Wikan, wikan, ... di mana kau? ;-]

ada yang larinya ke ranah lingustik ni, nyoba main 'kata-kata' an ... 
hehehe. udah ah ga minat kalo bahas kata, wong in bukan kelas 
linguistik ko ...

tapi ko ada 'tokoh' yang saena udhele mengartikan atau tepatnya 
memberikan definisi baru pada kata 'sekularisasi' malah justru 
membuat di terkenal dan dipuji-puji ... ah beda nasib kali, dia 
memang main kata, saya tidak main kata.

yahhh setidaknya hak saya untuk menyatakan persepsi saya tidak 
dipasung lah di sini, itu sudah saya 'syukuri' ... ;-]

eh ... iya, mana ya Wikan?

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "asetijadi2004" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Salam
> 
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <efikoe@> wrote:
> >
> > wikan, sikap diskriminatif itu sebetulnya termasuk sebuah 
pemaksaan 
> > kan?
> >
> 
> "sikap diskriminatif" itu bukan kayak kata "smurf" yang bisa 
> diartikan macam-macam. kata "sikap diskriminatif" jelas bukan 
> kata "pemaksaan"
> 
> Abasa itu dalam tafsir ibnu katsir itu peristiwanya sederhana saja.
> Rasulullah sedang ngobrol dengan pembesar quraisy. Datang seorang 
> Ibnu Ummu Maktum yang buta dengan kebutuhan yang mendesak untuk 
> bertanya pada Rasulullah.
> 
> Hanya karena Rasulullah sedang berharap pembesar Quraisy itu bisa 
> dapat menerima petunjuk beliau, beliau dengan MUKA CEMBERUT DAN 
> MEMALINGKAN MUKA, memerintahkan Ibn Ummu Maktum untuk menunggu.
> 
> Sikap buruk ini yang dicela oleh Allah.
> 
> Untuk mas Wikan, 
> IMHO, peristiwa ini malah memperlihatkan sifat maksum-nya 
Rasulullah.
> Ketika Rasulullah berbuat kesalahan, Allah memberi petunjuk 
langsung 
> agar Rasulullah bisa memperbaikinya.
> 
>  
> > nah kisah bagaimana Rasul 'memaksakan' keinginannya agar pamannya 
> > masuk islam, baik secara verbal, tapi tetap ditolak pamannya, 
atau 
> > secara non-verbal dengan menciumi sekujur tubuh pamannya agar 
tidak 
> > disentuh api neraka (wah Rasul truth-claim ni, yakin pamannya 
masuk 
> > neraka, padahal baiknya minta ampun kepada ponakannya ini! 
hehehe) 
> > sehingga Allah menegur sikap rasul ini dengan sebuah ayat bahwa 
> > tugas 
> > Rasul bukan memaksa orang masuk Islam, tapi menyampaikan 
kebenaran 
> > islam dan Allah lah yang punya hak prerogatif untuk menuntun ybs 
> > kepada/masuk Islam. jadi setidak Rasul 2x 'ditegur' Allah. 
> Manusiawi 
> > saja.
> 
> Jadi,
> ini pelajaran bagi kita semua. hak kita hanya menyampaikan.
> dan jelas TIDAK MUNGKIN RASUL MEMAKSA SIAPA SAJA UNTUK MASUK ISLAM.
> 
> salam
> Ary
> 
> > 
> > Nah predikat ma'shum (ejaan arab dalam transliterasi latin yang 
> > terdekat) atau maksum (ejaan yang desesuaikan dng pelafalan lidah 
> > indonesia) itu bukan berarti 'suci' tapi 'terjaga' yang maksudnya 
> > terjaga dari perbuatan dosa/maksiat tapi bukan berarti tidak bisa 
> > melakukan kesalahan. hanya malaikat yang 'suci' tapi bukan 
maksum. 
> > dan ini juga contoh bagaimana perlunya teliti dalam mengetahu dan 
> > memahami kata yang bukan dari bahasa indonesia asli (eh apa ada 
ya 
> > yang demikian?) karena ada kata-kata dari bahasa asing yang lalu 
> > mengalamai pergeseran makna, dan ada yang masih tetap memiliki 
> makna 
> > asli hanya menjadi 'beda' ejaannya, spt contoh 'maksum' di atas.
> > 
> > salam,
> > ;-]
> > 
> > PS: shalat jum'at yuk ...
> > 
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo" 
> > <wikan.danar@> wrote:
> > >
> > > sebenarnya tindakan yang dilakukan oleh Rasulullah (kalau benar 
> yang
> > > dikritik dalam surat Abasa adalah Rasulullah) adalah manusiawi. 
> > Dengan
> > > melakukan dakwah kepada pembesar /golongan pemimpin ada 
harapan, 
> > jika
> > > pemimpinnya ikut Islam, maka lebih mudah bagi 
> bawahannya/pengikutnya
> > > untuk masuk Islam juga. Hal ini juga yang dimaksudkan oleh 
> > Rasulullah
> > > dengan mengirim surat kepada raja/raja Romawi dan Persia untuk 
> masuk
> > > Islam. Kalau bossnya udah kepegang, anak buahnya tinggal ngikut.
> > > Ketimbang ngrekrut satu orang biasa, mendingan ngajakin seorang 
> boss
> > > dengan 100 anak buah. Dapet bossnya, nambah pengikut sekalian 
100.
> > > Pola ini kemudian juga berkembang dalam dakwah di nusantara yang
> > > antara lain dilakukan oleh Wali Songo dengan menikahi anak-anak 
> raja
> > > nusantara dengan demikian rakyat akan mengikuti agama rajanya.
> > > 
> > > Namun pola pikir yang manusiawi ini dikecam oleh Allah, karena
> > > tindakan yang diskriminatif. Tiap orang berhak mendapat 
pelayanan
> > > dakwah yang sama, meskipun dia raja ataupun rakyat biasa.
> > > 
> > > Di sisi lain, terdapat juga kisah hubungan antara Nabi Muhammad 
> > dengan
> > > pamannya yang sangat baik. Pamannya dikisahkan sebagai 
pelindung 
> > Nabi
> > > Muhammad yang setia dan utama, namun satu kelemahannya tidak 
masuk
> > > Islam. Bagaimanapun usaha Nabi Muhammad, tetap saja pamannya 
tidak
> > > masuk Islam sampai akhir hayat. Saya pikir jika Nabi ingin 
> > memaksakan
> > > pendapat, tinggal paksa saja pamannya untuk masuk Islam, namun 
> > beliau
> > > tidak melakukan.
> > > 
> > > Dalam kisah yang lain, saat berdakwah di Thaif, Nabi Muhammad
> > > mengalami penolakan yang besar dari rakyat setempat sampai 
> dilempari
> > > batu. Waktu itu Malaikat Jibril menawari Nabi Muhammad untuk
> > > menjatuhkan laknat pada penduduk Thaif, yang mana kesempatan 
itu 
> > tidak
> > > digunakan oleh Rasulullah SAW. Kalau memang Nabi mau memaksakan
> > > pendapat, tinggal ancam saja penduduk Thaif dan sikat habis
> > > penentangnya, tapi beliau tidak melakukan.
> > > 
> > > Saya sendiri percaya bahwa Rasulullah SAW adalah maksum, terjaga
> > > kesuciannya. Maka tindakan yang dilakukan oleh Rasulullah bukan 
> > karena
> > > emosional atau memaksakan pendapat, karena toh yang memberikan
> > > petunjuk dan hidayah hanyalah Allah SWT. Rasulullah sering 
> mengklaim
> > > bahwa beliau hanyalah diutus untuk menyampaikan, bukan memaksa. 
> > Dalam
> > > hal surat Abasa, saya sendiri masih belum terlalu yakin apakah 
> yang
> > > dikecam di situ adalah Rasulullah karena menurut saya itu 
> > bertentangan
> > > dengan kemaksuman Nabi SAW. Dulu ada tulisan, bahwa surat Abasa 
> itu
> > > tidak merujuk kepada Nabi tetapi kepada seorang yang lain. Tapi 
> yang
> > > lebih populer memang merujuk kepada Nabi SAW. Wallahu a'lam bish
> > > shawab.
> > > 
> > > wassalam,
> > > --
> > > wikan
> > > http://wikan.multiply.com
> > > 
> > > On 5/11/07, Chae <chairunisa_mahadewi@> wrote:
> > > >
> > > >  Asbabul nuzulnya yang saya tahu sama dgn yang telah  uraikan 
> > oleh Pak
> > > >  Satriyo dan Pak Wikan hanya saja teguran yang diberikan 
kepada 
> > Rasul
> > > >  karena bersikap DISKRIMINTAIF DAN BUKAN KEPADA PEMAKSAAN 
> > PENDAPAT,
> > > >  saya setuju dengan kesimpulan Pak Wikan...Saya rasa Rasul 
tidak
> > > >  memaksakan kehendaknya kepada para pembesar Quraisy tapi 
sikap 
> > Rasul
> > > >  adalah LEBIH FOKUS/MENGUTAMAKAN/MEMILIH/MEMPRIORITASKAN 
> pembesar
> > > >  quraisy dibanding si buta.
> > >
> >
>


Kirim email ke