On 3/13/07, sarinesia <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> kalau mundur bagaimana bisa memperbaiki keadaan .. lha itu siapapun yb
>  jadi menteri keadaannya sama saja kok :))

saya setuju, menteri mundur gak memperbaiki keadaan. bahkan malah
mungkin memperburuk keadaan atau sama saja, karena menteri yang baru
harus mempelajari lagi situasinya apalagi kalau menterinya dari orang
parpol. udah gitu malah jadi kebanyakan seremonial, lepas sambut
menteri dll. pak hatta sih udah bagus, cuman jajaran bawah yang tidak
bekerja sesuai prosedur. lha ini yang repot. masak pak menteri harus
ngecekin satu satu setiap pesawat, kapal, kereta api, bus, dll di
seluruh penjuru indonesia? kan gak mungkin. apalagi kalau kayak
kasusnya adam air, dibackingi sama ketua DPRnya sendiri, tambah ruwet
deh ... bukan semata masalah teknis, tapi merembet ke politis.
kebayang kan, misalnya Adam Air ditutup, terus Agung Laksono marah,
menggalang petisi ke presiden. Presiden diboikot begini begitu ...
Pokoknya ada aja alasan buat melegalkan kepentingan pribadi. Makanya
nggak mudah buat menteri buat memberesi hal2 yang kayak ginian.

>  walau penyebab kecelakaan GA 200 belum keluar saya memperkirakan
>  1) kerusakan di flap yg tidak mau keluar sehingga ketika mendarat
>  pesawat tersebut kecepatannya masih tinggi. sebab kalau diperlambat
>  akan kehilangan gaya angkat sehingga jatuh dgn keras.
>  2) ketika menyentuh landasan revers trust nya gak jalan sehingga
>  ketika melaju di landasan sulit di rem.
>  3) pilotnya kurang canggih. seharusnya ketika tahu ada kerusakan, dia
>  pergi aja ke Solo sana. karena pesawat Garuda yg dulu yg mati mesin
>  bisa mendarat selamat di Bengawan Solo :)

kalau poin 3 ini menurut saya nggak bisa disalahkan.
karena tahunya pilot ada kerusakan kapan, dan keputusan untuk
melakukan suatu tindakan itu memang hanya sepersekian detik. (makanya
pekerjaan pilot itu berat, beda sama engineer pesawat. pilot harus
memutuskan dalam waktu yang sangat singkat, berhadapan dengan
instrumen yang suangat buanyak yang diciptakan oleh engineer, udah
gitu ratusan nyawa bergantung padanya. kebayang kalau pilot lagi
banyak pikiran, bete, berantem sama istrinya, anaknya belum bayar
sekolah, bisa2 pilotnya nabrak. makanya pilot digaji tinggi biar
kondisi hati dan pikirannya tentram dan bisa fokus ke pesawat. kalau
gak gitu mending lari ke maskapai lain deh :) )

oke, kalau ada pengalaman pesawat Garuda mendarat selamat di Bengawan
Solo, belum tentu juga kalau si pilot GA 200 membawa ke Solo bakal
selamat juga. Siapa tahu meledak di udara, atau crash di Bengawan
Solo, siapa tahu? Nanti Mbak Sarinesia bakal ngomongin pilot nggak
canggih juga :)

salam,
--
wikan
http://wikan.multiply.com

Kirim email ke