Pengertian saya dengan "iman hanya untuk orang yang berakal" adalah 
orang yang hilang akal alias gila gak kena keharusan beriman/beragama.

Semua orang disini tentunya beralasan bahwa mereka juga memakai akal 
mereka. Nyatanya akal orang juga berbeda-beda.

Kritis? Harus proportional juga sih. Pada saat kita harus memilih, 
kita memang harus menjadi kritis. Mana yang akan kita imani/percaya 
kan akan suatu pendapat? Tentu kita akan cari tahu latar belakang si 
orang yang punya pendapat.

Jangan-jangan entar kaya' Yahudi ngeyel yang digambarkan dalam surah 
Al-Baqarah. Disuruh sembelih sapi betina, Yahudi masih bertanya dengan 
kritisnya: Sapi betina yang mana, yang warna apa yang akhirnya membuat 
mereka kesulitan sendiri. Kalau saja mereka tidak bertanya dan 
langsung percaya kepada perkataan Musa as kan enak ya..ya udah 
sembelih aja sapi betina...:-)

ah repotnya....

wassalam,

 
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>> Saya selalu menggunakan logika karena memang demikian perintahNya:
> iman hanya utk orang2 yg berakal (alias rasional)!  Dengan 
menggunakan
> akal sesuai dg perintahNya maka tidak heran kita akan menjadi kritis
> dan cerdas.  Demikianlah bagi saya yg diinginkan oleh Allah, menjadi
> manusia yg cerdas dan kritis.  Menjadi cerdas dan kritis tidak
> bertentangan dg Islam malahan justru sifat2 demikianlah yg
> diinginkanNya.  Kalau ulama menyuruh kita bodoh, membebek buta dan
> membunuh logika kita, ya jangan mau, karena bukan itu perintah Allah.
> 


Kirim email ke