Tapi kan bentuk keadilan sekuler dan barat moern kayak gitu [padahal di jawa
dan bali dan wlayah lama seperti sunda wiwitan  juga udah lama gitu], tidak
memberikan relasi kekuasaan pada kaum lelaki.

utamanya untuk berpoligami
punya banyak budak perempuan
menguasai kaum wanita seutuhnya.


relasi vis a avis, 1:1 seperti diterjemahkan mpok mia, tidak adil rasanya,
terutama bagi para lelaki patriarkhis.  dan karena itulah, karena tidak adil
bagi ego kelelakian, jadi tidak islami dan wajib ditentang secara agama dan
sosial budaya :D






On 1/26/07, Mia <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Numpang komen, dong.
>
> Makna dibalik simbol/bentuk, itu adalah ilmu yang sudah lama
> ngilang, lantaran kebudayaan Barat sekular nggak sensitif dengan
> yang beginian. Bukan nyalain orang Barat loh, tapi kita semua hidup
> dalam kondisi ini, dididik dalam pola pikir seperti ini.
>
> Pada akhir abad ke-19, Allama Muhammad Iqbal, yang suka di-quote mba
> Lina sudah membicarakan soal warisan ini. Pada prinsipnya Dr.
> Muhammad Iqbal setuju mengikuti merubah bentuk hukum itu, kalau
> kondisi sudah memungkinkan, artinya jaman sudah berubah. Jadi pada
> waktu itu blio sudah siap.
>
> Dan kondisi yang berubah itu biasanya termasuk dalam pertimbangan
> ushl fiqh, yaitu asal-muasal pembentukan fiqh. Tapi kenapa fiqh
> kita mandeg kayak begini, utamanya karena kekentalan pada
> simbol/bentuk tanpa makna.
>
> bentuk hukum: 1/2 waris
> kondisi: perempuan adalah harta benda, mahr, laki2 penafkah.
> tujuan/makna: keadilan
>
> bentuk hukum: ?
> kondisi: perempuan mandiri, laki2 perempuan sama2 pencari nafkah.
> tujuan/makna: keadilan
>
> Salam
> Mia
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>,
> "Chae"
>
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Mba Lina,
> >
> > Sengaja saya pisahkan postingan ini agar lebih fokus pada masalah
> > waris, Ketika bentukan hukum waris menjadi 2:1 disana tercipta
> tujuan
> > dari Qur'an yaitu .."Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
> yang
> > seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah,
> yang
> > mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
> > hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka
> > mengucapkan perkataan yang benar.(Qs.4:9)
> >
> > Sebelum turun ayat bentuk pembagian waris pada Qs.4: 11-12 maka
> > ditegaskan terlebih dahulu dalam Qs.4:9 mengenai tujuan dari
> > dibentuknya pembagian waris (bentuk hukum pembagian waris) maka
> ketika
> > bentuk hukum pembagian waris 2:1 ini sudah tidak bisa mengakomodasi
> > tujuan dari Qur'an sendiri mana yang harus di rubah?? bentuk
> hukumnya
> > atau landasan hukumnya?? mana yang harus kita pertahankan bentuk
> > hukumnya atau tujuan dari hukumnya??
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > > Lina: Jadi, menurut mbak Nissa hukum/ketentuan waris yang 2:1
> dalam
> > > AlQur'an itu termasuk muamallah yang bisa dirubah? Padahal dah
> jelas
> > > itu namanya HUKUM Waris. Hukum ya Hukum, bukan muamallah.
> > >
> > > Allah itu maha mengetahui mana yang terbaik buat manusia. Ketika
> > > ditentukanNYA 2:1. Ada hikmah dari ketentuan ini (salah satunya
> yang
> > > pernah ditulis oleh mbak Aisha). Mengapa manusia tidak pernah
> > > bersangka baik kepada ketetapan Allah sehingga ingin merubahnya?
> > >
> > > Misalkan Allah menetapkan 1:1 dari awalnya, ini tentunya juga
> > > merupakan terobosan bagi budaya arab. Mengapa Allah tak
> melakukan
> > > itu? Tidak mungkin Allah khilaf.
> > >
> > > wassalam,
> >
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke