapa yang membina masjid ikhlas kerana Allah, Allah > akan membina untuknya rumah seperti itu di dalam syurga. (al-Bukhari: 439, > Muslim: 533) > --- > Ini pak ada penjelasan sedikit tentang Masjid : > Mosque > Mosques serve as the main place of worship for all Muslims. The first > mosque was the courtyard of the house Muhammad, located in Medina, Saudi > Arabia. The wall of the courtyard facing Mecca called the qibla wall—had a > roof covering the area where prayers were recited. The other three walls > were covered with shallow arcades. This setup has became the mosque design > throughout time. In Islamic societies, mosques also serve as social and > political centers. They serve as courts, schools, and assembly halls. > Libraries, hospitals, and treasuries are often connected to the mosques. > ----- > Pak Kartono ini lho suka pura-pura tidak tahu and ngetes, > Nah, kalau bicara soal Aids, HIV dan penyebarannya itu jelas yang salah > bukan masjidnya pak, soalnye masjid itu kan tidak pernah kursus kesehatan > dan mengobati, yang salah ya jelas para insan-insan yang berkecipung didunia > kesehatan yang seharusnya perduli dengan keadaan yang pak guru sebutkan itu. > O hiya, yang menyebarkan Narkoba itu juga salah lho and pendidikan Agama > Islam yang masih kurang serta para pemuda/i yang terjerat narkoba itu > sendiri juga bersalah, pokoke banyak yang salah dech..... > Gimana pak, mau joint engga dengan saya ?, kerjasama untuk mengobati dan > mengurangi para penderita HIV di Indonesia ? pengobatan jarak jauh engga > masalah dech, rahasia para pasien kita rahasiakan gitu. What do you think ? > Jamannya Kanjeng Nabi Muhammad SAW dulu masjid juga berfungsi sebagai > tempat untuk belajar, bagaimana kalau kita joint membuat klinik pengobatan > AIDS dan HIV dilokasi masjid diBali yang Pak Kartono sebutkan tersebut ?, > Pak Kartono yang menangani melalui jalur medis konvensional, sementara > jano-ko menangani yang non konvensional gitu.... > Jangan malu-malu lho Pak, kalau Pak Kartono setuju maka jano-ko akan > tutwurihandayani.... > J > Salam. > > Kartono Mohamad <[EMAIL PROTECTED] <kmjp47%40indosat.net.id>> wrote: > Di dalam gang-gang di daerah Kampung Bali banyak dijumpai masjid, tapi anak > muda di sekitarnya pecandu narkoba dan 80% dari mereka pengguna narkoba > itu > sudah terkena HIV. Masjidnya berhasil membuat penduduk di sekitarnya > mengamalkan ilmu dunia akhirat? > KM > > -------Original Message------- > > From: wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > Date: 01/06/07 18:13:27 > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: moralitas (was : wanita bekerja, > > Dek Rani berkata : > kalau dipikir..buat apa sih > membangun ratusan masjid tapi masyarakat yang hidup di sekitarnya > tetap miskin, bodoh dan tidak berpendidikan. . > > ================================ > > Jano-ko berkomentar > > Tujuan didirikan masjid itu adalah untuk mengamalkan ilmu dunia akherat > supaya umat Islam tidak bodoh, gitu lho dek Rani. > Dek Rani sudah ke masjid belum ? > > :) > > Salam sejahtera. > > Rani Kirana <[EMAIL PROTECTED] <rani_kirana123%40yahoo.com>> wrote: > > Tulisan yang sangat bagus..Kang Sabri.. > > Lugas, tajam dan mengena.. > > beberapa kali bolak balik jalan tol cengkareng-tanjung priok-kelapa > gading, didaerah Jakut di kiri kanan jalan tol, anak saya yang > berkomentar.."koq..banyak sekali masjid..ya." > ibaratkan..setiap RT..ada satu masjid..; kalau dipikir..buat apa sih > membangun ratusan masjid tapi masyarakat yang hidup di sekitarnya > tetap miskin, bodoh dan tidak berpendidikan.. > > kalau soal korupsi..mah..jangan ditanya.. > ada istilah sembahyang kuat maksiat jalan terus, mungkin hanya > terjadi di Indonesia yang tercinta ini.. > > "Banyak umat islam yg merasa sangat berdosa bila tidak menjalankan > puasa satu hari saja di bulan ramadhan, tapi tetap bisa tidur nyenyak > setelah korupsi 300 juta rupiah uang negara " > > Makanya ndak perlu kaget kalau ada banyak muslim di Indonesia yang > merasa lebih sensitive terhadap makanan halal/haram dibandingkan > dengan makan makanan yang dibeli oleh uang haram.. > > Berapa juta muslim di Indonesia (anak istri, kakek nenek, keponakan, > pembantu rumah tangga) yang tiap hari makan dan menikmati makanan > yang diperoleh dengan cara haram (uang hasil korupsi, pungli...) > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>, > "st sabri" <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: > > > > Assalamu'alaykum wr wb, > > pada umumnya kita semua menyadari bahwa bangsa indonesia sedang > kehilangan moralitas dan integritas. Sebagai bangsa yg religius peran > penafsir kitab suci sangat besar dalam kehidupan masyarakat > indonesia. Hampir seluruh aspek tingkah laku pada umumnya dihubungkan > dengan aturan keagamaan. Tidak sedikit yg merasa aman melindas aturan > negara selama aturan agama dianggap tidak dilanggar. Sperti dalam > kasus nikah sirri. Cukup banyak pasutri yg merasa tidak perlu > mengurus akta cerai ketika mereka memutuskan berpisah. > > > > gejala ini bisa diketemukan pada berbagai lapisan masyarakat. > Aturan keagamaan diposisikan lebih tinggi dibanding aturan lain. > Tidak heran bila korupsi merajalela karena sangat sedikit atau malah > tidak ada ulama klasik yg membahas masalah korupsi dalam karya2 fikih > mereka. Banyak umat islam yg merasa sangat berdosa bila tidak > menjalankan puasa satu hari saja di bulan ramadhan, tapi tetap bisa > tidur nyenyak setelah korupsi 300 juta rupiah uang negara. > > > > imho, pemahaman kata ibadah tereduksi menjadi hanya menyembah ikut > berperan dalam pembentukan karakter umat islam indonesai. Umat islam > merasa aman tentram setelah melakukan penyembahan, meskipun > perbuatannya di lain saat amat menyengsarakan manusia. Islam sebagai > agama yg menjunjung tinggi kemanusiaan digeser menjadi hanya > menjunjung tinggi Tuhan. Tuhan diubah menjadi dzat yg gila hormat > gila disembah. > > > > ulama2 kita turut bertanggung jawab terhadap situasi ini. Tampaknya > banyak ulama lupa bahwa sentral agama adalah manusia dan bukan Tuhan. > Tuhan tidak butuh agama, juga kadal, bulus, celeng, biawak dan kodok > tidak butuh agama. Manusialah yg butuh agama demi kemanusiaan itu > sendiri. Agama ditujukan untuk meninggikan harkat dan martabat > manusia. Bukan untuk memuja-muja dan mengelu elukan Tuhan sebagaimana > para abg mengelukan idol mereka. Tuhan bukanlah idol. > > > > efek dari pemujaan Tuhan yg berlebihan dan penafian kemanusiaan > membuat bangsa kita merasa tidak penting memperhatikan nasib tki/tkw > yg dikuyo-kuyo dan dilanggar haknya, lebih bangga menjalankan ritual > haji berkali kali dibanding menyumbang untuk pendidikan fakir miskin > misalnya. Masyarakat lebih menghargai manusia yg menyembah Tuhan > berlebihan dibanding para pengabdi kemanusiaan. > > > > kemanusiaan tidak lagi menjadi titik sentral dalam kehidupan umat > islam indonesia. Meski saya tidak punya data, tapi meyakini jumlah > masjid lebih banyak dibanding gedung sekolah dan sedikit masjid yg > boleh dipergunakan untuk kegiatan lain selain jadi tempat penyembahan > tak ubahnya kuil-kuil jaman purba. > > > > jamane jamane jaman edan.... > > > > - original message - > > From: "Wikan Danar Sunindyo" <[EMAIL PROTECTED]> > > Date: 06/01/2007 07:01 > > > > wa'alaikumussalam wr wb > > menurut pendapat saya, ada (paling tidak) dua aspek keagamaan yang > bisa > > mewarnai kehidupan kita. > > 1. menginsipirasikan nilai-nilai kemanusiaan yang bisa diwujudkan > menjadi > > sistem/aturan > > 2. memberikan nilai-nilai spiritual yang bisa menyejukkan manusia > supaya > > tidak kering bergelut dengan keduniawian > > > > Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed] > > Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > [Non-text portions of this message have been removed] ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/