Itulah pemahaman Islam masa kini yg masih jauh dari semangat yg ada
dalam AL-Qur'an.

Bentuk2 penzaliman atas perempuan ini tidak lain adalah peninggalan
budaya jahiliyah yg sebenarnya harus sudah hapus dg turunya Al-Qur'an.
 Sampai sekarang saya belum bisa mengerti mengapa kejahiliyahan itu
belum hapus juga?

Aspirasi perempuan yg ingin mendapat penghargaan sbg manusia yg setara
belum tertampung dalam pemahaman Islam yg ada sekarang.  Terlihat di
milis ini bagaimana tertindasnya hak2 perempuan akibat interpretasi
agama yg doktrinal.  

Sudah waktunya kita memahami agama dg basis rasionalitas dan arahan
kesejahteraan manusia.  Selama pemahaman dan arahan ini belum
dilakukan maka akan tetaplah hak2 perempuan tertindas. 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> Yang memprihatinkan bagi saya adala dokrinitas pembodohan pada
> perempuan atas nama agama, dimana perempuan didokrin agar tidak
> menuntut hak-hak atas dirinya dan justru perempuan di doktrin agar
> dengan rela atau terpaksa mau melepas hak-hak atas dirinya.
> 
> Terhadap poligami sebenarnya perempuan memiliki hak-hak atas sikap,
> pilihan untuk menentukan apakah dia bisa menerima atau menolak
> poligami sesuai dengan kepentinganya. Karena pada dasarnya POLIGAMI
> MEMPUNYAI PELUANG BESAR UNTUK MENIMBULKAN KEZALIMAN
> (MUDHARAT/KEJELEKAN) TERUTAMA TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK-ANAK. Untuk
> itu sebenarnya poligami juga merupakan pilihan tidak saja bagi kaum
> laki-laki tapi juga bagi perempuan.
> 
> Yang terjadi sekarang ini justru sebaliknya, poligami menjadi PILIHAN
> BAGI LAKI-LAKI DAN MERUPAKAN KETETAPAN BAGI PEREMPUAN. DAN INI
> DIATASNAMAKAN PADA DOKRIN2 AGAMA.
> 
> Maka tidak heran ketika LAKI-LAKI MENZALIMI PEREMPUAN MAKA PEREMPUAN
> DI HARUSKAN TIDAK MENUNTUT HAK ATAS DIRINYA DENGAN IMING-IMING BAHWA
> KEZALIMAN YANG DI TERIMANYA AKAN DIBALAS DI AKHIRAT NANTI/DIKEHIDUPAN
> BERIKUTNYA, PERDULI SETAN DENGAN KEHIDUPAN PEREMPUAN DI DUNIA PADA
> DASARNYA PEREMPUAN DI DOKRIN BAHWA KEHIDUPAN NYA DIDUNIA BUKAN UNTUK
> KEPENTINGAN DIRINYA TAPI UNTUK KEPENTINGAN KAUM LAKI-LAKI.
> 
> SEBALIKNYA JIKA LAKI-LAKI DIZALIMI OLEH PEREMPUAN ATAU PEREMPUAN
> MEZALIMI LAKI-LAKI MAKA LAKI-LAKI BERHAK MENGHUKUM PEREMPEMPUAN
> SEDEMIKIAN RUPA.
> 
> 
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <wpamungk@> wrote:
> >
> > Yg saya tahu kalo menurut ilmu psikologi alasan pertama itulah
> sejatinya 
> > sifat dasarnya seseorang. Jadi Teh Ninih sebenernya merasa terluka
> ia tidak suka,
> > Orang yg tertekan akan timbul sifat aslinya.
> > [ cmiiw; pada psikolog, dokter yg ada disini bisa lebih detil
> menjelaskan]
> > 
> > Kecuali kan kalo si isteri itu yg pertama kali menyodorkan/menawari
> perempuan pada suaminya untuk dinikahi.
> > Tapi ini kan enggak; semuanya selalu dilakukan setelah terjadi, mau
> gimana lagi?:-)
> > Di tarekat rufaqa pun yg jelas2 membudayakan poligami, ada yg kaum
> suami bilang pada isteri tuanya setelah terjadi 
> > pernikahan. 
> > Rasanya gimana gitu kalo ternyata madunya adalah kawan karib tempat
> ia curhat tentang suaminya yg kegenitan, misalnya :-)
> > Madunya itu ibarat pecundang seperti menggunting kain di lipatan -
> menohok dari belakang
> > 
> > Lain dibibir lain dihati.
> > Semakin tekanan jiwa itu menjadi beban bisa jadi penyakit fisik dan
> kejahatan.
> > Wallahualam
> > 
> > Salam
> > l.meilany
> > [ lagisukaberperibahasamohonmaap]
> > 
> >   ----- Original Message ----- 
> >   From: Aisha 
> >   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com ;
> [EMAIL PROTECTED] 
> >   Sent: Saturday, May 26, 2007 6:27 AM
> >   Subject: [wanita-muslimah] Ustadzah juga manusia ...:)
> > 
> > 
> >   Yang menarik di tulisan ini, walaupun Teh Ninih menyangkal pernah
> ingin cerai, tapi di bawah ini di paragraf wawancara dengan ayahnya
> Teh Ninih - HM Mukhsin pengasuh Pesantren Kalangsari bahwa SAAT INI
> memang Teh Ninih tidak minta cerai, tapi SAAT AA GYM MENIKAH LAGI
> ayahnya Teh Ninih mengaku bahwa Teh Ninih sempat menangis dan
> mengatakan ingin berpisah. Jadi ketika di tv muncul wajah Teh Ninih
> yang kurus dengan bibir bergetar mengatakan ikhlas suaminya menikah
> lagi, ternyata itu sudah melalui perjuangan besar, jelas bahwa Teh
> Ninih terguncang saat mengetahui pernikahan diam-diam suaminya dan
> ingin cerai. 
> > 
> >   Kesimpulannya, ustadzah seperti Teh Ninih juga ternyata manusia
> juga ya, mungkin saja sebelumnya dalam ceramahnya menyatakan
> persetujuannya terhadap poligami, dan waktu pernikahan diam-diam ini
> terungkap di media massa, sambil ketawa-ketawa Aa Gym mengatakan bahwa
> suami istri ini dalam beberapa tahun sebelumnya sudah membicarakan
> poligami dengan calon istri mulai dari yang janda sampai gadis. Tetapi
> saat kejadian poligami ini terjadi, ternyata ustadzah ini juga
> terguncang, saya tidak tahu apakah ini karena suaminya nikah diam-diam
> dengan wanita yang mantan model yang lebih muda dan lebih cantik?
> Apakah sang ustadzah tidak akan terkejut, tidak akan berniat minta
> cerai jika suaminya tidak nikah diam-diam dan menikahi wanita yang
> lebih jelek dan lebih tua?..:) Ingatan saya jadi ke satu acara Padamu
> Negeri di Metro TV yang memperlihatkan kelompok perempuan dari HT yang
> 100% setuju suami-suami menikah lagi tapi ketika ditanya, suami mereka
> belum ada yang menikah lagi, apakah mere! ka ini akan tetap tertawa
> dan setuju jika suami-suami mereka bener-bener menikah lagi? Apakah
> mereka akan lebih kuat dari teh Ninih yang menangis (dan rumor masuk
> RS juga) lalu sempat ingin cerai juga?
> > 
> >   Di pengakuan ayahnya Teh Ninih juga tergambarkan bahwa sejak
> menikah lagi, Aa Gym tidak pernah mengunjungi mertuanya (walaupun
> uangnya tetap datang) padahal sekarang tawaran berceramahnya kan
> menurun, artinya lebih banyak waktu luang dibanding saat laris dulu.
> Mertuanya tahu tentang mantu yang nikah lagi juga dari anaknya, saya
> jadi ingin tahu, apakah etikanya seorang laki-laki yang mau nikah lagi
> harus lapor dulu ke mertuanya? Kalau tidak salah mantunya Rasulullah
> (suami Siti Fatimah) itu minta ijin dulu - minimal bicara ke mertuanya
> ketika berniat menikah lagi ya? Apakah ini salah satu etika dalam
> Islam, atau memang tidak ada etika ini, dan ketika sudah menikah
> dianggap seorang anak perempuan itu menjadi milik suaminya yang bisa
> diapakan saja tanpa harus orang tua perempuan itu tahu apa yang terjadi?
> > 
> >   Pernah juga di RCTI dan TPI, dibahas tentang ustadz dan ustadzah,
> selain lebih sepinya DT pasca poligaminya Aa Gym, juga dibahas
> pernikahan ke tiganya ustadzah Lutfiah Sungkar yang hanya berumur 1
> bulan. Kasus-kasus perceraian atau poligami dikalangan para pendakwah
> itu kembali lagi memperlihatkan bahwa mereka yang punya ilmu agama dan
> menceramahi orang lain tentang agama ini juga manusia ya? manusia yang
> bisa sangat tertarik terhadap perempuan lain sehingga menikah lagi
> diam-diam, manusia yang bisa terluka hatinya karena pernikahan
> suaminya atau karena kasus lainnya sehingga menggugat cerai walaupun
> baru 1 bulan menikah.
> > 
> >   salam
> >   Aisha
> >   ----------------
> >   From : Flora Pamungkas
> >   Subject : [wanita-,muslimah] Ninih Menepis Gosip Cerai
> > 
> >   Ninih Menepis Gosip Cerai
> >   "APA PUN YANG TERJADI, SAYA DAN AA HARUS BERSAMA SAMPAI DI AKHIRAT
> NANTI!" 
> >   http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=13803&no=2
> > 
> >   Setelah Aa Gym berpoligami, gosip miring kerap menghampiri
> hubungan Aa Gym-Teh Ninih. Baru-baru ini berhembus kabar, Ninih (40)
> diisukan minta cerai. Benar demikian? "Enggak pernah kepikiran pisah
> dengan Aa!" Kini ibu dari 7 anak ini semakin rajin berdakwah. Salah
> satu alasannya, sekarang Ninih tak perlu fokus lagi mengurus Aa Gym
> karena sudah berbagi tugas dengan madunya, Rini. Berikut obrolan
> dengan Ninih. 
> > 
> >   Sejak kapan mulai berdakwah? Kalau mengajar, sudah saya lakukan
> sejak remaja hingga kuliah. Untuk berdakwah, terhitung sejak 5 tahun
> yang lalu. Karena sudah disiapkan, ya, enggak menemukan kesulitan.
> Awalnya ditandem dulu oleh Aa, lalu Aa memberi masukan tentang
> kurang-lebihnya dakwah saya. Saya disiapkan Aa seperti mengajar anak
> TK. Tapi senang, kok, diajari Aa. Ha. . ha.. 
> > 
> >   Kabarnya akan pulang ke rumah orang tua di Cijulang? Bukan pulang,
> tetapi mau dakwah di rumah Teteh,karena ibu-ibu di sana sudah kangen
> sekali. Memang, biasanya ke sana dengan Aa. Sekarang Teteh mencoba
> sendiri saja. Tak masalah, kok. Malah latihan mandiri di kampung
> halaman sendiri. 
> > 
> >   Biasanya memang Aa yang dakwah lebih banyak, Teteh kebagian
> sedikit. Sekarang Aa menganjurkan mandiri, supaya tidak
> dibayang-bayangi kebesaran nama Aa. Kata Aa, "Saya mempersilahkan
> Mamah (panggilan Aa Gym pada Ninih,
> >   Red.) untuk leluasa berkreasi dalam berdakwah penuh." Tapi Aa
> selalu SMS, kok, memberikan masukan tentang poin-poin yang penting
> untuk materi dakwah Teteh. Misalnya, ketika Teteh ceramah tentang
> kecantikan wanita, pekan lalu
> >   di Tangerang, Teteh minta saran dan Aa mengatakan, kecantikan
> wanita itu bukan dari topeng, melainkan dari qolbu-nya. Nah, Teteh
> ingat terus kata-kata itu.
> > 
> >   Apakah latihan mandiri itu bisa diartikan saat ini sedang dilatih
> agar bisa mandiri dan kelak hidup sendiri? Kalau Aa melatih mandiri,
> itu karena kita tidak tahu apa yang bakal terjadi. Jadi, seorang istri
> harus disiapkan dalam segala hal, agar tidak bergantung pada suami.
> Misalnya, dalam hal keuangan. Namanya usia, ka, tidak bisa diduga.
> Siapa tahu suami yang lebih dulu pergi selamanya. Nah, istri harus
> disiapkan dalam kemandirian. Dalam hal tauhiid, itu jelas, enggak
> boleh bergantung kepada manusia, tetapi bergantung kepada Allah. 
> > 
> >   Jadi, sudah sejak lama Aa menyiapkan saya untuk mandiri. Bukan
> dalam arti harafiah, tetapi untuk melebarkan dakwah agar lebih luas.
> Dengan begitu, Aa dan Teteh bisa berdakwah di dua tempat berbeda dalam
> waktu yang sama. Hanya
> >   saja, Aa biasanya berdakwah lebih umum, sementara Teteh lebih ke
> topik perempuan. Itu akan lebih match. Di sini (arti) kemandirian itu
> bukan untuk bersaing, melainkan untuk saling maju dan saling
> menguatkan wawasan supaya
> >   lebih melebar.
> > 
> >   Jadi, kabar mau pisah dari Aa Gym tidak benar? Memang ada isu
> begitu? Siapa yang bilang? (Ninih mengernyitkan dahi) Ada saja, kali,
> yang iseng, ya. Wah, malah makin indah cintanya kalau begitu. Makin
> rindu karena cintanya bukan karena nafsu, melainkan cinta hakiki yang
> tujuannya kepada Allah. Allah yang menanamkan cinta. Boro-boro kepikir
> cerai Sebaliknya, pikirannya makin terikat dan saling menyayangi.
> > 
> >   Tetapi sempat terpikir untuk berpisah? Enggak ada. Namanya isu,
> cuma memanas-manasi. Masak sudah sudah 20 tahun kami merintis, kalau
> hanya karena kejadian kemarin, terus saya mundur? Alangkah ruginya. 
> > 
> >   Jadi, yang sudah dirintis ini harus dipertahankan. Bahkan harus
> lebih baik. Sebaliknya, kehadiran istri kedua bukan sesuatu yang jelek
> kalau disikapi dengan baik. Satu visi, satu misi.. Hanya saja memang
> butuh proses, perlu waktu.
> > 
> >   Apakah proses itu sudah selesai? Masih terus berlangsung. Namanya
> juga hidup, ingin lebih baik. Saya mensyukurilah, menikmati setiap
> episode kehidupan ini. Kalau menunggu yang belum terjadi, capek, ya?
> Mendingan dinikmati apa yang kita lakukan sekarang menikmati apa yang
> Allah berikan, Syukuri terus karunia yang Allah berikan. Pasti kelak
> Allah menambah lebih banyak lagi karunia lain. Saya yakin akan hal itu. 
> > 
> >   Tetapi pernah membayangkan seandainya kelak hidup terpisah? Sama
> sekali enggak. Yang kebayang adalah sama-sama di dunia dan sama-sama
> di akherat. Titik. Soalnya, karena tujuan menikahnya hanya untuk Allah
> (jadi) akan bertahan. Apa pun yang menggoda.
> > 
> >   Tidak sedikit pun punya pikiran seperti itu (pisah, Red). Dari
> awal tujuan menikah adalah berdakwah. Jadi, apa pun yang terjadi, saya
> dan Aa harus bersama sampai di akhirat nanti. 
> > 
> >   Memang, tantangan pasti ada. Ujian pasti ada. Misalnya, Aa menikah
> lagi. Tapi karena tujuannya harus sama-sama sampai di akhirat nanti,
> sama sekali enggak terpikir untuk berpisah. Jangan sampai, ah! Enggak
> ada pikiran berpisah.
> > 
> >   Jadi, tidak ada yang berubah sejak Aa Gym menikah lagi? Enggak
> ada. Yang saya rasakan justru Aa semakin dewasa. Terutama kesabarannya
> meningkat banyak, empatinya juga meningkat. Benarlah Aa merupakan
> pemimpin umat. Kejadian yang timbul akibat Aa menikah lagi dibuat
> menjadi sarana berlatih. Misalnya, kalau sebelumnya Aa selalu sibuk
> dengan urusan bisnis dan urusan dakwah, sekarang Aa malah lebih banyak
> mengisi waktu dengan belajar agama dan kuliah lagi. Jadi, kami
> sama-sama belajar.
> > 
> >   Bagaimana menyampaikan kabar ketika ayahnya menikah lagi sehingga
> bisa tidak lagi bersama mereka setiap hari?
> >   Kebetulan Aa sudah terbiasa meninggalkan anak-anak karena harus
> berdakwah ke berbagai tempat.. Jadi, sebelum menikah lagi pun, Aa
> sudah tidak setiap malam tidur di rumah. Sudah diprogramkan 3 hari
> berada di luar kota, sisanya
> >   tidur di rumah. Ketika Aa tidak di Bandung, saya sendirian dengan
> anak-anak.
> > 
> >   Sekarang memang sudah ada Mamah baru. (Rini, Red.) (Ninih sempat
> terdiam sejenak) Bagi saya, ini kesempatan untuk menjelaskan bahwa
> kondisi sekarang harus disyukuri, karena Bapak sudah ada yang ngurus
> ketika harus pergi ke
> >   luar kota. 
> > 
> >   Secara perlahan mereka bisa memahami, kok, walaupun ada beberapa
> anak yang perlu waktu untuk memahami situasi tersebut. Maklum, namanya
> juga anak-anak.Ini tantangan bagi saya. Sekarang anak-anak sudah
> sangat paham.
> > 
> >   Dengan kesibukan berdakwah, waktu Anda jadi berkurang untuk
> anak-anak? Ah, sama aja, ya (Ninih lalu tertawa lepas). Cuma saja,
> sekarang, karena sudah berbagi tugas dengan Teh Rini, kesempatan untuk
> berdakwah lebih banyak
> >   Tidak lagi fokus mengurus Aa sebab secara pribadi karena sudah ada
> yang mengurus. Itulah hikmahnya. Makanya jadi sip, deh. Harus dibuat
> sip, deh (Tersenyum sambil memainkan buku di tangannya). 
> > 
> >   Sekarang dakwah saya menjadi lebih luas, walaupun mengurus
> keluarga tetap nomor satu. Memang Aa selalu berpesan, kalau kita
> selalu bisa mendakwahi keluarga, maka kita akan kuat berdakwah keluar.
> Sebaliknya, kalau lemah
> >   berdakwah di keluarga, akan lemah pula berdakwah di luar. Jadi,
> (dakwah) di rumah tetap nomor satu. 
> > 
> >   SEMPAT INGIN PISAH 
> >   Selain Ninih, yang juga menepis isu Ninih minta cerai adalah sang
> ayah, HM Mukhsin (70). "Kabar dari mana itu? Setahu saya, sekarang
> keluarga mereka baik-baik saja. Kalau Ninih berniat demikian, akan
> saya larang dengan keras.
> >   Tidak boleh," ujar Mukhsin berulang kali, ketika ditemui di
> rumahnya di Cijulang, Ciamis Selatan (Jabar), Rabu (15/5).
> > 
> >   Namun Mukhsin yang juga pengasuh Pesantren Kalangsari, Cijulang,
> membenarkan putri keduanya (dari 5 bersaudara) itu sempat keceplosan
> ingin berpisah. Tepatnya saat Ninih mengabari Aa Gym sudah menikah
> lagi. "Dia mengabari
> >   lewat telepon dan menangis. Semua itu saya anggap wajar. Wanita
> mana, sih, yang tidak sedih mengetahui suaminya menikah lagi? Lalu
> saya nasihati, jangan pernah berniat cerai. Dia bisa menerima saran
> kami. Lambat laun Ninih sudah bisa menerima keadaan," ujar Mukhsin.
> > 
> >   Kini, lanjutnya, kondisi rumah tangga putrinya sudah normal
> kembali. Kalaupun ada yang berubah, "Aa Gym sudah jarang berkunjung ke
> sini. Kalau dulu, bisa tiga bulan sekali pasti disempatkan untuk
> datang. Namun sejak menikah lagi, belum sekali pun datang," kata
Mukhsin.
> > 
> >   Tidak berkunjung lagi bukan berarti Aa Gym melupakan Pesantren
> Kalangsari. Ia masih tetap membantu pesantren yang mendidik sekitar
> 200 santri itu. "Dia masih tetap mengirim uang," tutur Mukhsin.
> > 
> >   [Non-text portions of this message have been removed]
> > 
> > 
> > 
> >    
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>


Kirim email ke