Maaf ikutan nimbrung, meskipun pengetahuan saya sedikit sekali.. Hehehe..

* Saya bukan orang bagian keuangan, tapi pernah di IT Dept (di perusahaan
   saya bekerja sebelum sekarang). Contoh yang pernah saya jalankan,
   saya & orang purchasing minta quotation dari beberapa supplier..

   Untuk menekan harga, biasanya pihak purchasing menggunakan data
   dari supplier A untuk 'menekan' supplier B (dan sebaliknya)..
   Masing" supplier merevisi harga mereka semurah mungkin..

   Sampai batas tertentu, penurunan harga sudah mentok, keputusan kita
   serahkan pada pihak purchasing. Apakah di luar kantor pihak purchasing
   membuat 'perjanjian', kami (IT Dept) tidak ikut campur..

   Toh, outputnya bagi perusahaan adalah harga semurah mungkin..
   Inilah repotnya berurusan dengan organisasi yang tahunya cuma efisiensi
   tapi gak terlalu peduli dengan kualitas.. atau pengennya bagus tapi
murah..
   gak peduli gimana caranya.. :-(

* AFAIK, kalau ada harga x (mis: 950), ditagihkan ke perusahaan A, maka
   pihak akunting (accounting) akan memasukkan angka itu, agar pihak
   kasir (Finance) mengeluarkan dana sebesar tagihan yang masuk tadi.
   Sampai sini kemungkinan besar tidak ada masalah atau perlu pembukuan
   ganda di Perusahaan A, misalnya..

   Tapi persoalannya bisa bergeser ke perusahaan B (penagih).. karena
   di sana KEMUNGKINAN BESAR harus ada pembukuan ganda, yakni
   yang menyebut angka x, dan satunya lagi (pembukuan) dengan angka
   x-y (y = besarnya komisi).. Saya gak tahu, apakah diskon/rebat bisa
   dibukukan internally di Perusahaan B saja, tetapi tidak dibukukan di
   Perusahaan A? Kalau bisa begitu, mungkin gak terjadi pembukuan ganda.

* Sepertinya itu merupakan kolusi.. karena ada kerjasama saling
menguntungkan
   antara pihak perusahaan dengan supplier tertentu.. dan meninggalkan
supplier
   lain.. Melanggar praktek 'persaingan sehat' (yang digawangi KPPU)?
   Kalau lihat film 'ilahi' di TV, yang diperankan Basuki itu, kan modelnya
gitu..
   bilang ke sini, si itu kasih 30%, sampeyan 25% saja, proyek bisa masuk
dsb.. :-P

* Tanyakan pada hati nurani.. praktek semacam ini benar/tidak menurut
tuntunan
   agama.. bukan cuma 'pembenaran' logika saja.. :-)

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

On 6/15/07, Kinantaka <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Matur nuwun, terima kasih.
>
> Semalam saya konsul ke guru ngaji saya. Beliau dengan panjang lebar
> menjelaskan begini: Bahwa semua perihal muamalah, prinsip dasarnya adalah
> saling ridho, saling terbuka dan sama sama ikhlas. Nah, dalam hal ini kalo
> si penjual dan si pembeli ridho, OK.. silahkan jalan. Tapi kalau salah
> satu
> ada yg ga ridho, maka haram dan harus dibatalkan.
>
> Masalahnya adalah, memang benar saya bernegosiasinya dengan "orang dalam"
> atau Mr. X tersebut. Tetapi, yg membayar dan mengeluarkan duit sebenarnya
> kan bukan Mr. X itu, tapi adalah perusahaan PT. ABC tersebut.
>
> Apakah cara berbisnis seperti ini sudah sangat umum dan semua
> melakukannya?
>
> Jadi bagaimana ya???
>
> Wassalam,
> Kinantaka
>
> On 6/14/07, Syaikhul Amin - MTD <[EMAIL PROTECTED] <Syaikhul%40capcx.com>>
> wrote:
> >
> > wa'alaikumussalam,
> >
> > gampang saja mas,
> > hukum asal dari suap ya haram, si penyuap ama yg disuap masuk
> > neraka/berdosa.
> > kalau pengin bersih dari masalah suap, nyogok, fee gelap, komisi ya
> jangan
> > bisnis dg model spt itu...TINGGALKAN SAJA.
> >
> > sekarang kalau niatnya sekedar memberi hadiah bagaimana?
> > selama bukan bertujuan untuk mendapatkan tender dan pemberiaannya
> setelah
> > project selesai ya ndak papa.
> >
> > banyak kasus terjadi praktek korupsi dan kolusi (baik di
> > pemerintah/bumnmaupun swasta) ya karena kasus2 spt mas kinantaka
> sampaikan.
> >
> > tapi ilmu fiqh kuwi kepenak kalau tahu usl nya.
> >
> > ikuti saja tendernya dengan yg mas kinantaka ajukan 950, urusan orang
> > dalam jangan terlalu digubris dulu artinya jangan ada akad mau memberi
> > hadiah dulu dg orang dalam. hadiah silakan di berikan kalau tender sudah
> > didapatkan, Insya Allah ini yg paling aman dalam menghindari hal yg
> haram.
> >
> > selamat ikut tender, semoga berhasil...jangan lupa berzakat.
> >
> > salam,
> > syaikhul
>
> >
> >
> >
> > -----Original Message-----
> > From: Kinantaka [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> > <kinantaka%40gmail.com><kinantaka%40gmail.com>]
> > Sent: Wednesday, June 13, 2007 11 <javascript:void(0)>:30 AM
> > Subject: [Kebangkitan_Bangsa] Tanya: Komisi buat "Orang Dalam"
> >
> > Assalamu'alaikum.
> >
> > Teman-teman yang saya hormati, saya ada pertanyaan tentang aktifitas
> usaha
> > saya sbb:
> > Saya adalah pemilik perusahaan PT. ABC, ada peluang atau kesempatan
> untuk
> > masuk sebagai pemasok PT. XYZ. Kesempatan ini sangat terbuka lebar, tapi
> > dengan beberapa persyaratan. "Orang Dalam" PT. XYZ minta komisi sekian
> > persen agar jalinan bisnis menjadi lancar. PT. XYZ, menginformasikan
> > kepada
> > saya, bahwa pemasok lain yang sudah masuk (sambil memperlihatkan copy
> PO)
> > adalah (misalnya) Rp 1.000. Agar bisa masuk, saya harus di bawah harga
> itu
> > untuk meyakinkan atasannya agar bisa berpindah pemasok dari sebelumnya
> > kepada saya.
> >
> > Setelah saya hitung2, saya berencana memasukkan produk itu (spek dan
> > kualitas sama) dengan harga Rp 950 dan untuk komisi "orang dalam" Rp 50.
> > Sehingga, harga ke saya nantinya Rp 900. Saya bisa memasukkan dengan
> harga
> > sebesar itu karena masih ada margin yg sesuai.
> >
> > Bagaimana, cara bisnis saya seperti kasus di atas? Terima kasih.
> >
> > Wassalam,
> > Kinantaka
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke