Bu Mia yang saya hormati, seperti saya sampaikan sebelum ini, sebagai sebuah
proses, dan dengan konteks kekinian yang jelas tidak sesederhana di masa
lalu, terutama ketika khilafah memang masih *a single entity of authority
and centrality of administration and government *spt di masa ummayah dan
abbasiya (hingga terbentukanya khilafah di andalus/cordova, lanjutan dari
dinasti umayyah yang lolos dari pembantaian dinasti abbasiyah), yang dapat
kita lakukan adalah *follow the flow (=process)*, bukan *making assumptions*,
meskipun dengan nalar kita.

Saya pribadi masih belum bisa buat making any logical-empirical and
substantiated assumptions on the most pragmatic way atas masa depan dakwah
hingga mencapai point ketika Islam dipahami dengan utuh oleh ummat. Dengan
demikian sulit bagi saya untuk menentukan, misalnya sistem politik apa yang
dipilih, karena khilafah adalah hasil akhir sebuah proses keutuhan ummat
memahami (*knowing and understanding*) dan menjalani (*living*) Islam sec
keseluruhan.

Mungkin kalo boleh saya rephrase pertanyaan bu Mia, "*setelah sampai pada
titik ketika khilafah adalah sebuah keniscayaan, sistem politik/pemerintahan
apa yang akan dipilih*?" dengan catatan, belum tentu akan ada lagi khilafah
seperti dalam format/bentuk/struktur terdahulu persis spt sebuah hasil
cetakan/*mould*. Saya katakan, 'belum tentu', bukan 'pasti tidak'.

Dengan mengingat pernyataan dalam bahasa inggris '*there's nothing new under
the sun*', maka apa yang nantinya akan muncul lebih kurang pasti sudah
pernah ada, tapi, spt kata pak KM, rinciannya yang akan beda. Jadi mungkin
akan ada sebuah bentuk sistem politik-pemerintahan-negara yang *khilafah
based* tapi merupakan amalgam dari unsur2 terbaik semua sistem yang sekarang
ini ada ...

Kalo kita mau jujur, in my opinion, Islam adalah sumber baku aturan dalam
hidup seorang/segolongan muslim(in), dengan 'turunannya' yang beragam yang
mewujud sesuai bidangnya, poleksosbudhankam. Islam yang jelas sebuah *raw
system of life, a way of life, a worldview* saja tidak menjamin pemeluknya
pasti menerapkannya dengan seutuhnya, maka tidak heran jika para penganutnya
yang notabene manusia yang *not free-of-error* sangat besar kemungkinan
untuk menyimpang. Sehingga tidak mengherankan pula bahwa setelah 1300 th,
khilafah tidak lagi murni dan lurus. Tapi bukan berarti ada sistem lain yang
lebih baik. Manusianyalah yang perlu dikritisi.

Jadi, bu Mia, tinggal masalah waktu dan *force of circumstance* saja seperti
apa nantinya. Sebagaimanapun mereka yang tidak setuju, kontra, anti bahkan
sampe ke sel-selnya dah pasti talak 3 sama khilafah (padahal nikah juga
belom, hehehe) berbuat segala cara dan upaya menolaknya, jika memang Allah
mengizinkan segolongan ummat nya untuk dengan bijak dan baik melakukan
proses yang akan berujuang pada terwujudnya khilafah sebagai salah satu
konsekuensi penegakan hukum Allah, tentu akan terwujud. Juga sebaliknya.
Jika Allah tidak izinkan karena ternyata ada 'sistem' lain yang lebih baik,
ya tidak akan terwujud.

salam,
satriyo

On 8/28/07, Mia <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Pak Satriyo, katakan saja, ini misalnya, hari ini ajaran Islam sudah
> dipahami dengan utuh oleh masyarakat/ummat. Lalu sistem politik apa
> yang dipilih? demokrasi? khilafah? yang mana?
>
> salam
> Mia
>
> ?"sayangnya itu bukan mimpi bagi saya, apalagi bagi yang lain spt HT
> dan Khilafat Movement ........
>
> Saya pribadi yakin sebagaimana mayoritas para ulama salaf/dulu dan
> khalaf/kini yang ilmu mereka masih saya pelajari, bahwa khilafah itu
> bukan
> sasaran utama/main objective, tapi lebih merupakan in-between atau
> secondary
> objective, tergantung bagaimana proses menuju ke main obejctive.
> Dengan
> demikian, bagi saya, tidak perlu koar-koar, ribut, gaduh, bersikeras
> soal
> khilafah ketika ajaran fundamental Islam masih belum difahami dengan
> utuh
> oleh masyarakat/ummat. Ya spt sekarang ini.
> Jadi khilafah adalah buah dakwah, bukan tujuan dakwah. Mungkin
> kalangan HT
> tidak setuju ini tapi itu hak mereka karena memang ada perbedaan dalam
> memandang ini."
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>,
> lasykar5 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
>



-- 
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to