Dari milis sebelah masih tentang Istiwa, penentuan arah Kiblat. 
Semoga bermanfaat ...

satriyo

--- In [EMAIL PROTECTED], Ma'rufin Sudibyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Sedikit nambahkan saja.

Ini salah satu hikmah mengapa kiblat dipindahkan ke
Ka'bah (koordinat 21 derajat 25 menit LU 39 derajat 50
menit BT, menurut Pakistan Army Corps of Engineer) di
Masjidil Haram (lihat al-Baqarah 144), karena posisi
kota Makkah (termasuk Ka'bah juga) berada di selatan
garis balik utara 23,5 LU sehingga senantiasa
dilintasi gerak semu Matahari dua kali tiap tahun
Gregorian. Bayangkan seandainya kiblat itu tetap di
Masjid al-Aqsa Jerusalem, ataupun di Madinah misalnya,
maka kita tidak bisa menggunakan cara yang sangat
praktis dan mudah ini guna menentukan arah kiblat.

Prinsip yang dipakai adalah gerak semu tahunan
Matahari. Benda langit lain bisa saja dipakai, namun
Matahari memiliki kelebihan karena gerakannya bisa
diprediksi dengan akurasi sangat tinggi (berbeda
dengan Bulan, misalnya) dan sinarnya sangat cemerlang
sehingga menghasilkan bayangan tajam. 

Ka'bah dilintasi Matahari masing-masing pada tanggal
28 Mei pukul 09:18 GMT dan 16 Juli pukul 09:27 GMT,
kecuali pada tahun kabisat dimana tanggalnya bergeser
sehari lebih awal. Karena zona waktu Makkah adalah GMT
+ 3, maka pada tanggal-tanggal tersebut penetapan arah
kiblat menggunakan bayangan Matahari bisa dilakukan
untuk daerah-daerah waktu GMT - 2 (Samudera Atlantik)
hingga GMT + 8 (zona WITA), mencakup seluruh benua
Eropa, Afrika dan sebagian besar Asia, tinggal
menyesuaikan waktunya saja. Untuk zona waktu GMT + 10
hingga GMT - 4, tanggal penentuannya adalah 28
November pukul 21:09 GMT dan 16 Januari pukul 21:29
GMT, karena pada saat itu Matahari sedang melintas di
atas titik-lawan (antipode) Ka'bah, yakni di wilayah
Kepulauan Tuamotu di Samudera Pasifik. Sama dengan
diatas, pada tahun kabisat tanggal ini pun maju sehari
lebih cepat. 

Dalam ranah praktis, sebenarnya tidak harus persis
menunggu tanggal 28 Mei dan 16 Juli. Karena Matahari
bukan point-source namun sebagai bundaran berdiameter
0,5 derajat jika dilihat dari Bumi, maka jika kita
tepat berdiri di Ka'bah, deviasi 0,5 derajat masih
bisa diterima, seperti disarankan Dr. T. Djamaluddin
dari LAPAN. Dengan demikian terdapat rentang tanggal
25 - 29 Mei pukul 09:18 GMT serta 14 - 18 Juli pukul
09:27 GMT guna menentukan arah kiblat dengan bayangan
Matahari. Ketelitiannya cukup tinggi dan bisa
disandingkan dengan pengukuran berbasis GPS. Untuk
mencocokkan waktu, bisa dikalibrasi dengan 103-nya
Telkom atau waktu siaran berita RRI (menurut pak
Djamal dengan 103 tidak selalu tepat). 

Sebenarnya, kalau mau, tiap hari kita bisa menentukan
arah kiblat dengan bayangan Matahari koq. Tidak harus
menunggu hingga bulan Mei dan Juli. Jogja Astro Club
telah memperkenalkan metode penentuan arah kiblat
berbasis 4 waktu istimewa, dimana tiap hari selalu ada
dua waktu istimewa untuk menentukan arah kiblat.
Memang dalam metode ini kita harus mengetahui berapa
koordinat bujur dan lintang di titik yang akan kita
ukur arah kiblatnya, namun dengan tersedia Google
Earth atau Wikimapia - jika GPS tidak ada - tidak
sulit untuk mengetahuinya.

Salam


Ma'rufin

--- AR Sugeng Riyadi <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> Assalaam...
> 
> Sebenarnya saya juga buat tulisan seputar
> Istiwa...eh, malah Pak Toha 
> dah nduluin...ya kita2 tinggal kopi-paste aja...plus
> sedikit modif, 
> antara lain di:
> 
> Blog saya http://pakar.blogsome.com/ dan 
> Milis ...
> http://groups.yahoo.com/group/.../
> 
> Di desa, saya juga buat print outnya, tuk saya kopi
> dan sebarkan ke 
> jama'ah pengajian. Semoga coreta ini membawa
> berkah...dan rizki MMC 
> luancaaaar...amien3x.
> 
> wassalaam...
> Pak AR
> http://casa.assalaam.or.id
> 
> 



       
______________________________________________________________________
______________Yahoo! oneSearch: Finally, mobile search 
that gives answers, not web links. 
http://mobile.yahoo.com/mobileweb/onesearch?refer=1ONXIC

--- End forwarded message ---


Kirim email ke