Mia: Nabi kan bilang bahwa dalam urusan dunia kita lebih tahu? ------------------------------------- HMNA: Silakan dibaca Seri 207 di bawah Wassalam, HMNA
********************************************************* BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 207 Kamu Sekalian Lebih Mengetahui Urusan Duniamu Dalam seri 204 berjudul Guru dan Sahabat Saya Allahu Yarham H.M.Syuhudi Ismail, yang ditulis untuk mengenang Allahu Yarham, saya kemukakan dua orang guru saya, Prof DR H.M.Syuhudi Ismail dan Allahu Yarham DR S.Majidi(*), yang keduanya adalah pakar khusus ttg Hadits. Allahu Yarham H.M.Syuhudi Ismail adalah sahabat saya dan salah seorang di antara guru-guru saya. Pengetahuan saya tentang seluk-beluk Hadits antara lain atas jasa kedua orang pakar Hadits tersebut.Maka sehubungan itu saya menerima pertanyaan baik melalui surat maupun dengan perantaraan telepon mengapa saya hanya mengemukakan pemahaman Hadits dari Allahu Yarham Syuhudi Ismail yang secara kontekstual dan mengapa saya tidak mengemukakan pula bagaimana pandangan Allahu Yarham S. Majidi. Bagi pembaca yang tidak sempat membaca Seri 204 tsb. saya akan mengutip paragraf pertama dari Seri 204 tsb, supaya jelas mengapa saya hanya memfokuskan pandangan Allahu Yarham Syuhudi Ismail. "Pada hari Senin, 22 November 1995 ada dua hal yang menimpa diri saya yang perlu digaris bawahi. Pertama pada waktu bangun untuk shalat subuh kaki kanan saya bengkak dan hampir-hampir tidak dapat menopang berat tubuh saya, karena ternyata penyakit kronis encok mulai menyerang lagi. Yang kedua setelah membaca koran di pagi hari, terpampang berita bahwa Prof.DR H.M.Syuhudi Ismail telah berpulang ke RahmatuLlah. Innaa liLla-hi wa innaa ilayhi raaji'uwn. Sesungguhnya kita semua adalah milik Allah dan sesungguhnya kita semua berpulang kepada (Rahmat dan Keadilan)Nya. Makin tinggi matahari serangan encok makin menjadi-jadi. Kaki makin sakit dan makin tidak kuat menopang tubuh, sehingga memerlukan bantuan tongkat. Keinginan untuk pergi menjenguk jenazah dan mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhir, hanya tinggal keinginan belaka. Tulisan dalam kolom ini adalah sebagai substitusi, namun nilainya tentu jauh tidak sebanding dengan mengantar jenazah almarhum." Cara berguru saya kepada Allahu Yarhamhuma kedua guru saya itu dalam hal berkomunikasi berbeda. Dengan Allahu Yarham S.Majidi secara tradisional, yaitu mendatangi rumahnya bersama dengan dua orang atau bertiga (yaitu H.Abd Rahman Rahim dan H. Halide, yang keduanya sekarang sudah professor), bertatap muka secara langsung, layaknya seperti orang mengaji menghadap gurunya. Sedangkan dengan Allahu Yarham H.M.Syuhudi Ismail saya berguru tidaklah bertatap muka secara langsung melainkan dengan diskusi melalui telepon, jadi tidak bersama-sama dengan H.Abd Rahman Rahim dan H. Halide. . *** Maka saya tulislah kolom ini untuk memenuhi pertanyaan yang berkirim surat dan yang bertelepon itu. Judul di atas itu dari Hadits, yang matannya seperti berikut: Wa Antum A'lamu biAmri Dunya-kum. Hadits tersebut dibahas Allahu Yarham S. Majidi pada kesempatan saya bertiga bertatap muka dengan almarhum.. Menurut almarhum: "Hadits itu dijadikan dalil oleh orang-orang yang pemahamnya memisahkan antara urusan dunia (baca kehidupan berpolitik, bermasyarakat dan bernegara) dengan urusan akhirat (baca kehidupan beragama). Pemisahan itu menurut istilah kontemporernya adalah dikhotomi ataupun sekularisasi (secula = dunia-HMNA-)." "Oh, sekularisasi untuk melunakkan sekularisme yang diperkenalkan oleh Nurcholis Majid yang senada dengan semboyannya yang populer: Islam yes, partai Islam no," H..Abd Rahman Rahim menyela. Sayapun ikut menyela: "Jadi orang Islam itu mesti berpolitik?" Maka dengan sinar mata yang tajam yang diarahkan kepada saya, almarhum berkata: "Bukan begitu maksud saya, tidaklah semua orang Islam mesti berpolitik praktis, namun tidak boleh buta politik, paham?" Almarhum kemudian melanjutkan dengan mengemukakan S.AlMaaidah, (5:3): -- AlYawma Akmaltulakum Diynakum, -- hari ini telah kusempurnakan bagi kamu din kamu. . "Akmaltulakum Diynakum, paham? Islam itu din yang sempurna, tercakup di dalamnya semua aspek kehidupan di dunia untuk kebahagiaan di akhirat, paham? Aspek-aspek itu antara lain kehidupan berpolitik, bermasyarakat dan bernegara, paham? Apakah cocok Antum A'lamu biAmri Dunya-kum dengan Akmaltulakum Diynakum, paham? Adapun latar belakang lahirnya sabda RasuluLlah itu tidak luput dari seleksi Allahu Yarham S.Majidi dengan memperhadapkannya pada Al Quran. RasuluLlah SAW mendapati penduduk Madinah sedang mengawinkan kurma, lalu RasuluLlah memberikan tanggapan mengapa mesti kurma itu dikawinkan segala, mengapa tidak dibiarkan begitu saja. Penduduk Madinah yang petani kurma itu berhenti mengawinkan kurmanya. Kemudian ternyata produksi kurma menurun karenanya. Para petani kurma melaporkan panen kurma yang menurun itu kepada RasuluLlah. Maka keluarlah sabda RasuluLlah: Wa Antum A'lamu biAmri Dunya-kum, kamu sekalian lebih mengetahui urusan duniamu. Latar belakang sabda RasuluLlah tersebut diperhadapkan Allahu Yarham S.Majidi terhadap S.Yasin, (36:36): -- Subhana Lladziy Khalaqa lAzwaaja Kullahaa Mimmaa Tunbitu lArdhu, wa Min Anfusihim wa Mimmaa Laa Ya'lamuwna. -- Maha Suci Yang menciptakan tiap-tiap sesuatu berjodohan yaitu dari apa yang ditumbuhkan di bumi, dari dalam diri mereka dan dari apa-apa yang mereka tidak ketahui. . "Mimmaa Tunbitu lArdhu, paham? AlAzwa-ja, paham? Tumbuh-tumbuhan itu berjodoh-jodohan, ada jantan ada betina, paham? S. Yasin itu Makkiyah, paham? S. Yasin diterima Nabi di Makkah, peristiwa mengawinkan kurma di Madinah, jadi Nabi melarang mengawinkan kurma setelah Nabi mendapatkan Ilmu dari Allah, bahwa tumbuh-tumbuhan itu ada jantan ada betina. Ini tidak masuk akal, paham? Nabi mustahil melupakan ayat, paham? Karena Nabi mustahil melupakan ayat, tidak mungkin Nabi melarang mengawinkan kurma. Kalaupun memang panen kurma pernah berkurang, itu tidak ada hubungannya dengan Nabi. Lalu bagaimana mungkin lahir pernyataan Nabi: Wa Antum A'lamu biAmri Dunya-kum, paham? Itulah bagaimana Allahu Yarham S.Majidi yang terkenal tinggi manthiqnya menyeleksi Hadits dengan memperhadapkannya pada Al Quran. Bukan hanya menyeleksi isi Hadits, melainkan latar belakang lahirnya Haditspun diperhadapkannya pada Al Quran. Almarhum sering sekali menutup kalimatnya dengan paham. Itu tidak berarti bahwa almarhum marah-marah, melainkan memang begitulah gayanya kalau sedang asyik menerangkan. WaLlahu A'lamu bi shShawab. *** Makassar, 17 Desember 1995 [H.Muh.Nur Abdurrahman] ------------------------------------------ (*) Pada zaman Jepang, hanya ada dua orang Ulama yaitu DR H.Abdul Karim Amrullah (ayahnya HAMKA) dan DR S.Majidi yang menolak dengan keras untuk Saikerei menghadap Jepang, dengan sikap ruku' untuk menghormat Tenno Heika Kaisar Dai Nippon Teikoku. ----- Original Message ----- From: "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Sent: Sunday, February 04, 2007 16:13 Subject: [wanita-muslimah] Re: Tuhan yangTransenden was Pengaruh budaya arab - Thomas Carlyle > Pisaunya Pak Janoko tajam karena lagi-lagi dia melecehkan temen2 > diskusinya di WM. Lihat kalimatnya: "......"sipenilai" tersebut > merasa mempunyai kemampuan melebihi Nabi Muhammad SAW" > > Emangnya ada clue di postingan Pak Sabri, bahwa dia merasa mempunyai > kemampuan melebihi Nabi? > > Apabila kita merasa bahwa wahyu Nabi berdampak jauuuuuh ke depan dan > bahkan abadi, ya itu karena Nabi emang jenius kalo soal ruhaniah > kebatinan yang tertuang dalam ajaran agama seperti dalam Quran dan > Sunnahnya. Namanya juga Nabi. Inti ajarannya abadi dan pasti relevan > di masa sekarang, ditambah lagi nanti dengan merambahnya perempuan ke > wilayah publik. > > Dan Pak Oman pantas sekali merasa optimis dengan aspek batiniah agama > ini, seperti juga kebanyakan orang Indonesia lainnya. Percayalah, > kultur Barat yang cenderung fatalis dalam kehidupan batin memerlukan > optimisme kita yang seperti ini. > > Namun keberuntungan kita ini jangan serta merta menjadikan kita > dikotomis dengan memandang rendah sisi lain kehidupan, yaitu > pengetahuan, rasionalism, fisik, budaya dll. Memandang rendah seperti > itu karena emang orang Indonesia fatalis kalo berkenaan dengan soal > keduniaan, teknologi, budaya, bahkan etika. Makanya ngurus air minum, > sampah, listrik, nggak beres2 soalnya sikap fatalis itu juga berarti > sikap menggampangkan urusan (dunia) - yang kalo dipulangkan ke sikap > beragama, jadinya seperti ummat yang nggak bersyukur, bahkan sering > munafik dan artifisial. > > Kalau Pak Sabri bilang Nabi nggak tau menau soal genetika, kloning, > teknologi seperti sekarang, emangnya kenapa? Nabi kan bilang bahwa > dalam urusan dunia kita lebih tahu? Dalam pilem the Messenger yang > dikutip dari hadis, Nabi bilang bahwa dia nggak tau masa depannya > gimana, boro2 tentang orang lain di masa nantiiii. > > Salam > Mia > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "oman abdurahman" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Pisaunya tajam Pak Janoko. > > > > Nabi Muhammad saaw bahkan akhir dunia pun sudah tahu. Dan karena > itu beliau > > lebih sering menangis. > > Basariyah memang biasa, berjalan di pasar, dst, namun insaniahnya > di atas > > manusia lainnya. "Sesungguhnya engkau di atas akhlaq yang agung", > demikian > > pujianNya kepada khoirul anam tsb. > > > > La ilmu pengetahuan - yang karena aplicable saat ini - dibandingkan > dengan > > hikmah dan pengetahuan dari keimanan yang tinggi? Kemanakah hidup > ini > > sesudah mati? Tak ada setitik pun ilmu pengetahuan yang mampu > menjawabnya. > > Lalu, ya hilang begitu saja jawabannya? Akal sehat siapapun akan > mengatakan: > > itu suatu absurditas eksistensi. > > > > Untuk berusaha beriman dengan benar, ya asumsi-asusmi yang benar di > atas > > mana keimanan itu ditegakkan pun harus benar pula. Dari mulai > menanam kurma > > hingga ujung dunia, beliau mengetahuinya. Untuk keimanan seperti > > itu, seseorang tidak perlu menjadi liar, gampang menuding orang, > > "fundamentalis", tak bersahabat, merasa jadi jawara di seluruh > dunia, > > paranoid, atau teroris. Apalagi jika tidak ada upaya untuk beriman. > > Heuheuheu. > > > > salam, > > manAR > > > > > > On 2/3/07, jano ko <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > Ada insan berkata : > > > > > > Anakku, > > > Tentu saja kanjeng Nabi Muhammad memiliki banyak keterbatasan dan > > > menafsir wahyu; belum lagi alat-alat bantu penafsiran yg terus > > > berkembang dan berkembang sesuai perkembangan peradaban. Jaman > dahulu > > > kala, bahkan Kanjeng Nabi pun tidak berpikir adanya rekayasa atau > > > manupulasi genetik, klonning atau bio teknologi. Barangkali juga > tidak > > > terpikirkan bahwa suatu hari nanti perjalanan ke ruang angkasa > bisa > > > dijalani oleh awam seperti orang2 pada tamasya ke pekalongan dari > > > seluruh penjuru dunia :=)) > > > > > > ================== __________________________________________________ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com