Redaksi Jawa Pos 
   Graha Pena Lt. 4  
   Jl. A. Yani 88 Surabaya  
   Telp. :+62-31-8202216  
   Fax. :+62-31-8285555  
   [EMAIL PROTECTED] /  
   [EMAIL PROTECTED]
   RADAR SEMARANG
   Kamis, 18 Okt 2007    
   Minggu, 30 Sept 2007  
   


Sejarah 1965 Bingungkan Sekolah   
   Aktor Utama Masih Jadi Misteri 
 SEMARANG - Tanggal 30 September empatpuluhdua tahun yang lalu, sebuah 
peristiwa penculikan sejumlah petinggi angkatan darat memicu terjadinya tragedi 
kemanusiaan yang masih menimbulkan kontroversi hingga kini. Kontroversi 
peristiwa yang  dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September (G 30 S) tersebut 
adalah terkait pelaku utama di balik peristiwa ini.  
    
 Selama pemerintahan orde baru, hanya ada sejarah tunggal yang menyebutkan 
bahwa pelaku G 30 S adalah Partai Komunis Indonesia (PKI). Sehingga dalam teks 
sejarah yang dikeluarkan pemerintah selalu ditambahi embel-embel PKI di 
belakang kata G 30 S.  
    
 Namun setelah era reformasi bergulir, sejumlah pihak mengeluarkan sejarah G 30 
S dalam berbagai versi pelaku. Selain PKI, sejumlah peneliti menyebut peristiwa 
tersebut didalangi oleh pihak intelejen Amerika CIA, Soekarno, Soeharto atau 
akibat pertentangan internal di tubuh AD (Angkatan Darat).  
    
 Setiap versi memiliki alasan dan pembuktian yang kuat sehingga membuat orang 
bingung apalagi jika diajarkan di sekolah. Guru bingung, muridnya mungkin 
linglung,î tutur Dosen Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Undip Singgih Tri 
Sulistiyono dalam diskusi ëMengupas  G 30 Sí yang diselenggarakan Aliansi 
Jurnalis Independen (AJI) Sabtu (29/9). 
    
 Singgih menyebutkan bahwa peristiwa G 30 S hingga saat ini merupakan salah 
satu misteri dalam sejarah Indonesia. Dan bagi kalangan pendidik, materi ini 
mengundang dilematis tersendiri. Sebab, pemerintah saat ini telah 
ëmengembalikaní sejarah tunggal bahwa pelaku adalah PKI. Sementara para siswa 
bisa memperoleh informasi dari berbagai sumber tentang bermacam versi pelaku 
utama peristiwa yang berbuntut dengan pembunuhan massal dan penahanan paksa di 
sejumlah daerah.  
    
 Sementara itu mantan Sekretaris Lembaga Sejarah Comite Central (CC) PKI Sumaun 
Utomo memaparkan bahwa sejarah G 30 S versi pemerintah mengandung banyak 
kebohongan. Ia menilai bahwa peristiwa ini didalangi oleh Soeharto yang saat 
itu menjabat sebagai Panglima Kostrad (Komando Strategis AD) bukannya PKI. 
Salah satu bukti yang dipaparkannya adalah pasukan dari Jateng dan Jatim yang  
disebut-sebut sebagai pendukung utama G 30 S datang ke Jakarta atas perintah 
Panglima Kostrad. Dua batalyon ini diminta datang ke Jakarta dengan 
persenjataan lengkap termasuk amunisi dan bermarkas di dekat makostrad.  
    
 Bahkan pasukan ini bisa keluar masuk makostrad dengan leluasa untuk ke kamar 
mandi,î tutur mantan Dekan Fakultas Politik Universitas Rakyat Indonesia (URI) 
ini. 
    
 Ia juga menyebutkan bahwa salah satu tokoh kunci G 30 S PKI Syam Kamaruzaman 
merupakan intel dari tentara yang bisa masuk sebagai anggota biro khusus PKI. 
Lewat Syam inilah, komando gerakan berjalan tanpa sepengetahuan pimpinan PKI.  
    
 Sumaun yang pernah mendekam dalam kamp pembuangan Pulau Buru selama 7 tahun 
ini menjelaskan, bahwa ia pernah bertanya kepala eks Kolonel Abdul Latief 
mengenai garis komando G 30 S. Ternyata Latief yang juga disebut sebagai 
pimpinan tinggi gerakan tidak mengenal sosok Letnan Dul Arief yang memimpin  
pasukan penculik 6 jenderal TNI AD tersebut.  
    
 Latief yang teman sekolah saya juga tidak mengenal siapa Letkol Untung. 
Kemungkinan nama Untung hanya dicatut saja,î jelasnya. 
    
 Yang pasti, peristiwa ini berlanjut dengan berbagai tragedi kemanusiaan 
tentang pembunuhan massal terhadap masyarakat yang dianggap menjadi pendukung 
PKI. Jumlah pasti korban jiwa hingga saat ini tidak diketahui pasti. Ada yang 
menyebutkan ratusan ribu, ada pula yang menyodorkan angka jutaan jiwa. Bahkan 
mantan komandan RPKAD Sarwo Edhi Wibowo yang memimpin operasi pembersihan PKI 
pernah menyebut angka hingga 3 juta orang yang terbunuh.  
    
 Selain itu, masih banyak anggota dan simpatisan PKI yang ditahan tanpa melalui 
pengadilan. Mereka yang sebagian besar tidak tahu menahu tentang G 30 S 
tersebut juga mengalami berbagai siksaan selama dalam tahanan.  
    
 Sebab itu, sejumlah mantan tahanan politik (tapol) peristiwa 1965  membentuk 
lembaga untuk menuntut rehabilitasi dan kompensasi dari pemerintah atau 
hilangnya hak-hak mereka selama ini. Sebuah organisasi bernama Lembaga 
Perjuangan Rehabilitasi Korban Rezim Orde Baru (LPR-KROB) dibentuk untuk 
berjuang lewat jalur hukum. (


Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/   
http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ 






 __________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke