assalaamu'alaikum ...,
   
  ini ada tulisan tentang dusta paling mutakhirnya Guntur Romli...  
bisa diliat di :
   
  
http://ulul4lb4b.multiply.com/journal/item/35/Muhammad_SAW_Guntur_Roml
i_dan_Pembajakan_Sirah_Nabi
   
   
salam,
satriyo
===
   
  "Muhammad SAW, Guntur Romli dan Pembajakan Sirah Nabi"
  Qosim Nursheha Dzulhadi
  

  Tulisan Mohammad Guntur Romli (Kompas, 1 September 2007) menarik 
untuk dicermati. Setelah membaca tulisannya yang lumayan panjang itu, 
penulis berkesimpulan bahwa Guntur ingin menyatakan bahwa Nabi 
Muhammad tumbuh dan `dibesarkan' oleh milieu Kristen. Artinya, 
lingkungan dan kaum cerdik pandai Kristen punya andil yang cukup 
vital terhadap pribadi dan nubuwwah (kenabian) Nabi Muhammad SAW. 
Tentu saja tulisan tersebut `menarik': perlu dicermati dan dikritisi. 
  

  Tentang Arca Maryam (Maria) dan Yesus di Ka`bah
  

  Mengutip Muhammad bin Abdillah al-Azraqi – dalam Akhbar Makkah – 
Guntur menyatakan bahwa terdapat "gambar dan arca Isa (Yesus) dan 
ibunya, Maryam (Maria) di Ka`bah". Benarkah demikian? 
  

  Sejarawan Muslim terkemuka, Ibnu Katsir (w. 774 H) membeberkan – 
dengan panjang lebar – situasi dan kondisi ketika Fathu Makkah dalam 
bukunya yang terkenal, al-Bidayah wa al-Nihayah. Beliau menyebutkan 
bahwa Nabi Muhammad SAW memang melihat patung nabi Ibrahim as. dan 
Maryam (Maria) di Ka`bah. Tapi, dia tidak menyebutkan adanya arca Isa 
(Yesus) di sana. Ketika melihat gambar keduanya, beliau berkata, "Dan 
mereka sudah mendengar bahwa malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah 
(bait) yang di dalamnya terdapat gambar Ibrahim. Lalu bagaimana pula 
seandainya gambar ini memanah – mengundi nasib dengan anak panah." 
(Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, 1998, 4: 698). Justru di sini 
Nabi SAW tidak setuju adanya patung kedua orang yang dimuliakan itu. 
  

  Kenapa saya mengutip Ibnu Katsir? Karena beberapa buku yang dikutip 
oleh Guntur masih diragukan validitasnya, seperti al-Halabi dan Ibnu 
Jarir al-Thabari. Buku sirah Ibnu Hisyam (w. 218 H) yang paling 
otentik pun tidak ada menyebutkan patung Maryam dan Isa (Yesus). Yang 
disebutkan hanya gambar para malaikat, nabi Ibrahim as. dan yang 
lainnya. Nabi SAW akhirnya marah dan mengatakan, "Mereka telah 
menjadikan `syaikh' kita mengundi nasib dengan anak panah. Ibrahim 
tidak ada kaitannya dengan pengundian nasib seperti itu." Lalu beliau 
membaca ayat, "Ibrahim itu bukan seorang Yahudi tidak pula Kristen, 
melainkan orang yang hanif (lurus) dan menyerahkan diri (muslim), 
tidak pula seorang yang musyrik (Ali Imran: 67)." Lalu beliau 
menyuruh agar seluruh gambar-gambar itu diubah (dihapus). (Ibnu 
Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, tahqiq dan syarh: Musthafa al-Saqa, 
Ibrahim al-Abyari dan Abd al-Hafizh Syalabi, 1997, 4: 61). 
  

  Pendapat Ibnu Hisyam ini mengandung dua kemungkinan. Pertama, 
kata "yang lainnya" (ghairuhum), menunjukkan adanya `lukisan/gambar' 
Maryam dan Isa (Yesus), bukan "arca" Maryam dan Yesus seperti 
pendapat yang di`comot' Guntur. Kedua, Nabi SAW tidak membiarkan 
gambar-gambar tersebut (para malaikat, nabi Ibrahim dan yang lainnya) 
menghiasi dinding Ka`bah). Maka, gambar-gambar itu pun dihilangkan. 
Jadi, tidak benar jika arca – pendapat yang dikutip Guntur – tersebut 
baru hancur pada masa Yazid bin Muawiyah. Hal ini dikuatkan dengan 
fakta historis, bahwa pada masa Yazid ibn Muawiyah tidak pernah 
dibicarakan masalah penghancuran gambar-gambar (arca) tersebut.
  

  Afirmasi Al-Qur'an
  Al-Qur'an (Qs. Al-Ma'idah: 82), menurut Guntur, mengakui kedekatan 
orang Kristen dengan Muhammad. Tentu kita tidak menyangkal fakta 
historis ini, tapi ini perlu dilihat secara jeli dan `jurdil', tidak 
asal afirmasi. Benar sekali bahwa Waraqah bin Naufal, kakak sepupu 
Khadijah sebagai orang Kristen, namun Kristen yang masih mengikuti 
millah Ibrahim yang hanif. Tapi, pengakuan Waraqah tentang kenabian 
Nabi SAW perlu dilihat dengan kritis. Setelah berbicara tentang sosok 
Jibril yang datang kepada Nabi SAW di Gua Hira', Waraqah 
menyatakan: "Jika itu benar wahai Khadijah, berarti Muhammad 
adalah "Nabi umat ini". Dan aku sudah tahu bahwa dia adalah seorang 
nabi yang ditunggu-tunggu (nabiyyun yuntazhar) oleh umat ini. Ini 
adalah masanya." (Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, 1988, 1: 228). 
  

  Peristiwa "Gua Hira" itulah yang disebut oleh Waraqah 
sebagai "Namus" alias "rahasia" yang pernah turun kepada Musa. Lalu 
Waraqah berikrar: "Amboi, seandainya aku ketika itu – ketika Nabi SAW 
dimusuhi oleh kaumnya dan dikeluarkan dari Mekah – kuat (kokoh) dan 
hidup ketika kaummu mengeluarkanmu." "Apakah mereka akan 
mengeluarkanku?" tanya Nabi SAW. "Ya, tidak ada seorang pun yang 
datang membawa seperti apa yang engkau bawa kecuali dimusuhi. 
Seandainya umurku sampai pada masamu itu, niscaya aku akan menolongmu 
sekuat tenagaku." (Wa in yudrikuni yaumuka, anshuruka nashran 
mu'azzaran). (Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, 1998, 3: 6).
  

  Di sini, Waraqah mengakui bahwa Nabi SAW adalah "nabi akhir zaman": 
nabi umat ini. Jika Waraqah hidup pada masa risalah dan kenabian 
beliau, kemungkinan besar akan memeluk Islam.
  

  Juga tidak benar jika Nabi SAW berjalan-jalan di pasar tujuannya 
adalah menyimak dan mengamati seluruh kegiatan pasar yang berfungsi 
pula sebagai "festival kebudayaan" (Qs. Al-Furqan: 7). Ini adalah 
pemahaman salah Guntur terhadap ayat. Padahal maksud ayat di atas 
adalah penjelasan tentang sifat kemanusiaan (basyariyyah) Rasul SAW. 
Karena orang-orang kafir menolak bahwa "seorang nabi" tidak 
selayaknya melakukan hal-hal seperti manusia biasa: mencari rizki di 
pasar-pasar. Oleh karena itu – dalam ayat tersebut – orang-orang 
kafir menyangkal: "Wa qalu: `Ma lihadza al-rasuli ya'kulu al-tha`ama 
wa yamsyi fi al-aswaq..." (Kenapa rasul ini makan makanan dan 
berjalan-jalan di pasar (mengais rizki) di pasar-pasar....?) Apa yang 
dilakukan Guntur adalah "pembajakan makna dan subtansi ayat", dan ini 
sangat tidak ilmiah dan tidak sepatutnya terjadi. 
  

  Guntur kemudian menyebutkan dua pusat kekristenan: Yaman dan Syam; 
yang menjadi tujuan niaga kafilah Quraisy. Yaman dikuasai oleh 
dinasti Habsyah (Etiopia) yang mengikuti aliran monopisit-koptik, 
sedangkan Syam diperintah oleh dinasti Ghassan yang mengikuti aliran 
monopisit-yakobis. Muhammad telah mengunjungi dua kawasan itu ketika 
masih remaja bersama kafilah pamannya, dan saat jadi buruh niaga 
Khadijah, demikian tulis Guntur. Yang ingin disampaikannya adalah: 
Muhammad telah terpengaruh oleh tradisi Kristen di kedua wilayah itu 
sejak dini. 
  

  Sejatinya, ketika Rasul SAW pergi – ketika berumur 12 tahun – ke 
Syam bersama pamannya, Abu Thalib, pendeta Buhaira justru menerangkan 
tentang tanda-tanda kenabian Rasul SAW. (Ibnu Katsir, al-Bidayah wa 
al-Nihayah, 1998, 2: 630). Buku-buku sirah tidak menyebutkan 
keterpengaruhan beliau dengan budaya (tradisi) Kristen yang ada di 
sana. Ibnu Hisyam sendiri menyebutkan Buhaira malah bertanya atas 
nama Lata dan `Uzza kepada Nabi SAW, kemudian beliau menolak kedua 
nama tuhan orang kafir Quraisy itu. Nabi sejak dini sudah membenci 
kedua sosok tuhan itu. Akhirnya Buhaira menuruti kata Nabi SAW dan 
mengganti nama Lata dan `Uzza dengan kata "Allah". Setelah Nabi SAW 
menjawab pertanyaan Buhaira, terjadilah dialog yang cukup panjang 
antara dia dengan Abu Thalib: "Apa posisi anak ini bagimu?" "Dia 
anakku", jawab sang paman. "Dia bukan anakmu, sepertinya bapak anak 
ini sudah tidak ada (wafat)." "Dia adalah anak saudaraku", jelas Abu 
Thalib. "Apa yang terjadi atas ayahnya?" tanya
 Buhaira. Abu Thalib menjawab: "Ayahnya telah meninggal, ketika 
ibunya mengandung dia." "Anda benar", tegas Buhaira. "Bawa pulanglah 
anak saudaramu ke kampung halamannya. Hati-hatilah terhadap orang 
Yahudi. Sungguh, jika mereka melihatnya dan mengetahui apa yang aku 
ketahui, mereka akan bertindak tidak baik kepadanya. Akan terjadi 
peristiwa besar (sya'nun `azhim) kepada anak saudaramu ini. Cepatlah 
bawa dia pulang ke kampung halamannya", perintah Buhaira. (Ibnu 
Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, 1997, 1: 219-220). Jadi, tidak ada 
interaksi dan proses keterpengaruhan Nabi SAW oleh tradisi Kristen di 
Syam. 
  

  Peristiwa kedua adalah ketika Nabi SAW membawa dagangan Khadijah 
bersama Maisarah. Sesampainya di sana, beliau kemudian bersandar di 
bawah sebatang pohon dekat gereja seorang pendeta – namanya Nestor 
[Nestorius]. Kemudian pendeta itu bertanya kepada Maisarah: "Siapa 
orang yang berteduh di bawah pohon ini?" "Dia adalah seorang laki-
laki dari suku Quraisy, keluarga pengurus `al-Haram' (Ka`bah)", jawab 
Maisarah. "Tidak ada seorang pun yang datang berteduh di bawah pohon 
ini, kecuali dia (adalah) seorang nabi", kata Nestorius. (Ibnu 
Hisyam, ibid: 1: 225). Di sini pun tidak ada proses interaksi yang 
bisa dijadikan bukti kuat bahwa Nabi SAW terpengaruh oleh tradisi 
Kristen. Sedangkan ke Yaman, Nabi SAW tidak pernah dikabarkan pergi 
ke sana. Apalagi dikatakan bahwa beliau terpengaruh oleh tradisi 
Kristen yang ada di sana. 
  

  Beberapa Kritik 
  Pendapat Khalil Abdul Karim, penulis Marxis Mesir, yang dikutip 
oleh Guntur perlu dicermati dan dikritisi. Pasalnya, dia mengklaim 
bahwa Khalil membeberkan pendapatnya berdasarkan sumber-sumber 
sejarah primer, seperti al-Thabari, sirah Ibnu Ishaq, al-Ya`qubi dan 
yang lainnya. 
  

  Khalil, kutip Guntur, dalam bukunya Fatrah al-Takwin fi Hayati al-
Shadiq al-Amin (Periode Kreatif dalam Kehidupan Muhammad) menyatakan 
bahwa Khadijah adalah "arsitek" kenabian yang dibantu oleh "komunitas 
intelegensia Kristen". Mereka adalah Waraqah bin Naufal, Qatilah, 
seorang rahibah, serta saudara sepupu mereka, Utsman bin al-
Huwairits, yang mengikuti aliran Kekristenan Bizantium (Melkitis) 
hingga diangkat menjadi kardinal. 
  

  Khadijah memiliki dua budak Kristen: Nashih yang jauh-jauh hari 
meminta tuannya menikah dengan Muhammad, dan Maisarah yang bertugas 
mengamati Muhammad dalam perniagaan ke Syam. Selain dengan anggota 
keluarganya, Khadijah juga membangun korespondensi dengan beberapa 
pendeta: Adas di Thaif, Buhaira di Bushra, Syam, dan Sirgius di 
Mekkah. Itulah kutipan Guntur dari buku Khalil. Benarkah yang 
dikatakan oleh Khalil dan Guntur?!
  

  Di sini Guntur tidak kritis dan tidak selektif dalam `mencomot' 
pendapat Khalil. Waraqah, Utsman ibn al-Huwairits, Abdullah ibn 
Jahsy, Zaid ibn Amru ibn Nufail ibn Abd al-`Uzza memprotes kebiasaan 
orang-orang Quraisy yang setiap tahun merayakan hari raya mereka di 
depan salah satu patung (berhala) mereka. Sebagian mereka berkata 
kepada yang lainnya: "Belajarlah, sungguh kaum kalian tidak memiliki 
pegangan apa-apa! Mereka telah menyalahai agama moyang mereka, 
Ibrahim! Apa itu batu yang mereka ukir; tidak dapat mendengar dan 
melihat, tidak mampu mendatangkan bahaya dan memberikan manfaat. 
Wahai kaum, carilah satu agama untuk kalian. Sungguh, kalian tidak 
memiliki satu pegangan. Lalu mereka berpencar di kota-kota besar 
untuk mencari agama yang lurus (al-hanifiyyah), agama Ibrahim. (Ibnu 
Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, 1997, 1: 259-260). Fakta ini sangat 
menarik untuk diungkap. 
  

  Waraqah sendiri menjadi kuat kedudukannya dalam agama Kristen; 
Abdullah ibn Jahsy tetap dalam ketidakjelasan hingga masuk Islam dan 
hijrah bersama kaum Muslimin ke Habasyah beserta istrinya, Habibah 
binti Abi Sufyan. Ketika sampai di Habasyah, dia masuk Kristen; 
meninggalkan Islam dan mati dalam keadaan Kristen. Sedangkan Utsman 
ibn al-Huwairits, pergi mendatangi Kaisar, raja Romawi dan memeluk 
Kristen, sehingga mendapat kedudukan yang baik di Romawi. Dan Zaid 
ibn Amru memilih `tawaqquf': tidak memeluk Yahudi juga – tidak 
memeluk – Kristen. (ibid: 260 & 261). Jadi, orang-orang yang 
disebutkan oleh Khalil pada awalnya tidak punya agama yang tetap, 
justru mereka sepakat untuk mencari `Hanifiyyah Ibrahim'. Dan tidak 
pernah disebutkan bahwa mereka mempengaruhi keyakinan (akidah), 
ritual ibadah dan tradisi agama Nabi SAW. Malah Khadijah akhirnya 
membenarkan wahyu yang turun kepada beliau, dan memeluk Islam. Lalu 
mengapa pendapat Khalil harus kontradiktif dengan pendapat Ibnu
 Hisyam dalam sirah, yang merupakan `revisi' atas karya Ibnu Ishaq 
ini?! 
  

  Perlu dicatat, bahwa Tarikh al-Thabari meskipun merupakan karya 
yang "sarat nilai" kemungkinan banyak menampilkan riwayat-riwayat 
yang diragukan dan banyak memuat dokumen-dokumen yang tidak valid 
(watsa'iq ghair watsiqah) (Muhammad Hamidullah, Majmu`ah al-Watsa'iq 
al-Siyasiyyah li al-`Ahd al-Nabawiy wa al-Khilafah al-Rasyidah, 
Beirut, cet. VII, 2001: 29). 
  

  Hamidullah sendiri mengakui bahwa buku al-"Kharraj" karya Abu Yusuf 
dan "al-Sirah al-Nabawiyyah" karya Ibnu Hisyam merupakan dua karya 
yang paling awal, paling hati-hati dan paling otentik. Karena al-
Thabari, menurut Prof. Dr. Akram Dhiyauddin Umari, sering menyebut 
suatu peristiwa yang diriwayatkan oleh perawi yang sangat lemah 
sekalipun, seperti Hisyam ibn Kalbi, Saif ibn Umar al-Tamimi, Nasr 
ibn Mazahim, dan lainnya. (Prof. Dr. Akrham Dhiyauddin Umari, Madinan 
Society at the Time of the Prophet: Its Characteristics and 
Organization (Masyarakat Madani: Tinjauan Historis Kehidupan Zaman 
Nabi), Terjemah: Mun'im A. Sirriy, GIP, 1999: 37). 
  

  Oleh karena itu, usaha Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa al-Nihayah 
merupakan usaha yang sangat selektif dalam mengurai peristiwa 
sejarah, dibanding al-Thabari. Karya Ibnu Katsir ini, menurut Umari, 
merupakan satu karya agung dalam bidang sejarah dan memuat bagian 
tertentu yang secara khusus membahas sirah. Ibnu Katsir merupakan 
salah seorang imam besar yang dengan cermat meneliti teks-teks. Al-
Dzahabi, Ibnu Hajar dan Ibnu Imad al-Hanbali menganggapnya sebagai 
ulama yang dapat dipercaya. (ibid: 58). Tapi buku ini sama sekali 
sekali tidak dirujuk oleh Khalil, konon lagi Guntur. 
  

  Guntur lebih suka `mengekor' kepada Khalil, yang mencomot riwayat 
dari al-Sirah al-Halabiyyah karya Burhanuddin al-Halabi (w. 841 H). 
Padahal buku ini banyak memuat kisah-kisah isra'iliyyat. Burhanuddin 
al-Halabi tidak menyebut isnad riwayat-riwayat, dan hanya sesekali 
menyebut perawi akhbar. (Umari, ibid: 58-59). Buku Ansab al-Asyraf 
karya Ahmad ibn Yahya ibn Jabir al-Baladhuri (w. 279 H), yang dikutip 
Guntur, dianggap lemah oleh para ulama hadits (dha`if). Ibnu Hajar 
(dalam karyanya, Lisan al-Mizan) menulis biografinya dalam bukunya 
tentang dhu`afa' `orang-orang lemah'. (Umari, ibid: 57).
  

  Hal penting yang harus digarisbawahi juga adalah 
masalah "korespondensi" Khadijah dengan para pendeta yang disebutkan 
oleh Khalil dan di`taklid' oleh Guntur. Buku-buku sirah tidak 
membeberkan masalah ini. Apalagi dikatakan bahwa Khadijah 
berkorespondensi dengan Adas – menurut Guntur seorang pendeta. Adas 
adalah seorang Kristen dari Ninawi sekaligus "budak" dua orang anak 
Rabi`ah: `Utbah dan Syaibah. Ketika Nabi SAW menjelaskan bahwa nabi 
Yunus adalah saudaranya – dalam kenabian – Adas langsung mencium 
kepala beliau, kedua tangan dan kakinya. (Lihat lebih detail, Ibnu 
Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, op. cit., 3: 147 & 148). Apa yang 
disebutkan oleh Guntur adalah sebaliknya. Sirgius juga bukan di Mekah 
tempatnya. Sirgius adalah nama lain dari Buhaira, seorang rahib 
Yahudi, seperti yang dituturkan oleh al-Suhayli dari al-Zuhri. Dan 
menurut al-Mas`udi, dia adalah dari `Abd al-Qais. (ibid., 2: 691).
  

  Maka, tidak benar pendapat Guntur bahwa ketika Nabi SAW mendapat 
wahyu pertama, Khadijah memiliki inisiatif mendatangi anggota kaum 
cerdik pandai ketika itu satu persatu, dimulai dari Waraqah dan 
Sirgius di Mekah, Adas di Thaif, hingga Buhaira di Syam. Apa yang 
disebutkan oleh Guntur adalah pembajakan fakta historis. Apalagi buku 
al-Halabiyah yang – banyak mengandung isra'iliyyat – dijadikan 
rujukan bahwa Khadijahlah yang menguji wahyu yang turun kepada 
Baginda Rasul SAW. Ini bukan saja disebut sebagai "pembodohan umat" 
tapi "penyelewengan" yang tidak ilmiah, tidak bisa dipertanggung-
jawabkan dan tidak dapat dibenarkan. 
   
  Wallahu a`lamu bi al-shawab. (Medan, 6 September 2007).
  

  *) Penulis adalah alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo. Penulis juga 
peminat studi Qur'an-Hadits dan Kristologi. Sekarang menjadi staf 
pengajar di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, Medan-Sumatera 
Utara.
   
   



       
---------------------------------
Luggage? GPS? Comic books? 
Check out fitting  gifts for grads at Yahoo! Search.

--- End forwarded message ---


Kirim email ke