--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > oke, kita abaikan para penyerang islam dan lebih berfokus pada > kebutahurufan atau ketidakbutahurufan Nabi Muhammad, sumbangannya > terhadap islam. > Seandainya Nabi Muhammad tidak buta huruf, beliau pasti pernah membaca buku. > Dan seandainya beliau membaca buku, maka apa yang beliau baca sedikit > banyak akan berpengaruh pada ajaran yang beliau sampaikan.
Betul, tapi premisnya kan Al-Quran itu devine. Al-Qurannya sendiri kan secara aksioma sudah dianggap original karangan Allah swt. Al-Quran bukan karangan Muhammad saw. Sehingga pengaruh buku yang beliau baca, secara aksioma bukan pada Al- Qurannya tapi pada bagaimana mewujudkan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan rasul membaca artikel 'pengaruh tanah dalam perkembangan bakteri' sehingga untuk kebersihan dan kesehatan perlu mencuci dengan tanah. Kebersihan dan kesehatan adalah tuntunan Al-Quran. Bagaimana supaya bersih dan sehat, diwujudkan sesuai dengan pengetahuan rasul tentang itu. Bagi yang percaya bahwa rasul itu dituntun setiap saat pun, dan ma'sum, hal ini tidak bertentangan, kaerna kita percaya Allah itu Rabbul'Alamin, sehingga artikel yang dibaca oleh Muhammad pun sudah terpilih. demikian menurut saya. > Nah, sekarang misalnya, ajaran yang beliau sampaikan berisi tentang > kisah nabi-nabi yang juga terdapat dalam kitab lain, apa yang > kira-kira dapat disimpulkan? > Apakah mungkin beliau mengarang cerita nabi-nabi itu yang kemudian > kebetulan sama dengan kisah pada kitab yang lain, atau beliau > melakukan plagiarisme, mengutip dari kitab lain namun mengaku bahwa > itu adalah hasil buah karyanya sendiri. > Muhammad saw tidak pernah mengklaim bahwa Al-Quran itu karangan beliau. Menurut beliau, Al-Quran itu 'dikarang' oleh Allah yang juga mengarang buku-buku/kitab lain yang 'dikutip' itu. > Dalam dunia ilmu pengetahuan, Mas Ary sendiri juga tahu, kalau ada > profesor Harvard sekalipun mengutip karya orang lain tanpa memberikan > referensinya, atau mengaku suatu tulisan adalah tulisannya padahal > bukan, termasuk plagiarisme, dan secara etis dan moral adalah suatu > tindakan yang tidak benar, bahkan bisa dimasukkan dalam kategori > melanggar hukum. > Karena Al-Quran memang bukan karangan Muhammad. Dan kutipan-kutipan/adaptasi itu dikutip oleh pengarangnya sendiri (yaitu Tuhan, Allah swt) maka kasus ini bukan plagiarism. Tapi bisa jadi persoalan pembuatan revisi atau format lain atau versi lain dari informasi yang sama. > Nah, turunan dari plagiarisme ini bisa bermacam2. Kalau begitu, ajaran > Nabi Muhammad palsu dong ... kan nyontek. Nah, silakan direnungkan > sendiri. Ini, jika Nabi Muhammad adalah seorang yang melek huruf. > Salah satu janji Allah dalam Al-Quran adalah, bahwa kebenaran Al- Quran itu bisa dibuktikan tanpa ada hubungannya dengan yang lain, termasuk posisi/sifat Rasulullah. Bukankah ada tantangan dalam Al-Quran untuk membuat ayat yang setara? Jadi Muhammad saw itu seorang melek huruf atau nggak, nggak ada hubungannya dengan kebenaran Al-Quran. salam Ary > salam, > -- > wikan > http://wikan.multiply.com > > On 5/2/07, asetijadi2004 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Mas Wikan, > > > > IMHO, > > Kenapa sih kita harus ngurusin "para penyerang Islam"? > > Kalo menurut saya sih, nggak usah diurusin, > > namanya saja orang sudah niatnya jelek, > > mau barang sebagus apa juga dibilang jelek. > > > > Saya kok tidak melihat literate atau illiterate-nya rasul mempunyai > > pengaruh ke otentisitas Al-Quran. > > Al-Quran itu benar, karena memang benar dengan sendirinya. > > Tidak ada pengaruhnya apakah yang bawa Al-Quran itu Rasulullah, > > atau Professor di Harvard ya tetap saja namanya benar ya benar. > > titik, tidak ada koma. > > > > Soal apakah rasul ummi atau tidak kita bahas saja dalam konteks > > sejarah saja. Apakah dia buta huruf atau tidak, dia itu Rasulullah > > dengan segudang pencapaiannya. Jangan malah menjadi masalah ideologis. >