*Al Imam Asy Syafi'i.. Anak Yatim Yang Di Muliakan Allah Ta'ala
Penulis : Al Ustadz Ja'far Umar Thalib
Sumber : http://alghuroba.org/alimam.php
*

Di kampung miskin di kota Ghazzah (orang Barat menyebutnya Gaza ) di bumi
Palestina, pada th. 150 H (bertepatan dengan th. 694 M) lahirlah seorang
bayi lelaki dari pasangan suami istri yang berbahagia, Idris bin Abbas
Asy-Syafi`ie dengan seorang wanita dari suku Azad. Bayi lelaki keturunan
Quraisy ini akhirnya dinamai Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie
<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftn1>. Demikian nama lengkapnya sang bayi
itu. Namun kebahagiaan keluarga miskin ini dengan kelahiran bayi tersebut
tidaklah berlangsung lama. Karena beberapa saat setelah kelahiran itu,
terjadilah peristiwa menyedihkan, yaitu ayah sang bayi meninggal dunia dalam
usia yang masih muda. Bayi lelaki yang rupawan itu pun akhirnya hidup
sebagai anak yatim.

Sang ibu sangat menyayangi bayinya, sehingga anak yatim Quraisy itu tumbuh
sebagai bayi yang sehat. Maka ketika ia telah berusia dua tahun, dibawalah
oleh ibunya ke Makkah untuk tinggal di tengah keluarga ayahnya di kampung
Bani Mutthalib. Karena anak yatim ini, dari sisi nasab ayahnya, berasal dari
keturunan seorang Shahabat Nabi *shallallahu `alaihi wa alihi wasallam *yang
bernama Syafi' bin As-Sa'ib. Dan As-Sa'ib ayahnya Syafi', sempat tertawan
dalam perang Badr sebagai seorang musyrik kemudian As-Sa'ib menebus dirinya
dengan uang jaminan untuk mendapatkan status pembebasan dari tawanan
Muslimin. Dan setelah dia dibebaskan, iapun masuk Islam di tangan Rasulullah
*shallallahu `alaihi wa alihi wasallam *. Maka nasab bayi yatim ini secara
lengkap adalah sebagai berikut: Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman
bin Syafi' bin As-Sa'ib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Al-Mutthalib
bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin
Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan. Dari nasab
tersebut, Al-Mutthalib bin Abdi Manaf, kakek Muhammad bin Idris
Asy-Syafi`ie, adalah saudara kandung Hasyim bin Abdi Manaf kakek Nabi
Muhammad *shallallahu `alaihi wa alihi wasallam *. Kemudian juga saudara
kandung Abdul Mutthalib bin Hasyim, kakek Nabi Muhammad *shallallahu `alaihi
wa alihi wasallam *, bernama Syifa', dinikahi oleh Ubaid bin Abdi Yazid,
sehingga melahirkan anak bernama As-Sa'ib, ayahnya Syafi'. Kepada Syafi' bin
As-Sa'ib *radliyallahu `anhuma *inilah bayi yatim tersebut dinisbahkan
nasabnya sehingga terkenal dengan nama Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie
Al-Mutthalibi. Dengan demikian nasab yatim ini sangat dekat dengan Nabi
Muhammad *shallallahu `alaihi wa alihi wasallam *. Bahkan karena Hasyim bin
Abdi Manaf, yang kemudian melahirkan Bani Hasyim, adalah saudara kandung
dengan Mutthalib bin Abdi manaf, yang melahirkan Bani Mutthalib, maka
Rasulullah *shallallahu `alaihi wa alihi wasallam *bersabda:

"Hanyalah kami (yakni Bani Hasyim) dengan mereka (yakni Bani Mutthalib)
berasal dari satu nasab. Sambil beliau menyilang-nyilangkan jari jemari
kedua tangan beliau." (HR. *Abu Nu'aim **Al-Asfahani * dalam *Hilyah *nya
juz 9 hal. 65 - 66). <http://alghuroba.org/alimam.php#_ftn2>
Di lingkungan Bani Al-Mutthalib, dia tumbuh menjadi anak lelaki yang penuh
vitalitas. Di usia kanak-kanaknya, dia sibuk dengan latihan memanah sehingga
di kalangan teman sebayanya, dia amat jitu memanah. Bahkan dari sepuluh anak
panah yang dilemparkannya, sepuluh yang kena sasaran, sehingga dia terkenal
sebagai anak muda yang ahli memanah. Demikian terus kesibukannya dalam panah
memanah sehingga ada seorang ahli kedokteran medis waktu itu yang
menasehatinya. Dokter itu menyatakan kepadanya: "Bila engkau terus menerus
demikian, maka sangat dikuatirkan akan terkena penyakit luka pada
paru-parumu karena engkau terlalu banyak berdiri di bawah panas terik mata
hari." <http://alghuroba.org/alimam.php#_ftn3> Maka mulailah anak yatim ini
mengurangi kegiatan panah memanah dan mengisi waktu dengan belajar bahasa
Arab dan menekuni bait-bait sya'ir Arab sehingga dalam sekejab, anak muda
dari Quraisy ini menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya'irnya dalam usia
kanak-kanak. Di samping itu dia juga menghafal Al-Qur'an, sehingga pada usia
tujuh tahun telah menghafal di luar kepala Al-Qur'an keseluruhannya.
<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftn4>

Demi ia merasakan manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah dan hidayah-Nya,
dia mulai senang mempelajari fiqih setelah menjadi tokoh dalam bahasa Arab
dan sya'irnya. Remaja yatim ini belajar fiqih dari para Ulama' fiqih yang
ada di Makkah, seperti Muslim bin khalid Az-Zanji yang waktu itu
berkedudukan sebagai mufti Makkah. Kemudian beliau juga belajar dari Dawud
bin Abdurrahman Al-Atthar, juga belajar dari pamannya yang bernama Muhammad
bin Ali bin Syafi', dan juga menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah. Guru yang
lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki, Sa'id bin
Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya. Dia pun
semakin menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa tahun saja duduk di
berbagai halaqah ilmu para Ulama' fiqih sebagaimana tersebut di atas. Ia pun
demi kehausan ilmu, akhirnya berangkat dari Makkah menuju Al-Madinah An
Nabawiyah guna belajar di halaqah Imam Malik bin Anas di sana. Di majelis
beliau ini, si anak yatim tersebut menghapal dan memahami dengan cemerlang
kitab karya Imam Malik, yaitu *Al-Muwattha' *. Kecerdasannya membuat Imam
Malik amat mengaguminya. Sementara itu As-Syafi`ie sendiri sangat terkesan
dan sangat mengagumi Imam Malik di Al-Madinah dan Imam Sufyan bin Uyainah di
Makkah. Beliau menyatakan kekagumannya setelah menjadi Imam dengan
pernyataannya yang terkenal berbunyi: "Seandainya tidak ada Malik bin Anas
dan Sufyan bin Uyainah, niscaya akan hilanglah ilmu dari Hijaz." Juga beliau
menyatakan lebih lanjut kekagumannya kepada Imam Malik: "Bila datang Imam
Malik di suatu majelis, maka Malik menjadi bintang di majelis itu." Beliau
juga sangat terkesan dengan kitab *Al-Muwattha' * Imam Malik sehingga beliau
menyatakan: "Tidak ada kitab yang lebih bermanfaat setelah Al-Qur'an, lebih
dari kitab *Al-Muwattha' *." Beliau juga menyatakan: "Aku tidak
membaca *Al-Muwattha'
* Malik, kecuali mesti bertambah pemahamanku."
<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftn5> Dari berbagai pernyataan beliau di
atas dapatlah diketahui bahwa guru yang paling beliau kagumi adalah Imam
Malik bin Anas, kemudian Imam Sufyan bin Uyainah. Di samping itu, pemuda ini
juga duduk menghafal dan memahami ilmu dari para Ulama' yang ada di
Al-Madinah, seperti Ibrahim bin Sa'ad, Isma'il bin Ja'far, Atthaf bin
Khalid, Abdul Aziz Ad-Darawardi. Beliau banyak pula menghafal ilmu di
majelisnya Ibrahim bin Abi Yahya. Tetapi sayang, guru beliau yang disebutkan
terakhir ini adalah pendusta dalam meriwayatkan hadits, memiliki pandangan
yang sama dengan madzhab Qadariyah yang menolak untuk beriman kepada taqdir
dan berbagai kelemahan fatal lainnya. Sehingga ketika pemuda Quraisy ini
telah terkenal dengan gelar sebagai Imam Syafi`ie, khususnya di akhir hayat
beliau, beliau tidak mau lagi menyebut nama Ibrahim bin Abi Yahya ini dalam
berbagai periwayatan ilmu.

Ketika Muhammad bin Idris As-Syafi'i Al-Mutthalibi Al-Qurasyi telah berusia
dua puluh tahun, dia sudah memiliki kedudukan yang tinggi di kalangan Ulama'
di jamannya dalam berfatwa dan berbagai ilmu yang berkisar pada Al-Qur'an
dan As-Sunnah. Tetapi beliau tidak mau berpuas diri dengan ilmu yang
dicapainya. Maka beliaupun berangkat menuju negeri Yaman demi menyerap ilmu
dari para Ulama'nya. Disebutkanlah sederet Ulama' Yaman yang didatangi oleh
beliau ini seperti: Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli dan
banyak lagi yang lainnya. Dari Yaman, beliau melanjutkan *tour * ilmiahnya
ke kota Baghdad di Iraq dan di kota ini beliau banyak mengambil ilmu dari
Muhammad bin Al-Hasan, seorang ahli fiqih di negeri Iraq. Juga beliau
mengambil ilmu dari Isma'il bin Ulaiyyah dan Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dan
masih banyak lagi yang lainnya. <http://alghuroba.org/alimam.php#_ftn6>

Sejak di kota Baghdad, Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie mulai dikerumuni
para muridnya dan mulai menulis berbagai keterangan agama. Juga beliau mulai
membantah beberapa keterangan para Imam ahli fiqih, dalam rangka mengikuti
sunnah Nabi Muhammad *shallallahu `alaihi wa alihi wasallam *. Kitab fiqih
dan Ushul Fiqih pun mulai ditulisnya. Popularitas beliau di dunia Islam yang
semakin luas menyebabkan banyak orang semakin kagum dengan ilmunya sehingga
orang pun berbondong-bondong mendatangi majelis ilmu beliau untuk menimba
ilmu. Tersebutlah tokoh-tokoh ilmu agama ini yang mendatangi majelis beliau
untuk menimba ilmu padanya seperti Abu Bakr Abdullah bin Az-Zubair
Al-Humaidi (beliau ini adalah salah seorang guru Al-Imam Al-Bukhari), Abu
Ubaid Al-Qasim bin Sallam, Ahmad bin Hanbal (yang kemudian terkenal dengan
nama Imam Hanbali), Sulaiman bin Dawud Al-Hasyimi, Abu Ya'qub Yusuf
Al-Buaithi, Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al-Kalbi, Harmalah bin Yahya, Musa
bin Abil Jarud Al-Makki, Abdul Aziz bin Yahya Al-Kinani Al-Makki (pengarang
kitab *Al-Haidah *), Husain bin Ali Al-Karabisi (beliau ini sempat di *tahdzir
* oleh Imam Ahmad karena berpendapat bahwa lafadh orang yang membaca
Al-Qur'an adalah makhluq), Ibrahim bin Al-Mundzir Al-Hizami, Al-Hasan bin
Muhammad Az-Za'farani, Ahmad bin Muhammad Al-Azraqi, dan masih banyak lagi
tokoh-tokoh ilmu yang lainnya. Dari murid-murid beliau di Baghdad, yang
paling terkenal sangat mengagumi beliau adalah Imam Ahmad bin Hanbal atau
terkenal dengan gelar Imam Hanbali.

Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Mizzi dengan sanadnya bersambung kepada Imam
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (putra Imam Hanbali). Beliau menceritakan:
"Aku pernah bertanya kepada ayahku: <Wahai ayah, siapa sesungguhnya
As-Syafi`ie itu, karena aku terus-menerus mendengar ayah mendoakannya?> Maka
ayahku menjawab: <Wahai anakku, sesungguhnya As-Syafi`ie itu adalah bagaikan
matahari untuk dunia ini, dan ia juga sebagai kesejahteraan bagi sekalian
manusia. Maka silakan engkau cari, adakah orang yang seperti beliau dalam
dua fungsi ini (yakni fungsi sebagai matahari dan kesejahteraan) dan adakah
pengganti fungsi beliau tersebut?>." Diriwayatkan pula bahwa Sulaiman bin
Al-Asy'ats menyatakan: "Aku melihat bahwa Ahmad bin Hanbal tidaklah condong
kepada seorangpun seperti condongnya kepada As-Syafi`ie." Al-Maimuni
meriwayatkan bahwa Imam Hanbali menyatakan: "Aku tidak pernah meninggalkan
doa kepada Allah di sepertiga terakhir malam untuk enam orang. Salah satunya
ialah untuk As-Syafi`ie." Diriwayatkan pula oleh Imam Shalih bin Ahmad bin
Hanbal (putra Imam Hanbali): "Pernah ayahku berjalan di samping keledai yang
ditumpangi Imam Syafi`ie untuk bertanya-tanya ilmu kepadanya. Maka melihat
demikian, Yahya bin Ma'ien sahabat ayahku mengirim orang untuk menegur
beliau. Yahya menyatakan kepadanya: <Wahai Aba Abdillah ( *kuniah * bagi
Imam Hanbali), mengapa engkau ridla untuk berjalan dengan keledainya
As-Syafi`ie?>. Maka ayah pun menyatakan kepada Yahya: <Wahai Aba
Zakaria ( *kuniah
* bagi Yahya bin Ma'ien), seandainya engkau berjalan di sisi lain dari
keledai itu, niscaya akan lebih bermanfaat bagimu>."
<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftn7> Di samping Imam Hanbali yang sangat
mengaguminya, juga diriwayatkan oleh Al-Khatib Al-Baghdadi dalam *Tarikh *nya
dengan sanadnya dari Abu Tsaur. Dia menceritakan: "Abdurrahman bin Mahdi
pernah menulis surat kepada As-Syafi`ie, dan waktu itu As-Syafi`ie masih
muda belia. Dalam surat itu Abdurrahman meminta kepadanya untuk menuliskan
untuknya sebuah kitab yang terdapat padanya makna-makna Al Qur'an, dan juga
mengumpulkan berbagai macam tingkatan hadits, keterangan tentang kedudukan
ijma' (kesepakatan Ulama') sebagai hujjah / dalil, keterangan hukum yang
nasikh (yakni hukum yang menghapus hukum lainnya) dan hukum yang mansukh
(yakni hukum yang telah dihapus oleh hukum yang lainnya), baik yang ada di
dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah. Maka As-Syafi`ie muda menuliskan untuknya
kitab *Ar-Risalah *dan kemudian dikirimkan kepada Abdurrahman bin Mahdi.
Begitu membaca kitab *Ar-Risalah * ini, Abdurrahman menjadi sangat kagum dan
sangat senang kepada As-Syafi`ie sehingga beliau menyatakan: "Setiap aku
shalat, aku selalu mendoakan As-Syafi`ie." Kitab *Ar-Risalah * karya Imam
Syafi`ie akhirnya menjadi kitab rujukan utama bagi para Ulama' dalam ilmu
Ushul Fiqih sampai hari ini. Pujian para Ulama' dan kekaguman mereka bukan
saja datang dari orang-orang yang seangkatan dengan beliau dalam ilmu, akan
tetapi datang pula pujian itu dari para Ulama' yang menjadi guru beliau.
Antara lain ialah Sufyan bin Uyainah, salah seorang guru beliau yang sangat
dikaguminya. Sebaliknya Sufyan pun sangat mengagumi Imam As-Syafi`ie, sampai
diceritakan oleh Suwaid bin Saied sebagai berikut: "Aku pernah duduk di
majelis ilmunya Sufyan bin Uyainah. As-Syafi`ie datang ke majelis itu, masuk
sembari mengucapkan salam dan langsung duduk untuk mendengarkan Sufyan yang
sedang menyampaikan ilmu. Waktu itu Sufyan sedang membaca sebuah hadits yang
sangat menyentuh hati. Betapa lembutnya hati beliau saat mendengar hadits
itu menyebabkan As-Syafi`ie mendadak pingsan. Orang-orang di majelis itu
menyangka bahwa As-Syafi`ie meninggal dunia sehingga peristiwa ini
dilaporkan kepada Sufyan: <Wahai Aba Muhammad (kuniah bagi Sufyan bin
Uyainah), Muhammad bin Idris telah meninggal dunia>. Maka Sufyan pun
menyatakan: <Bila memang dia meninggal dunia, maka sungguh telah meninggal
orang yang terbaik bagi ummat ini di jamannya>."
<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftn8> Demikian pujian para Ulama' yang
sebagiannya kami nukilkan dalam tulisan ini untuk menggambarkan kepada para
pembaca sekalian betapa beliau sangat tinggi kedudukannya di kalangan para
Ulama yang sejaman dengannya. Apalagi tentunya para ulama' yang sesudahnya.

Imam As-Syafi`ie tinggal di Baghdad hanya dua tahun. Setelah itu beliau
pindah ke Mesir dan tinggal di sana sampai beliau wafat pada th. 204 H dan
usia beliau ketika wafat 54 th. Beliau telah meninggalkan warisan yang tak
ternilai, yaitu ilmu yang beliau tulis di kitab *Ar-Risalah * dalam ilmu
Ushul Fiqih. Di samping itu beliau juga menulis kitab *Musnad As-Syafi`ie *,
berupa kumpulan hadits Nabi *shallallahu `alaihi wa alihi wasallam *yang
diriwayatkan oleh beliau; dan kitab *Al-Um * berupa kumpulan keterangan
beliau dalam masalah fiqih. Sebagaimana *Al-Um *, kumpulan riwayat
keterangan Imam As Syafi`ie dalam fiqih juga disusun oleh Al-Imam Al-Baihaqi
dan diberi nama *Ma'rifatul Aatsar was Sunan *. Al-Imam Abu Nu'aim
Al-Asfahani membawakan beberapa riwayat nasehat dan pernyataan Imam
As-Syafi`ie dalam berbagai masalah yang menunjukkan pendirian Imam
As-Syafi`ie dalam memahami agama ini. Beberapa riwayat Abu Nu'aim tersebut
kami nukilkan sebagai berikut <http://alghuroba.org/alimam.php#_ftn9>:

Imam As-Syafi`ie menyatakan: "Bila aku melihat Ahli Hadits, seakan aku
melihat seorang dari Shahabat Nabi *shallallahu `alaihi wa alihi wasallam *."
(HR. *Abu Nu'aim **Al-Asfahani * dalam *Al-Hilyah *nya juz 9 hal. 109)

Ini menunjukkan betapa tinggi penghargaan beliau kepada para Ahli Hadits.

Imam As-Syafi`ie menyatakan: "Sungguh seandainya seseorang itu ditimpa
dengan berbagai amalan yang dilarang oleh Allah selain dosa syirik, lebih
baik baginya daripada dia mempelajari ilmu kalam." (HR. *Abu Nu'aim
**Al-Asfahani
* dalam *Al-Hilyah *nya juz 9 hal. 111)

Beliau menyatakan juga: "Seandainya manusia itu mengerti bahaya yang ada
dalam Ilmu Kalam dan hawa nafsu, niscaya dia akan lari daripadanya seperti
dia lari dari macan."

Ini menunjukkan betapa anti patinya beliau terhadap Ilmu Kalam, suatu ilmu
yang membahas perkara Tauhid dengan metode pembahasan ilmu filsafat.

Diriwayatkan oleh Ar-Rabi' bin Sulaiman bahwa dia menyatakan: Aku mendengar
As-Syafi`ie berkata:

"Barangsiapa mengatakan bahwa Al-Qur'an itu makhluk, maka sungguh dia telah
kafir." ((HR. *Abu Nu'aim **Al-Asfahani * dalam *Al-Hilyah *nya juz 9 hal.
113)

Diriwayatkan pula oleh Abu Nu'aim Al-Asfahani bahwa Al-Imam As-Syafi`ie
telah mengkafirkan seorang tokoh ahli Ilmu Kalam yang terkenal dengan nama
Hafs Al-Fardi, karena dia menyatakan di hadapan beliau bahwa Al-Qur'an itu
adalah makhluk. Demikian tegas Imam As-Syafi`ie dalam menilai mereka yang
mengatakan bahwa Al-Qur'an itu makhluk. Dan memang para Ulama' Ahlis Sunnah
wal Jama'ah telah sepakat untuk mengkafirkan siapa yang meyakini bahwa
Al-Qur'an itu makhluk.

Al-Imam Adz-Dzahabi meriwayatkan pula dengan sanadnya dari Al-Buwaithie yang
menyatakan: "Aku bertanya kepada As-Syafi`ie: <Bolehkah aku shalat di
belakang imam yang Rafidli?> Maka beliau pun menjawabnya: <Jangan engkau
shalat di belakang imam yang Rafidli, ataupun Qadari ataupun Murji'ie>.
Akupun bertanya lagi kepada beliau: <Terangkan kepadaku tentang siapakah
masing-masing dari mereka itu?> Maka beliau pun menjawab: <Barang siapa yang
mengatakan bahwa iman itu hanya perkataan lisan dan hati belaka, maka dia
itu adalah murji'ie; barangsiapa yang mengatakan bahwa Abu Bakar dan Umar
itu bukan Imamnya Muslimin, maka dia itu adalah rafidli. Barangsiapa yang
mengatakan bahwa kehendak berbuat itu sepenuhnya dari dirinya (yakni tidak
meyakini bahwa kehendak berbuat itu diciptakan oleh Allah ), maka dia itu
adalah qadari>." <http://alghuroba.org/alimam.php#_ftn10>

Demikian Imam As-Syafi`i mengajarkan sikap terhadap Ahlil Bid'ah seperti
yang disebutkan contohnya dalam pernyataan beliau, yaitu orang-orang yang
mengikuti aliran Rafidlah yang di Indonesia sering dinamakan Syi'ah. Aliran
Syiah terkenal dengan sikap kebencian mereka kepada para Shahabat Nabi
*shallallahu
`alaihi wa alihi wasallam *, **khususnya Abu Bakar dan Umar. Di samping
Rafidlah, masih ada aliran bid'ah lainnya seperti Qadariyah yaitu aliran
pemahaman yang menolak beriman kepada rukun iman yang keenam (yaitu keimanan
kepada adanya taqdir Allah Ta`ala). Juga aliran Murji'ah yang menyatakan
bahwa iman itu hanya keyakinan yang ada di hati dan amalan itu tidak
termasuk dari iman. Murji'ah juga menyatakan bahwa iman itu tidak bertambah
dengan perbuatan ketaatan kepada Allah dan tidak pula berkurang dengan
kemaksiatan kepada Allah. Semua ini adalah pemikiran sesat, yang menjadi
alasan bagi Imam As-Syafi`ie untuk melarang orang shalat di belakang imam
yang berpandangan dengan salah satu dari pemikiran-pemikiran sesat ini.

Imam As-Syafi`ie juga amat keras menganjurkan ummat Islam untuk jangan
ber *taqlid
* (yakni mengikut dengan membabi buta) kepada seseorang pun sehingga
meninggalkan Al-Qur'an dan As-Sunnah ketika pendapat orang yang diikutinya
itu menyelisihi pendapat keduanya. Hal ini dinyatakan oleh beliau dalam
beberapa pesan sebagai berikut:

Al-Hafidh Abu Nu`aim Al-Asfahani meriwayatkan dalam *Hilyah *nya dengan
sanad yang shahih riwayat Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, katanya: "Ayahku
telah menceritakan kepadaku bahwa Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie berkata:
<Wahai Aba Abdillah (yakni Ahmad bin Hanbal), engkau lebih mengetahui
hadits-hadits shahih dari kami. Maka bila ada hadits yang shahih,
beritahukanlah kepadaku sehingga aku akan bermadzhab dengannya. Sama saja
bagiku, apakah perawinya itu orang Kufah, ataukah orang Basrah, ataukah
orang Syam>." <http://alghuroba.org/alimam.php#_ftn11>

Demikianlah para Ulama' bersikap tawadlu' sebagai kepribadian utama mereka.
Sehingga tidak menjadi masalah bagi mereka bila guru mengambil manfaat dari
muridnya dan muridnya yang diambil manfaat oleh gurunya tidak pula kemudian
menjadi congkak dengannya. Tetap saja sang murid mengakui dan mengambil
manfaat dari gurunya, meskipun sang guru mengakui di depan umum tentang
ketinggian ilmu si murid. Guru-guru utama Imam Asy Syafi`ie, Imam Malik dan
Imam Sufyan bin Uyainah, dengan terang-terangan mengakui keutamaan ilmu
As-Syafi`ie. Bahkan Imam Sufyan bin Uyainah banyak bertanya kepada Imam
Asy-Syafi`ie saat Imam Syafi'ie ada di majelisnya. Padahal Imam Asy-Syafi`ie
duduk di majelis itu sebagai salah satu murid beliau, dan bersama para
hadirin yang lainnya, mereka selalu mengerumuni Imam Sufyan untuk menimba
ilmu daripadanya. <http://alghuroba.org/alimam.php#_ftn12> Tetapi meskipun
demikian, Imam Syafi`ie tidak terpengaruh oleh sanjungan gurunya. Beliau
tetap mendatangi majelis gurunya dan memuliakannya. Di samping itu, hal yang
amat penting pula dari pernyataan Imam Asy-Syafi`ie kepada Imam Ahmad bin
Hanbal tersebut di atas, menunjukkan kepada kita betapa kuatnya semangat
beliau dalam merujuk kepada hadits shahih untuk menjadi pegangan dalam
bermadzhab, dari manapun hadits shahih itu berasal.

Imam Asy-Syafi`ie menyatakan pula: "Semua hadits yang dari Nabi *shallallahu
`alaihi wa alihi wasallam *maka itu adalah sebagai omonganku. Walaupun
kalian tidak mendengarnya dariku." <http://alghuroba.org/alimam.php#_ftn13>

Demikian beliau memberikan patokan kepada para murid beliau, bahwa hadits
shahih itu adalah dalil yang sah bagi segala pendapat dalam agama ini. Maka
pendapat dari siapapun bila menyelisihi hadits yang shahih, tentu tidak akan
bisa menggugurkan hadits shahih itu. Bahkan sebaliknya, pendapat yang
demikianlah yang harus digugurkan dengan adanya hadits shahih yang
menyelisihinya.



*P e n u t u p : *
Masih banyak mutiara hikmah yang ingin kami tuangkan dalam tulisan ini dari
peri hidup Imam Asy-Syafi`ie. Namun dalam kesempatan ini, rasanya tidak
cukup halaman yang tersedia untuk memuat segala kemilau mutiara hikmah peri
hidup beliau itu. Bahkan telah ditulis oleh para Imam-Imam Ahlus Sunnah wal
Jamaah kitab-kitab tebal yang berisi untaian mutiara hikmah peri hidup Imam
besar ini. Seperti Al-Imam Al-Baihaqi menulis kitab *Manaqibus Syafi`ie *,
juga Ar-Razi menulis kitab dengan judul yang sama. Kemudian Ibnu Abi Hatim
menulis kitab berjudul *Aadaabus Syaafi'ie *. Dan masih banyak lagi yang
lainnya. Itu semua menunjukkan kepada kita, betapa agungnya Imam besar ini
di mata para Imam Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Semoga Allah Ta`ala
menggabungkan kita di barisan mereka di hari kiamat nanti. *Amin ya Mujibas
sa'ilin *.

<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftnref1>1. *Tarikh Baghdad *, Al-Khatib
Al-Baghdadi, jilid 2 hal. 58 – 59, Darul Fikr – Beirut Libanon, tanpa tahun.


<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftnref2>2. *Hilyatul Awliya' Wathabaqatul
Asfiya' *, Abu Nu'aim Al-Ashfahani, jilid 9 hal 65 – 66. Juga hal. 67, Darul
Fikr, Beirut – Libanon, cet. 1416 H / 1996 M. Lihat pula *Tahdzibul
Kamal *jilid 24 hal. 358 – 360. Al-Hafidh Al-Mutqin Jamaluddin Abul
Hajjaj Yusuf
Al-Mizzi, diterbitkan oleh Mu'assatur Risalah, cet. Pertama th. 1413 H /
1992 M.

<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftnref3>3. *Tarikh Baghdad *, Al-Khatib
Al-Baghdadi, jilid 2 hal. 60.

<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftnref4>4. Ibid, hal. 63.

<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftnref5>5. *Hilyatul Awliya' *, Al-Hafidh
Abu Nu'aim Ahmad bin Abdullah Al-Asfahani, jilid 9 hal 70, Darul Fikr Beirut
Libanon, cet. Th. 1416 H / 1996 M.

<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftnref6>6. *Siar A'lamin Nubala' * ,
Al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi, jilid 10 hal.
6 – 7, Mu'assasatur Risalah, cetakan ke 11 th. 1417 H / 1996 M.

<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftnref7>7. *Tahdzibul Kamal fi Asma'ir
Rijal *, Al-Hafidh Al-Mutqin Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf Al-Mizzi, jilid 24
hal. 271.

<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftnref8>8. *Siar A'lamin Nubala' *,
Adz-Dzahabi, jilid 10 hal. 18. Juga Abu Nu'aim Al-Asfahani meriwayatkannya
dalam *Hilyatul Auliya' * juz 9 hal. 95.

<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftnref9>9. *Hilyatul Auliya' *, Abu Nu'aim
Al-Asfahani, jilid 9 hal 109 – 113.

<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftnref10>10. *Siar A'lamin Nubala' *,
Adz-Dzahabi, jilid 10 hal. 31.

<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftnref11>11. *Hilyatul Auliya' * ,
Al-Hafidh Abu Nu'aim Al-Asfahani, jilid 9 hal. 170.

<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftnref12>12. Demikian diriwayatkan oleh
Al-Baihaqi dalam *Manaqib *nya dan Ibnu Asakir dalam *Tarikh *nya dan
dinukil oleh Adz-Dzahabi dalam *Siar A'lamin Nubala' *jilid 10 hal. 17.

<http://alghuroba.org/alimam.php#_ftnref13>13. Diriwayatkan dalam *Aadaabus
Syafi`ie *dan *Al-Bidayah *. Adz-Dzahabi menukilkan riwayat ini dalam *Siar
A'lamin Nubala' * jilid 10 hal. 35.


[Non-text portions of this message have been removed]



=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke