http://www.stichtingmatahari.org/index2.html
Perawat Indonesia di Belanda bron: http://www.ranesi.nl uitgegeven: 15-MAR-2007 ► Nieuws ► Terug Alfons Lasedu dan Nina Nanlohy 21-02-2007 Salah satu tonggak negara makmur seperti Belanda adalah pelayanan kesehatan yang baik. Sektor perawatan kesehatan di rumah-rumah sakit, rumah perawatan, rumah jompo, pusat revalidasi menyediakan banyak lapangan kerja. Sejak 1970-an, banyak tenaga perawat Indonesia bekerja, mengikuti pendidikan serta meningkatkan ketrampilan di Belanda. Radio Nederland berbincang-bincang bersama rekan Astrid Miranda dari stasiun mitra, Radio Suara Sunari Denpasar Bali, bersama pendiri Yayasan Matahari, bpk. Robert KD Liem serta tiga perawat Indonesia yang bekerja di Belanda, Nyoman Sumardika, Meilany dan Barita. Yayasan Matahari Yayasan Matahari adalah sebuah yayasan yang didirikan pada tahun 1998, untuk membantu para perawat Indonesia, agar mendapatkan pengalaman magang di Belanda, dan sedapat mungkin belajar ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Yayasan Matahari mempunyai dewan pengurus yang terdiri dari empat orang. Agar Yayasan Matahari dapat mengembangkan sayapnya di Indonesia, maka Yayasan itu pertama-tama menghubungi YPKC Yayasan Pendidikan Keperawatan Carolus di rumah sakit St Carolus Jakarta. Yayasan Matahari mencari tenaga perawat Indonesia lewat YPKC di seluruh Indonesia. Setelah para perawat diseleksi oleh YPKC di Jakarta, mereka kemudian disaring oleh sebuah delegasi Belanda yang terdiri dari utusan berbagai rumah sakit di Belanda dan Yayasan Matahari. Agar dapat berkomunikasi bersama pasien di rumah sakit atau rumah perawatan di Belanda, tenaga perawat Indonesia diberi kursus bahasa Belanda di Jakarta. Komunikasi Walaupun telah dibekali dengan bahasa Belanda, kesulitan menghadapi pasien tetap saja muncul. "Pertama kali datang di Belanda ada kesulitan berbahasa Belanda. Karena apa yang kita pelajari di Indonesia sangat berbeda, seperti cara berbicara, ucapan serta perbedaan kebudayaan. Demikian Nyoman Sumardika. Lain pula dengan Barita:"Saya dulu juga bermasalah dengan bahasa Belanda. Tapi saya bilang, saya belum mengerti apa yang dikatakan seorang pasien. Tetapi mereka jelaskan lebih lanjut. Lebih baik kita bilang tidak mengerti daripada kita pura-pura tahu." Bukan saja perawat Indonesia yang bekerja di berbagai rumah sakit dan rumah perawatan, tetapi juga perawat dari berbagai bangsa misalnya Bosnia, Yugoslavia, Thailand, Filipina dan Jerman. Setelah beberapa tahun pengalaman bekerja di Belanda, beberapa di antara para perawat melanjutkan pendidikan bahkan sampai ada yang menetap di Belanda. "Saya sudah tujuh tahun tinggal di Belanda, menikah dengan orang Belanda. Tapi bagaimanapun selalu kangen sama keluarga di Jakarta", ungkap Meilani. Pengalaman Sekalipun ketiga perawat Indonesia sudah begitu lama belajar dan bekerja di Belanda namun mereka tetap mengikuti perkembangan sektor perawatan di Indonesia. Menurut Nyoman Sumardika: "Pengalaman saya di Indonesia sebagai perawat saya ingin menolong mereka tapi sering seorang pasien kebentur biaya. Kalau di sini kita membantu manusia itu karena benar- benar mereka butuh untuk dibantu". Barita:"Di Belanda perawatan dan kesehatan jauh lebih baik. Yang penting di sini pasien diutamakan, apakah tidak ada asuransi jiwa atau tidak terdaftar di sini misalnya sebagai penduduk gelap, yang penting kebutuhan dia dulu dilayani urusan administrasi dan duit belakangan". Lain tanggapan Meilani:"Karena populasinya di Indonesia begitu banyak, jadi organisasinya kurang baik. Sedangkan di Belanda populasinya kecil daripada Indonesia sehingga organisasinya baik, asuransi kesehatan serta pencegahan penyakit lebih merata". Peningkatan mutu Dalam pertemuan dengan Bapak Prof Tadjudin, mantan rektor U.I., dibicarakan peningkatan mutu perawat di Indonesia terutama dalam bidang pengetahuan serta sikap perawat Indonesia yang " masih harus bisa diperbaiki. Selain itu juga peningkatan profesional. Barita:"Pada umumnya kita bisa dibilang belum profesional, karena sikap kita kurang terbuka terlalu pasif, kita kurang berani untuk mengutarakan pendapat sendiri". Untuk tahun 2007 ini, di belanda dibutuhkan kurang lebih 7000 tenaga perawat, khususnya di rumah-rumah perawatan. Tenaga perawat yang datang ke Belanda pertama-tama diberi kontrak selama setahun kemudian dapat diperpanjang, tetapi ada diantaranya yang sampai melanjutkan kuliah mencapai S1, spesialisasi ICU dan CCU. MoU Menurut Bapak Robert Liem banyak masalah rumit yang dihadapi untuk memperluas kemungkinan bagi tenaga perawat Indonesia melakukan magang di Belanda. "Pertama-tama harus ada MoU - Memorandum of Understanding (kesepakatan) antara pemerintah Indonesia dan Belanda. MoU tersebut harus atas permohonan R.I. Belum lama ini Bpk. Prof. Tadjudin, melakukan pertemuan dengan sejumlah tenaga perawat Indonesia untuk tukar pikiran mengenai pengalaman mereka di Belanda. "Untuk melanjutkan pendidikan keperawatan di Belanda, mutu pendidikan perawat Indonesia diharapkan mencapai taraf internasional", ungkap Robert KD Liem. "Perjuangan kami ibarat pisau bermata dua: membantu pengangguran di Indonesia sekaligus mengisi kekurangan tenaga perawat di Belanda". Demikian Robert KD Liem ketua Yayasan Matahari di Leiden.