http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_radar&id=182899&c=61
Penemu Blue Energy Warga Nganjuk

Berbahan Dasar Air, Dipamerkan dalam Konferensi PBB
NGANJUK- Tak banyak yang tahu, penemu bahan bakar blue energy yang sedang
dikampanyekan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) ternyata berasal dari
Nganjuk. Dia adalah Joko Suprapto, warga Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso.

Kemarin, tim uji coba kendaraan berbahan bakar tersebut mengunjunginya.
Mereka dipimpin staf khusus Presiden SBY, Heru Lelono. Rombongan itu dalam
perjalanan dari Cikeas, Bogor menuju Nusa Dua, Bali, tempat digelarnya
United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) 2007.

"Luar biasa. Ini mobil Mazda Six punya Patwal Mabes (Polri) yang bisa
berkecepatan 240 kilometer per jam ini kami coba lari 180 kilometer per jam
tanpa ada persoalan. Jadi, moga-moga apa yang kita uji coba ini benar-benar
bermanfaat. Insya Allah," ujar Heru begitu turun dari Ford Ranger B 9648 TJ.


Untuk diketahui, pertemuan kemarin berlangsung di salah satu hotel di
Nganjuk. Rombongan Heru tiba sekitar pukul 09.00. Mereka mengendarai lima
unit kendaraan untuk menguji bahan bakar berbahan dasar air tersebut. Yakni,
dua pikap double cabin Ford Ranger, satu sedan Mazda 6, satu bus, dan satu
truk pengangkut blue energy.

Sebelumnya, rombongan dilepas oleh Presiden SBY, Minggu lalu, dari kediaman
pribadinya di Cikeas, Bogor. Rencananya, blue energy itu juga akan
dipamerkan kepada dunia dalam UNCFCCC atau Konferensi Kerangka Kerja PBB
tentang Perubahan Iklim di Nusa Dua, Bali.

"Kita ingin membuktikan kepada dunia internasional bahwa kita bukan bangsa
kere yang terombang-ambing harga minyak dunia. Bangsa Indonesia bisa
menemukan (bahan bakar, Red) sendiri," tandas Heru bangga.

Kepada puluhan wartawan yang sejak pagi menunggu kedatangan rombongan, Heru
mengungkapkan bahwa bahan bakar hasil penelitian belasan tahun Joko itu
sangat irit. "Sekitar satu lima belas (1 liter dibanding 15 kilometer, Red).
Tadi kami mencatat, untuk menempuh 374,5 kilometer, hanya butuh 25 liter,"
tutur staf khusus Presiden bidang otonomi daerah itu.

Selain hemat dan mampu meningkatkan performa kendaraan, lanjut Heru,
keunggulan bahan bakar tersebut adalah rendahnya emisi karbon yang
dihasilkan. Ini sesuai dengan pesan UNFCCC yang digelar 3-14 Desember
mendatang.

"Sudah dicoba sendiri oleh Bapak Presiden. Beliau kemarin sempat duduk di
belakang knalpot bus ini sambil menciumi asapnya. Paspampres (pasukan
pengamanan presiden) sempat kerepotan takut Presiden karacunan, tapi tidak.
Coba saja," tantangnya.

Penasaran, Wakil Bupati Nganjuk Djaelani Ishaq yang kemarin ikut menyambut
kedatangan rombongan langsung mencoba mencium asap dari moncong knalpot bus.
"Sama sekali tidak ada baunya," kata Djaelani setelah berkali-kali setelah
mengisap asap tersebut.

Ditemani Joko, Heru kemarin juga mengungkapkan bahwa untuk memakai blue
energy, mesin tidak perlu dimodifikasi. "Sama sekali tidak perlu ada
modifikasi apa-apa. Ini kami bawa mobil berlainan tahun, semua bisa pakai,"
tandasnya.

Bahkan, lanjut Heru, ada yang sebelumnya menggunakan solar dan di tengah
jalan langsung diganti 100 persen dengan blue energy. "Mobilnya malah
semakin tidak ada getaran," lanjutnya bangga.

Sementara itu, Joko Suprapto yang selama ini terkesan misterius soal
kedekatannya dengan SBY, kemarin mulai blak-blakan. Terutama soal
aktivitasnya sebagai peneliti dan penemu blue energy. Dia bahkan sempat
sedikit membeber teknologi yang mulai ditelitinya sejak 2001.

"Intinya adalah pemecahan molekul air menjadi H plus dan O2 min. Ada katalis
dan proses-proses sampai menjadi bahan bakar dengan rangkaian karbon
tertentu," terang peneliti yang mengaku banyak mengambil ide dari Alquran
itu.

Untuk mesin dengan bahan bakar premium, solar, premix, hingga avtur, Joko
mengaku telah menyiapkan bahan bakar pengganti sesuai dengan mesinnya.
"Tinggal mengatur jumlah rangkaian karbonnya. Mau untuk mesin bensin, solar,
sampai avtur ya sudah ada," kata ayah enam anak itu.

Yang menarik, bahan dasar air yang digunakan adalah air laut. "Kalau air
tanah bisa menyedot ribuan atau jutaan meter kubik. Kasihan masyarakat,
paling bagus nanti bahannya air laut," terang pria yang selalu
menyembunyikan identitasnya, termasuk almamater tempatnya meraih gelar
insinyur, itu. (jie)


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to