Mas Dana : Bagi saya poligami adalah suatu solusi bagi terlantarnya banyak perempuan karena ditinggal mati oleh suami mereka yg gugur di medan perang di jaman itu
-------------------------- Jani - ki : Jangan - jangan mas Dana belum membaca Koran tahun ini ya ?, engga tahu ya kalau jaman sekarang ada peperangan dimana para muslim pada menjadi korban dan banyak janda ? Mas Dana, rasional boleh tapi ya sebaiknya kita jangan lupa "mengasah" hati nurani kita sehinga menjadi bersih dan "cling" sehingga kita bisa melihat, merasakan perubahan jaman. Siang --oo0oo-- Dan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Itulah spt yg saya katakan bahwa pemahaman Islam saat ini belum menampung aspirasi perempuan moderen secara memuaskan. Bagi saya poligami adalah suatu solusi bagi terlantarnya banyak perempuan karena ditinggal mati oleh suami mereka yg gugur di medan perang di jaman itu. Poligami dg niat baik ini memang sangat luhur. Ingat bahwa di abad ke 7 itu perempuan enggak ada yg jadi lawyer, bankir, manager, dokter dsb. Jadi tentunya banyak yg terlantar dan barangkali harus melacurkan diri demi memberi makan anak2nya. Akan lebih terhormat bagi si perempuan dan anak2nya itu jika dinikahi secara resmi oleh laki2 yg mampu membiayai mereka. Dalam situasi darurat spt itu. Tapi hari gini, wah ... Poligami menjadi pembenaran keserakahan seksual yg tidak bertanggung jawab. Keserakahan yg tidak bertanggung jawab ini tidak lain akan membuahkan kesengsaraan bagi perempuan dan anak2. Kesengsaraan ini selain kejam juga merusak masa depan bangsa. Bayangkan apa yg terjadi pada pendidikan anak2 kalau main kawin cerai tanpa kewajiban memberi tunjangan pada anak2 dan istri. Sebagai bangsa yg beradab tentu kita harus berpikir apakah memang hak berpoligami laki2 itu tidak dilakukan atas pengorbanan wanita dan anak2? Lakukan uji prinsip dan dampak dari setiap keputusan berpoligami ... Adakah ada yg dirugikan oleh keputusan itu? Siapa saja? Kalau yg dirugikan itu adalah istri dan anak2 tercinta tentunya harus dipikir lagi matang2 dan lakukan pengendalikan keserakahan seksual itu. Jangan dibudaki oleh nafsu seksual. Itu hewani. Semua bentuk keserakahan tidak lain akan hanya membawa bencana, semua keserakahan baik thd harta, kekuasaan, seksual dsb .... Analisalah secara rasional setiap tindakan dan keputusan kita... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "RAHIMA" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ada Apa dibalik Poligami? > Temukan jawabannya di www.rahima.or.id > > Mari Menggali Lebih dalam Titah Ilahi... > Oleh: Leli Nurohmah > > Berupaya menjadi pendengar yang baik saat mendengar tuturan derita perempuan yang diduakan dalam perkawinannya bukan satu dua kali bagi saya. Sebut saja Ibu Sri yang semenjak tahu suaminya telah menduakannya dengan perempuan yang sangat dia kenal selama dua bulan lamanya ia menolak untuk melakukan sholat lima waktu, bahkan membaca al-Qur'an. > > > ---------------------------------------------------------- > > Wawancara dengan Dra. Pinky Saptandari, MA. > Dalam Kenyataan Praktik Poligami > Seringkali Melanggar Hak Perempuan dan Anak > > Mengapa pengaturan soal poligami ini diperlukan? > Oh tentunya biar tidak menggampangkan praktik poligami. Walaupun perkawinan poligami dibenarkan secara agama maupun hukum positif, hendaknya dilakukan menurut aturan yang berlaku, dipikirkan masak-masak dampaknya, dan bukan hanya penutupan dari persoalan syahwat saja. Realitas sekarang seolah-olah syahwat itu dibenarkan oleh jargon "daripada maksiat mendingan kawin lagi". Kalau membandingkan - poligami jangan dibandingkan dengan perselingkuhan. > > > ---------------------------------------------------------- > > Berjihad untuk Tak Berpoligami > Oleh : AD. Kusumaningtyas > > Heboh berita tentang seorang da'i kondang kawin lagi, ternyata bukan semata persoalan seputar pribadi sang ustadz belaka. Sontak, isu ini menjadi perbincangan serius dan menggemparkan negara. Sejumlah SMS berseliweran, sampai-sampai 'negara' pun merasa perlu turun tangan. Sebenarnya, inilah fenomena yang oleh para aktivis perempuan disebut sebagai "the personal is political". Yang pribadi, adalah yang politis. Urusan kawin lagi, bukan sebatas urusan seseorang dengan seseorang yang dikawininya. Ternyata, ia sangat terkait dengan "hajat hidup orang banyak" seperti istri pertama maupun anak-anaknya. Belum lagi soal keadilan materi maupun perasaan sebagai sesama perempuan. Boikot kaum ibu majelis ta'lim atas sebuah lembaga pengajian di Bandung menunjukkan situasi ini. Tak heran, kalau ada salah satu ulama yang bahkan berpendapat bahwa poligami hukumnya "haram lighairihi", diharamkan karena menyangkut nasib orang lain. > > > ---------------------------------------------------------- > > Tafsir AlQuran > Membaca Kembali Ayat Poligami > Oleh : KH. Husein Muhammad > > Poligami merupakan problem sosial klasik yang selalu menarik diperbincangkan sekaligus diperdebatkan di kalangan masyarakat muslim di seluruh dunia. Perdebatan pada tingkat wacana itu selalu berakhir tanpa pernah melahirkan kesepakatan. Kesimpulan dari perdebatan ini memunculkan tiga pandangan. Pertama pandangan yang membolehkan poligami secara longgar. Sebagian dari pandangan ini bahkan menganggap poligami sebagai "sunnah", yakni mengikuti perilaku Nabi Muhammad saw. Syarat keadilan yang secara eksplisit disebutkan Alquran cenderung diabaikan atau hanya sebatas argumen verbal belaka. Pandangan kedua membolehkan poligami secara ketat dengan menetapkan sejumlah syarat, antara lain adalah keadilan formal-distributif, yakni pemenuhan hak ekonomi dan seksual (gilir) para istri secara (relatif) sama serta keharusan mendapat izin istri dan beberapa syarat lainnya. Ketiga, pandangan yang melarang poligami secara mutlak. > > > [Non-text portions of this message have been removed] > Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]