bu Chairunisa,

berikut tanggapan saya, segera setelah bagian yang saya tanggapi 
dalam poin2,:

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Akhirnya apa yang saya tunggu muncul juga pertanyaan..."Setidaknya
> bagi yang mengaku semua agama sama, ya jangan segan2 ibadah di 
gereja,
> klenteng atau tempat ibadah agama lain,":))
=> [1] yang ibu maksud pertanyaan itu yang mana? Saya membuat 
pernyataan lho bukan pertanyaan. [2] Lalu apa yang ibu kutip itu 
masih terkait erat dengan paragraf saya sebelumnya tentang kesamaan 
agama ... jadi tidak bisa dipotong begitu saja, terlebih ibu tidak 
secara utuh mengutipnya ...

... (saya potong bagian ini dan langsung ke bagian yang menjadi fokus 
ibu)

> begitu juga sudut pandang saya terhadap agama, dimana setiap agama
> mempunyai kedudukan yang sama...agama menjadi media yang bisa
> memberikan energi positif atau negatif kepada seseorang, menjadi
> bagian untuk membentuk satu individu secara sempurna terlepas nilai
> yang dikandungnya apakah positif/manfaat atau justru sebaliknya.
=> [3] Bisa ibu jelaskan lagi yang ibu maksud ... apakah ibu tidak 
merasa membuat pernyataan yang kontradiktif di sini? di satu sisi ibu 
menyatakan bahwa "agama menjadi media yang bisa memberikan energi 
positif atau negatif (dan inipun patut saya pertanyakan, mengapa bisa 
agama itu menjadi sumber energi negatif, kec ibu ada penjelasan lain, 
seperti biasa...)" yang kedua energi itu melebur dan "membentuk satu 
individu secara sempurna" tapi di sisi lain ibu meneruskan dengan 
menyatakan "terlepas nilai yang dikandungnya apakah positif/manfaat 
atau justru sebaliknya".  terima kasih ...
> 
> Begitu juga saya dalam memilih Islam, dalam Islam saya menemukan 
yang
> namanya "kesempurnaan" dalam berkomunikasi dengan Tuhan, dalam
> memahami hidup dan juga berhubungan dengan sesama manusia sehingga
> memberikan effek positif. Jika saya memandang pilihan saya demikian
> maka sudah seharusnya saya pun memandang sama pada pilihan-pilihan
> berbeda.
=> jika demikian kesimpulan ibu, (sementara saya menunggu penjelasan 
ibu atas bagian sebelum ini) [4] saya ingin tahu di mana Islam 
sebagai agama itu memberi energi dan nilai negatif?

Jadi saya lihat sejauh ini ibu belum secara tegas dan jelas 
memberikan paparan/penjelasan kepada saya yang ibu maksud 
dengan "semua agama sama" itu, karena bagi saya, jika ibu lihat 
pernyataan saya yang ibu kutip secara sebagian, dan juga bagian 
sebelumnya dari pernyataan saya yang ibu kutip itu, menekankan 
bahwa "mustahil ada kesamaan agama pada tataran eksoteris, yaitu 
tataran ritual atau praktek ibada".

Jika memang ibu mencoba menjelaskan bahwa yang ibu maksud 
dengan "semua agama itu sama" pada tataran esoteris, tetap saja akan 
muncul konsekuensi bahwa semua agama 'menyembah' (saya kira ini kata 
yang tidak tepat jika ingin menerjemahkan 'ibadah' yang adalah 
serapan dari bhs arab) TIDAK menyembah tuhan yang sama karena tataran 
esoteris memiliki konsekuensi pada tataran eksoteris.

Dengan kata lain, tidak ada dalam al-Qur'an dan dari segala perilaku 
Rasul yang menunjukkan memang semua agama sama, baik sec esoteris, 
apalagi eksoteris. Allah yang menjadi fokus ibadah kita tidak sebuah 
konsep yang bisa disamakan dengan 'tuhan' (atau Tuhan) di agama lain 
karena adanya beda persepsi atas 'siapa' atau 'apa' itu tuhan menurut 
keyakinan/agama mereka.

Satu, yang mungkin bisa mewakili apa yang ingin ibu utarakan dalam 
konteks "Semua agama sama" adalah surat Al-Kafirun. Secara prinsip 
surat ini menunjukkan sabda Allah kepada Rasul yang diteruskan kepada 
kafirin non-muslim juga ahli kitab, bahwa Islam adalah Islam, tidak 
sama dengan agama lain, tapi silakan saja berkeyakinan dan teguh pada 
apa yang diyakini, sama-sama beragama, tapi tiap agama pasti beda.

salam,
satriyo



Kirim email ke