Kinantaka wrote: > Siti Hajar, Potret Ibu yang Tegar > > *Saparinah Sadli* > > > [dihapus] > Siti Hajar bertanya, "Ibrahim, mengapa saya ditinggal di sini di mana tidak > ada orang yang dapat memberi minum atau makan?" > > Jawab Ibrahim, "Ini adalah perintah Allah." > > Siti Hajar menerima keputusan suaminya yang meninggalkannya karena itu > adalah keputusan Allah. Juga karena suaminya ingin hidup dengan istrinya > yang lain, Sarah. > Assalamu'alaikum
Sedikit komentar, Setahu saya, Nabi Ibrahim a.s meninggalkan istrinya Siti Hajar adalah 100% karena Allah, bukan karena ingin hidup sendiri dengan Siti Sarah. Sama seperti ketika beliau diperintah oleh Allah untuk mengorbankan anaknya. Buktinya adalah pada jawaban Nabi Ibrahim, "Ini adalah perintah Allah". Nabi Ibrahim tidak menjawab "Ini adalah perintah Allah dan juga karena keinginan saya". Pada kasus Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya di tengah padang pasir, ada orang komentar "Ini karena keinginan Nabi Ibrahim sendiri", namun ketika Nabi Ibrahim mengorbankan anaknya, gak ada orang yang komentar bahwa nabi Ibrahim mengorbankan anaknya karena keinginan/nafsunya. Padahal kedua peristiwa ini sama-sama penting. Peristiwa Siti Hajar menjadi salah satu bagian ibadah Haji, peristiwa mengorbankan anaknya menjadi ibadah kurban.Bagi orang seperti Nabi Ibrahim, keduanya sama-sama dilakukan berdasarkan wahyu / perintah Allah. Para Nabi dan para Rasul semuanya hidup 100% berdasarkan wahyu, bukan karena keinginan nafsunya. Para Nabi & para Rasul adalah manusia , namun mereka adalah manusia luar biasa, bukan manusia biasa. Lebih lagi para Ulul Azmi yang 5 orang, mereka lebih tinggi lagi kemuliannya. Kalau orang biasa memang lah ada yang tega-teganya meninggalkan istri yang hamil di tengah padang pasir. Namun akal tidak dapat menerima ada orang yang kemuliannya seperti Nabi Ibrahim, yang rela dibakar 40 hari dalam api demi mempertahankan keyakinannya, mau-maunya meninggalkan istrinya dan anaknya hanya karena nafsu sendiri. Wassalam.