assalaamu'alaikum wr. wb.

Agama & Olok-Olok

Cocok sekali figur seorang munafiq dengan sikap tidak serius dalam 
beragama. Saya kira memang sudah sewajarnya agama itu diseriusi, 
namun banyak juga manusia memang tidak memperlakukan agama dengan 
sikap yang semestinya. Al-Qur'an menegur keras orang-orang yang 
berbuat demikian dalam sebuah ayat di dalam sebuah surat yang dikenal 
karena ketegasannya:

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan 
itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah 
bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah, "Apakah dengan 
Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"
(QS At-Taubah [9]: 65)

Pada ayat ke-14 (silakan melihat kembali rincian ayatnya di Bag.I 
dari tulisan ini), Allah menjelaskan bahwa dalam masalah keimanan pun 
(sebagian) manusia masih bermain-main. Mereka mengaku beriman jika 
bertemu dengan kaum mu'min, namun ketika kembali pada syaitan-
syaitannya (yaitu kawan persekongkolannya), lepaslah topengnya dan 
kembalilah mereka pada wajah yang sebenarnya.

Belum lama ini saya memergoki sekelompok santri yang berpakaian 
lengkap: berpeci, berbaju koko, dan mengenakan sarung. Wajahnya 
seperti santri pada umumnya; sopan dan teduh. Ketika itu mereka baru 
saja kembali dari suatu acara. Salah seorang dari mereka pulang dan 
mengganti bajunya, kemudian nongkrong dengan beberapa rekannya di 
sebuah warung sambil menikmati kopi panas dan gorengan. 
Ternyata `topeng' santri dilepasnya begitu saja bagai pakaian, karena 
setelah berganti pakaian itu, ia tidak ada bedanya dengan preman 
begajulan yang kerjanya hanya menggoda perempuan. Diantara para 
santri ternyata ada pula yang hanya `memasang kedok' dan kembali ke 
wajah asalnya ketika memisahkan diri dari para santri dan kembali 
pada `kelompok aslinya'.

Sebenarnya sudah sejak dulu saya menyadari bahwa ketidakseriusan 
dalam beragama ini terjadi di mana-mana, hanya saja kebenarannya 
selalu ditutup-tutupi, karena hati kecil manusia memang merasa malu 
terhadap dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Akan tetapi, ada juga 
yang tidak malu-malu lagi dengan sikapnya yang tidak pernah serius 
dalam urusan agama. Tadinya saya merasa karakter manusia semacam ini 
hanya ada dalam cerita-cerita sebagai hiperbola belaka. Tapi ternyata 
benar-benar ada.

Dalam sebuah perdebatan (lagi-lagi mengenai Abdurrahman Wahid dan 
pernyataan `Al-Qur'an itu kitab porno'), ada orang (lihat: 
http://ryono.multiply.com) yang mengajukan sebuah argumen (atau lebih 
tepatnya sekadar seruan): "Jangan terlalu serius ber-Islam-nya!" 
Sampai detik ini saya tidak mampu memahami makna kata baru yang telah 
diperkenalkannya (yaitu "ber-Islam"), namun saya dapat dengan mudah 
memahami tabiat si pengucapnya (thanks to QS [2]:14).

Ya, baginya, dan orang sejenisnya, agama ini hanya senda gurau, 
bahkan iman pun dijadikan olok-olokan belaka. Dengan demikian, shalat 
tidak perlu dianggap terlalu serius, aturan shaum tidak usah terlalu 
ketat, bunga bank bolehlah dicicipi asal jangan banyak-banyak, dan 
masalah aurat jangan terlalu kaku lah ....

Semuanya bisa ditawar.

Pola pikir yang beginilah yang menyebabkan Luthfi Assyaukanie (salah 
satu pentolan JIL) dengan mudahnya menafikan keberadaan syariat 
Islam. Dengan `gagah perkasanya' ia berkata bahwa ibadah haji adalah 
warisan jahiliyah (padahal sebenarnya adalah warisan Nabi Ibrahim as. 
yang merupakan Nabi yang mulia, namun oleh Luthfi disebut jahil – 
Na'uudzubillaah !), dan shalat adalah warisan Nabi Daud as. (kalaupun 
memang ini benar, lantas apa salahnya Rasulullah saw. mewarisi 
syariat Nabi yang sebelumnya?).

Beginilah sebuah paragraf `argumen' (atau olok-olok?) Luthfi 
Assyaukanie ketika berdebat dengan Adnin Armas:

 

"Ah, itu kan buku-bukunya orientalis!" mungkin Anda akan bilang 
begitu. Atau "Ah, itu kan cuma Fatima Mernissi," seperti kata kawan 
kita yang sangat percaya dengan Imam Bukhari itu (bingo! ad 
hominem!). Maaf, untuk sekarang ini saya lebih percaya dengan buku-
buku semacam itu. Sudah bosan baca buku yang "biasa-biasa" saja. 
Tidak ada kemajuan. Sejak kecil juga sudah tahu kalau shalat jumat 
dua rakaat, shalat harus menghadap kiblat, Tuhan satu, nabi itu orang 
Arab, rukun Islam ada lima, berbohong masuk neraka, puasa wajib, mau 
shalat wudhu dulu, tayammum tidak boleh diganti dengan air kelapa, 
najis terbagi tiga, air juga terbagi tiga, menikah tidak boleh lebih 
dari empat, perempuan tidak boleh jadi imam, kalau buang angin batal, 
menyentuh perempuan juga batal, pahala meniduri istri sama dengan 
membunuh tujuh ratus orang kafir, air wudhu yang tertinggal di 
jenggot akan membawa kita ke surga, karena itu peliharalah jenggot. 
Semua agama sesat, kecuali Islam. Semua orientalis jahat, maka 
jauhilah. Semua pemikiran baru berbahaya dan bid'ah enyahkanlah. Babi 
haram, riba juga haram, pemikiran Barat dapat mengganggu iman kita, 
pemikiran sekuler rancu, pemikiran Barat jelek, yang betul al-Ghazali 
bukan Denny, yang benar al-Bukhari bukan Mernissi, yang harus diikuti 
Syafi'i bukan Laroui.



Ketidakseriusan dalam beragama nampak jelas dalam argumen yang serba 
tidak serius. Saya tidak perlu membahas panjang lebar mengenai 
kekosongan paragraf di atas dari makna dan hikmah. Dengan gaya yang 
tidak sekasar Luthfi, Hamid Basyaib (juga pentolan JIL) juga pandai 
bersenda gurau dengan agamanya sendiri, sehingga ia menganggap bahwa 
kebanyakan cerita mengenai keutamaan Rasulullah saw. hanyalah fairy 
tales belaka yang hanya layak bagi anak-anak. Ketidakseriusan mereka 
dalam memandang agama bisa Anda temukan pada buku Pengaruh Kristen-
Orientalis terhadap Islam Liberal: "Dialog Interaktif dengan Aktivis 
Jaringan Islam Liberal".

wassalaamu'alaikum wr. wb.



Kirim email ke