Mba Lina,
Sebenarnya pertanyaan saya itu meliputi 2 hal, mba Titi ini kan umroh sekalian 
nikah, sementara di cerita lainnya tentang peneliti kulit putih itu mau 
melakukan ibadah haji itu. Dua hal  di dua muslimah ini kan terkait izin dari 
orang lain, apakah memang harus seperti itu - misalnya umroh atau naik haji 
bagi para janda itu harus seizin keluarganya? Bagaimana jika kasusnya 
keluarganya itu non muslim, sementara muslimah kulit putih itu anaknya masih 
kecil, hanya karena dia janda lalu minta izin anak kecil hitam di atas putih? 
Zaman dulu ketika orang mau naik haji/ umroh itu naik kapal laut dan di 
sesampainya di sana juga harus melalui gurun, sangat mungkin wanita itu (juga 
laki-laki) celaka atau dirampok, tidak aman. Tapi sekarang kan kita bisa 
haji/umroh yang plus itu (ONH plus), dengan rombongan, hotel yang dekat tempat 
ibadah, makan makanan Indonesia yang selalu tersedia melimpah, perjalanan di 
sana juga jika tidak pakai pesawat kan naik bis bagus berAC rame2, kecil 
kemungkinan tidak aman. Kecuali kalau di sana di tidur tenda, naik unta atau 
taxi, jalan kaki, dll - mungkin tidak begitu aman.

Pernah juga diobrolkan di acara keluarga besar, koruptor yang masuk pengadilan 
atau koruptor yang bebas dari hukuman itu naik haji/umroh, tapi pulang ke sini 
gak ngembaliin hasil jarahannya, padahal naik haji/umroh itu latihan mati, baju 
ihrom kan seperti kain kafan, gak mikirin dunia saat itu, hanya berusaha 
mendekatkan diri ke Allah. Jika mereka masih bisa pulang dalam keadaan hidup, 
seharusnya lah mereka itu bisa hidup lebih baik. Dan yang namanya haji mabrur 
itu kan yang tindak tanduk, cara bicara, cara berfikir, dll-nya berubah setelah 
melakukan ibadah tersebut. Kalau tetep kelakuannya bukan haji mabrur tapi 
haji-hajian 'kali ya?..:)

Ada yang menarik ketika Maia mau umroh, Ahmad Dhani menjawab pertanyaan 
wartawan sambil rada2 bingung, kan dia mikir istrinya ini selingkuh dengan 
konglomerat, lalu mau umroh untuk bersih-bersih diri, lucunya sang istri 
menangis di hadapan wartawan, minta maaf ke suaminya tapi sambil menyuruh 
pengacaranya untuk melaporkan suaminya ke polisi. Waktu itu saya bingung juga 
ketika Ahmad Dhani mengatakan bahwa naik haji/ umroh itu kan menghadap Tuhan, 
sebelum mohon ampun ke Tuhan, selesaikan dulu masalah dengan suami, jika mau 
minta maaf, minta maaf di rumah dan perbaiki kelakuan, baru lah memohon ampun 
ke Tuhan dan tidak perlu ke Mekah, tobat itu kan dimana saja. Maksud mba Lina 
kasus seperti ini ya?

salam
Aisha 
----------
>From : Lina Dahlan
Mbak Ai,
Janda nikah lagi perlu izin atau janda pergi haji/umroh perlu izin? Yang mana 
yang jadi pertanyaan?

Sekarang ini kebanyakan orang pergi haji untuk tamasya, dan kalau tak salah ini 
salah satu tanda kiamat.

Kadang saya bingung juga, banyak orang (tajir) berkasus dan memilih pergi 
haji/umroh tuk dpt menyelesaikan kasusnya. Apa iya hal tsb dpt memecahkan 
masalah ato mendapat petunjuk? Pergi haji kan niatnya hanya untuk ibadah (dan 
siap untuk mati), bukan buat pemecahan masalah tertentu.

Ada kejadian Suami istri yang sedang bermasalah mau cerai, setelah banyak 
pertimbangan dan keraguan, akhirnya memutuskan pergi haji. Diperjalananpun 
terlihat ketidak-akuran suami istri tsb. Setelah pulang hajipun, akhirnya 
mereka bercerai.

Jadi, saya pikir kalau mau pergi haji, tinggalkanlah segala niat dan masalah 
selain untuk ibadah saja.

wassalam,
--- <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Temans,
Sebelum Titi DJ berangkat umroh sambil menikah dengan Ovie, di TV ada wawancara 
dengan seorang ustadz, wartawan menanyakan kasus Titi yang tidak didampingi 
keluarganya, tapi membawa umroh para pembantunya. Jawaban ustadz itu, 
"sebenarnya tidak bisa, seorang perempuan ke mesjid saja tidak wajib, apalagi 
ke tempat jauh".
Saya tidak mengerti ucapan ustadz itu, tidak jelas, atau mungkin pihak tv atau 
production house yang memotong bagian kalimat ustadz itu, yang jelas dengan 
jawaban itu saya menganggap pendapat ustadz tsb bahwa wanita janda seperti Titi 
tidak boleh berangkat sendiri umroh, apalagi nikah tanpa didampingi mahrom atau 
keluarganya.

Di berita lainnya dijelaskan bahwa beberapa hari sebelumnya sudah ada acara 
lamaran di rumah Titi. Kata teman saya, keluarganya Titi memang keluarga non 
muslim, Titi saja yang muslimah. Kalau itu benar, mungkin itu alasan Titi tidak 
didampingi keluarganya. Dan tentang umroh sendiri, sebenarnya itu kan 
menyangkut keamanan. Jika misalnya Titi pergi ke sana tidak sendirian, kenapa 
diributkan ya? Dia kesana memakai satu biro jasa perjalanan haji/umroh, 
terlihat di tv ada rombongan berseragam batik, katanya lebih dari 100 orang, 
termasuk diantaranya saksi pernikahan Tantowi Yahya & habib apa gitu. Rombongan 
segitu besar dengan perusahaan yang sudah lama berkecimpung di jasa ini, kan 
wanita aman baik di hotel maupun di perjalanan ke sana dan perjalanan di sana, 
di hotel juga tidak mungkin laki-laki wanita yang belum menikah itu dicampur, 
kenapa harus ada mahrom ya?

Saya ingat juga pernah ada acara tentang naik haji di CNN, ada muslimah yang 
dari Amrik, seorang wanita kulit putih bergelar doktor tetapi seorang janda, 
dia naik haji dengan teman sesama wanita (dari wajahnya kelihatannya dari Timur 
Tengah), tapi dia heran karena untuk naik haji dia harus minta izin ke anaknya 
karena dia menjanda, izin tertulis. Kenapa untuk ibadah harus ada izin? Itu ada 
alasannya atau hanya ketentuan dari para ulama zaman dulu?

salam
Aisha

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke